Luo Tingting
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Ghebreyesus mengatakan pada konferensi pers pada Jumat (2/7/2021), bahwa jenis virus varian Delta “telah ditemukan di setidaknya 98 negara” dan menyebar dengan cepat.
Dia mengatakan bahwa jenis virus Delta “sangat berbahaya” dan terus berevolusi dan bermutasi. Bahkan, virus itu dengan cepat menjadi jenis virus utama di banyak negara. Hal ini membutuhkan evaluasi secara terus-menerus dan “penyesuaian dengan cermat dari respons kesehatan masyarakat.”
Virus mutan Delta pertama kali muncul di India pada Oktober tahun lalu. Setelah menyapu Eropa, menyebar ke kawasan Asia-Pasifik. Sejauh ini, virus mutan ini menjadi yang paling cepat menyebar ke penjuru dunia.
Menurut European Center for Disease Control and Prevention -ECDC-, pada akhir Agustus, proporsi infeksi virus varian Delta di Eropa akan mencapai 90%. Jumlahnya menjadi virus varian utama yang menyebar di Eropa.
Saat ini, banyak negara termasuk Australia, Malaysia, Thailand dan Indonesia dipaksa untuk memulai kembali memperluas tindakan pengendalian epidemi.
Pada 1 Juli 2021, di Sydney, Australia, orang-orang mengantri di Pusat Vaksinasi New South Wales di Homebush. (Jenny Evans/Getty Images)
Menteri Kesehatan Malaysia Noor Hisham mengumumkan di media sosial, bahwa negara itu pada 28 Juni memiliki total 739.266 kasus virus Komunis Tiongkok yang dikonfirmasi. Dalam sepekan terakhir, Malaysia menambahkan 37.640 kasus baru, rata-rata 7.377 kasus baru per hari.
Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin mengumumkan pada 27 Juni, bahwa tindakan pencegahan dan pengendalian di negaranya, terhadap epidemi virus Komunis Tiongkok diperpanjang tanpa batas waktu.
Muhyiddin Yassin mengatakan, terkecuali jika jumlah diagnosis baru dalam sehari di Malaysia turun di bawah 4.000, tingkat vaksinasi mencapai 10% dan permintaan unit perawatan intensif menurun, maka tindakan pembatasan tidak akan dilonggarkan. Ia berharap kondisi tersebut akan terpenuhi pada pertengahan Juli mendatang.
Thailand kembali memberlakukan pembatasan restoran, di lokasi proyek konstruksi, dan pertemuan tatap muka di wilayah ibu kota sejak 28 Juni 2021. Harapannya untuk mengekang gelombang infeksi baru.
Virus varian Delta juga merebak pandemi di Inggris. Pejabat kesehatan masyarakat di Inggris mengatakan bahwa, infektivitas strain Delta mungkin 50% lebih tinggi daripada virus varian yang muncul di Inggris.
Para ilmuwan percaya, bahwa galur mutan Delta 40% hingga 80% lebih menular daripada galur virus Komunis Tiongkok yang awalnya ditemukan di Wuhan.
Inggris mencatatkan, jumlah infeksi sehari tertinggi sejak 5 Februari pada 26 Juni. Sebanyak 18.270 orang terinfeksi di seluruh negeri. Sedangkan jumlah infeksi mencapai hampir 100.000 kasus dalam seminggu, peningkatan tajam hampir 50% selama seminggu sebelumnya.
Pemerintah Inggris memperpanjang perintah blokade hingga 19 Juli. Rencana serupa sedang dilaksanakan di wilayah lainnya dari Inggris Raya seperti di Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara.
Dr. Anthony S. Fauci, pakar penyakit menular terkemuka di Amerika Serikat, baru-baru ini mengatakan: “Saat ini, virus varian Delta adalah ancaman terbesar yang dihadapi Amerika Serikat dalam proses menghilangkan virus Corona baru.”
Dari kasus yang baru dikonfirmasi di Amerika Serikat, setidaknya 26% terinfeksi virus mutan Delta. Saat ini, tingkat vaksinasi di kalangan orang dewasa di Amerika Serikat hampir 67%.
Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa vaksin yang banyak digunakan, seperti vaksin Pfizer dan vaksin AstraZeneca, masih mempertahankan tingkat efektivitas yang besar terhadap strain Delta.
“Jika Anda sudah divaksinasi lengkap, pada dasarnya saya tidak akan mengkhawatirkannya.” kata Ashish K.Jha, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brown.
Dirjen WHO itu juga mendesak kepada para pemimpin dari seluruh dunia untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa pada saat ini hingga tahun depan sebanyak 70% orang di setiap negara sudah divaksinasi. Ia optimis, secara efektif akan mengakhiri fase akut epidemi.
Saat ini, 3 miliar dosis vaksin telah didistribusikan di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia menyerukan para pemimpin semua negara untuk memvaksinasi setidaknya 10% orang di semua negara sesegera mungkin. Harapannya, memastikan bahwa petugas kesehatan dan mereka yang berisiko paling besar terlindungi.
Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia telah memberikan lampu hijau untuk enam vaksin. Selain vaksin yang diproduksi oleh Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson dan AstraZeneca, juga termasuk vaksin Tiongkok Sinovac dan Sinopharm.
Namun, kedua vaksin Tiongkok ini belum disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS dan European Medicines Agency (EMA). Sebagian besar negara di Amerika Utara dan Eropa belum menyetujui vaksin buatan Tiongkok.
Ada banyak keraguan tentang kemanjuran perlindungan vaksin Tiongkok. Menurut laporan oleh Associated Press pada 2 Juli, Seychelles, Bahrain dan negara-negara lain telah menggunakan jutaan vaksin Tiongkok yang tidak aktif. Meskipun tingkat vaksinasi saat ini relatif tinggi, akan tetapi masih ada lonjakan kasus.
Perdana Menteri Italia Mario Draghi juga menyatakan, keraguan tentang vaksin Tiongkok pada 25 Juni. Dia mengatakan kepada wartawan setelah KTT Uni Eropa pada hari itu, bahwa Vaksin Tiongkok tidak cukup efektif. Ia menyebutkan, tentang pengalaman Chili dalam menanggapi epidemi. Seperti diketahui, Chili sangat bergantung pada vaksin buatan Tiongkok.
Hingga 3 Juli 2021 pada pukul 07:20, jumlah orang yang terinfeksi virus Komunis Tiongkok di seluruh dunia melebihi 182.997.397 kasus, dan jumlah kematian melebihi 3.962.436 kasus. (hui)