Julia Ye
Kasus varian “Delta” COVID-19, yang sejauh ini ditemukan memiliki waktu penularan terpendek, baru-baru ini muncul di Guangzhou, Tiongkok. Varian Delta yang baru dapat menular hanya dengan melewati pembawa virus sekalipun tanpa kontak fisik. Laporan ini menempatkan Shenzhen, kota yang berdekatan dengan Guangzhou, pelabuhan kargo terbesar ketiga di dunia, berada di bawah tekanan yang luar biasa
Menurut laporan resmi Partai Komunis Tiongkok pada 21 Juni, penularan virus Delta generasi keempat terjadi hanya dalam 14 detik dari seorang pembawa virus Delta generasi keempat itu, kepada seorang pembawa virus Delta generasi ketiga.
Dalam rekaman pengawasan yang dipublikasikan, pembawa virus Delta generasi ketiga, Huang, dan pembawa virus Delta generasi keempat, Lu, makan secara terpisah di restoran yang sama pada hari yang sama dan memasuki kamar mandi yang sama.
Mereka saling berpapasan satu sama lain di koridor pintu masuk kamar mandi dan hanya menghabiskan 14 detik di lingkungan yang sama. Tidak ada kontak fisik antara kedua pihak, tetapi salah satu dari mereka tidak mengenakan masker pada saat itu.
Menurut laporan itu, sejauh ini penularan virus dalam 14 detik di lingkungan yang sama adalah waktu kontak terpendek dalam pandemi ini.
Feng Zijian, seorang peneliti Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok, mengatakan wabah-wabah virus Komunis Tiongkok baru-baru ini di Guangzhou, Shenzhen, dan Dongguan, semuanya melibatkan varian virus Delta.
Weibo resmi milik Komisi Kesehatan Shenzhen melaporkan empat kasus virus Komunis Tiongkok yang dipastikan pada 14, 18, dan 21 Juni.
Pada 22 Juni, Chang Juping, Wakil Direktur Komisi Kesehatan Kota Shenzhen, membenarkan bahwa keempat kasus tersebut adalah varian Delta, menurut hasil pengurutan gen. Sedangkan kasus-kasus ini adalah identik dengan urutan genom virus dari kasus yang diimpor oleh penerbangan internasional CA 868 Air China.
Per 20 Juni, 38 kasus dipastikan di antara penumpang CA 868 yang tiba di Shenzhen dari Johannesburg, Afrika Selatan, pada 10 Juni. Dan, semua kasus tersebut membawa varian Delta dari virus Komunis Tiongkok yang pertama kali ditemukan di India.
Karena peristiwa ini, Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok mengeluarkan sebuah “sirkuit” breaker” kepada Air China Flight CA868 (penerbangan dari Johannesburg, Afrika Selatan, ke Shenzhen, Tiongkok), segera menangguhkan operasi-operasinya selama empat minggu. Sejak itu, kota Shenzhen juga meluncurkan sebuah uji asam nukleat untuk semua penduduknya.
Penyebaran varian Delta yang cepat juga telah menempatkan Terminal Peti Kemas International Yantian, pelabuhan kargo terbesar ketiga di dunia setelah Shanghai dan Singapura, di bawah tekanan yang luar biasa.
Setelah banyak kasus infeksi tanpa gejala virus Komunis Tiongkok di distrik Yantian, Shenzhen, Pelabuhan Yantian ditutup. Penutupan sementara Pelabuhan Yantian adalah gangguan lain terhadap pengiriman global setelah penyumbatan Terusan Suez pada bulan Maret.
Maersk, perusahaan pengiriman peti kemas terbesar di dunia, mengatakan pada 17 Juni“Penyumbatan Pelabuhan Yantian selama beberapa minggu adalah sangat mengganggu
rantai pasokan global. Sedangkan penyumbatan perdagangan global ada di mana-mana karena pandemi COVID-19.”
Kapal-kapal yang menunggu kargo menuju Amerika Utara, Eropa, dan tempat lain harus berlabuh di luar Shenzhen dan Hong Kong karena butuh waktu selama 16 hari untuk berlabuh di Pelabuhan Yantian.
Per 21 Juni, Maersk menyatakan bahwa kepadatan susun Galangan Kapal Nansha Guangzhou, sebuah galangan kapal yang berjarak kurang dari 75 mil dari Pelabuhan Yantian, telah mencapai 100 persen, menambahkan bahwa hal itu akan terus menunda pengiriman selama lebih dari empat hari dalam minggu mendatang.
Meskipun Pelabuhan Yantian kembali beroperasi normal pada 24 Juni, industri memperkirakan bahwa 750.000 kontainer Twenty-foot equivalent unit (TEU) atau kontainer 20 kaki yang menumpuk membutuhkan 82 hari untuk terangkut. (Vv)