oleh Yi Ru
Terus-menerus menyiarkan musik berdesibel tinggi atau suara bising lainnya kepada seseorang dapat menimbulkan gangguan mental, atau menyebabkan gangguan pendengaran yang parah, aritmia, pendarahan dan peradangan telinga dan lainnya. Pada peringatan Hari Internasional Menentang Penyiksaan tahun ini, New Tang Dynasty mewawancarai seorang praktisi Falun Gong asal daratan Tiongkok yang pernah dijadikan objek penyiksaan dengan sarana tersebut selama hampir 3 tahun oleh pemerintah komunis Tiongkok
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual Tiongkok kuno yang dikenal meredakan stres dan menambah energi. Falun Gong terdiri dari latihan meditasi sederhana dan gerakan lembut serta ajaran dengan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar dalam kehidupan sehari-hari
Zhu Luoxin, seorang praktisi Falun Gong dari Guangzhou yang pernah menduduki jabatan cukup tinggi pada sebuah perusahaan terkenal di daratan Tiongkok, dijatuhi hukuman penjara ilegal selama 10 tahun oleh pemerintah komunis Tiongkok karena keyakinannya. Selain itu, di dalam tahanan ia disiksa tanpa henti selama 8 tahun.
Pada tahun 2003, dalam Penjara Wanita di Provinsi Guangdong, penjaga penjara menginstruksikan 2 atau 3 orang tahanan kelas berat untuk mengawasi gerak-gerik Zhu Luoxin selama 24 jam sehari.
Setiap pukul 5 pagi, dia dibawa ke sebuah ruangan kecil seluas 3 – 4 meter persegi untuk dianiaya sampai pukul 12 malam baru dikembalikan ke sel tahanannya. Tahanan suruhan itu terus melafalkan dengan suara keras konten yang memfitnah Falun Gong di dekat telinganya.
Pada saat yang sama, perangkat TV juga dinyalakan dengan volume tinggi gambar rekaman video berisi kebohongan yang sengaja diproduksi oleh komunis Tiongkok untuk memfitnah Falun Gong.
Zhu Luoxin mengatakan : “Untuk waktu yang lama saya diperlakukan seperti ini, gendang telinga saya jadi terganggu, yaitu, saya mendengar mereka membaca dengan suara keras di dekat telinga sampai-sampai saya tidak dapat mendengarnya”.
Setelah tahu Zhu Luoxin tidak bisa mendengar dengan jelas, tahanan itu selain tidak berhenti membaca dengan suara keras, tetapi justru meningkatkan volume membaca. Sampai akhirnya, ada suara air yang terdengar di telinganya.
Zhu Luoxin berkata : “Rasa sakit yang sulit saya jelaskan, telinga terus-menerus terdengar suara dengungan yang keras, seperti juga terdengar ada suara goyangan air di dalam telinga. Saya tidak dapat lagi mendengar apa yang mereka baca, seakan pendengaran saya menjadi sangat tumpul, hanya suara dengungan yang terdengar. Ruangan itu sangat kecil, dan pintunya pun ditutup, dan masih ada gema di sana. Mereka dengan suara keras (membaca), jadi itu sangat, sangat menyiksa”.
Belasan jam berada dalam ruang dengan desibel tinggi untuk mencapai cuci otak yang dikehendaki pemerintah komunis Tiongkok, membuat fisik dan mental Zhu Luoxin mengalami kelelahan, meskipun hatinya berusaha untuk melawan.
“Saya tidak bisa tidur sama sekali. Saya menderita insomnia untuk waktu yang lama. Saya sudah sangat lelah. Terkadang saya sangat lelah sampai otak pun menjadi bebal, pusing dan sakit kepala. Saya hanya bisa mengandalkan beberapa jam di waktu malam hari untuk menyemangati diri sendiri agar bertahan hidup. Saya harus menolak menerima cuci otak, saya tidak menghendaki konten cuci otak itu menempati memori dalam otak saya yang telah saya isi dengan hal-hal yang baik dan benar. Memang, ini adalah sebuah proses yang sangat, sangat menyakitkan”, kata Zhu.
Selama 3 tahun, Zhu Luoxin ditahan di sel isolasi dan menjalani cuci otak paksa. Karena itu, detak jantungnya tidak normal, mengalami masalah kecepatan yang di luar batas.
Zhu Luoxin mengatakan : “Detak jantung saya sangat cepat. Jadi seperti orang yang sedang panik. Perasaan panik bagaikan orang yang tidak dapat menahan tekanan tinggi untuk waktu yang lama, yang melebihi penganiayaan normal terhadap tubuh manusia. Sangat tidak nyaman”.
Pada paruh pertama tahun 2002, pihak Pusat Penahanan Distrik Baiyun, Guangzhou mengenakan belenggu pada kedua kaki Zhu Luoxin.
Sebanyak 50 – 60 orang tahanan dalam sel berukuran lebih dari 30 meter persegi, Zhu Luoxin dipaksa untuk buang air besar dan kecil, berganti pakaian di depan semua tahanan di sana, dan polisi melarang tahanan lain untuk membantunya.
Penyiksaan ini menyebabkan penghinaan besar dan penderitaan bagi mental dan fisiknya. 14 hari kemudian, ketika belenggu seberat 30 sampai 40 kilogram itu dilepas dari kakinya, di bawah betisnya seakan mati rasa.
Zhu Luoxin mengatakan : “Bagian kaki saya yang tertekan besi borgol itu sampai menjadi cekung, dan mengalir keluar nanah, darah. Butuh waktu lama bagi saya untuk berdiri dan belajar berjalan dengan memegangi tembok”.
Setiap saat Zhu Luoxin bisa menghadapi penganiayaan, dan ia sudah berulang kali nyaris kehilangan nyawa. Meskipun demikian, di penjara yang serba kekurangan, ia masih membagikan kepada tahanan lain daging dan sayuran, termasuk satu-satunya gelas air untuk minum seharinya.
“Karena itu hati mereka sangat tersentuh. Saya juga melakukan klarifikasi fakta kepada mereka dan mengabarkan bahwa kami (praktisi Falun Gong) adalah yang tidak bersalah dan dianiaya”, kata Zhu.
Setelah memahami kebenaran bahwa praktisi Falun Gong adalah orang yang dianiaya oleh pemerintah komunis Tiongkok, para tahanan yang ditugaskan untuk mengawasinya tidak tega lagi untuk menyerangnya.
Untuk mempertahankan penganiayaan, pihak penjara dengan cepat mengganti tahanan lama dengan yang baru dengan tujuan untuk terus melakukan kekerasan terhadap Zhu. Dengan cara ini, sekelompok tahanan pergi, dan kelompok baru datang.
Zhu Luoxin mengatakan : “Hati saya sangat sakit. Kemudian saya berpikir, saya adalah orang yang sedang menunggu kematian. Di saat itu, dokter saja meminta saya untuk pulang dan menunggu ajal menjemput. Tidak ada obat lagi katanya. Tapi saya adalah orang yang berlatih Falun Gong, Guru saya Mr Li Hongzhi yang menyelamatkan hidup saya, beliau tidak memungut satu sen pun dari saya. Tetapi penegak hukum justru menyiksa saya yang hanya berkeinginan untuk menjadi orang baik. Saya pikir apa salah saya ? Setiap orang dilahirkan dengan tanpa membawa sesuatu, dan mati pun tidak membawa apa-apa. Lalu untuk apa saya memikirkan rasa sakit itu ? Saya tidak perlu mengikuti perasaan itu”.
Zhu Luoxin mengatakan bahwa, penyiksaan dengan suara berdesibel tinggi dapat menyebabkan kerusakan serius pada otak dan membuat orang tidak dapat berpikir secara normal. Karena ia selalu percaya pada ketidakbersalahan Falun Gong, maka ia akhirnya mampu bertahan. Sayangnya, banyak orang telah dianiaya hingga menjadi tidak normal secara mental. (sin)