Frank Yue
Hujan deras melanda utara dan tengah Provinsi Guangxi dari 27 Juni hingga 2 Juli, menyebabkan kerusakan pada populasi satu juta orang di 46 kabupaten, menurut ke outlet-outlet Tiongkok.
Tingkat tanggap darurat ditingkatkan dari tingkat empat ke tingkat tiga. Sejauh ini, 91.500 penduduk telah mengungsi, 16 penduduk tewas, dan 10 penduduk adalah hilang, sementara kerugian finansial langsung mencapai 2,9 miliar yuan.
Namun, sebuah laporan 3 Juli oleh penyiar pemerintahan Komunis Tiongkok, Central Television -CCTV- tidak menyebutkan korban atau kerugian finansial yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrim tersebut.
Sebaliknya, CCTV beralih ke air terjun setempat di desa Detian di daerah Daxin, Guangxi, menggambarkan betapa spektakulernya pemandangan air terjun tersebut dan bagaimana sebuah “air terjun emas” terbentuk.
Cerita itu membawa sebuah judul promosi yang diterjemahkan sebagai “Penglihatan Langka! ‘Air Terjun Emas’ Muncul di Guangxi” dalam sebuah video selama sembilan detik.
Video tersebut menjelaskan bahwa warna tersebut dibuat dengan bantuan sinar matahari, yang bersinar dan jeram-jeram karena kenaikan permukaan air yang tiba-tiba di hulu sungai Guichun.
Namun, sejumlah posting online mempertanyakan klaim-klaim CCTV tersebut.
Seorang pengguna internet yang menyebut dirinya Huiwen Perspective-Yangliu berkomentar bahwa, “Cukup jelas, video itu menunjukkan perlindungan lingkungan yang tidak memadai—–erosi tanah–—sementara CCTV menciptakan sebuah istilah untuk menamainya: air terjun emas!”
Netizen lain dengan nama pengguna Cowboy di Gunung Kunlun berkata, “Outlet tersebut memiliki masalah-masalah serius dalam orientasi jurnalistiknya karena memuji degradasi tanah yang parah sebagai air emas.”
Seseorang bernama Huang Guixiong menyatakan bahwa video itu rupanya menarik, yang berasal dari pengolahan filter jika dibandingkan dengan warna semak-semak di sekitarnya.
Di masa lalu, salah satu taktik Partai Komunis Tiongkok adalah berupaya membuat sebuah cerita positif dari sebuah tragedi. Tujuannya untuk mengaburkan kebenaran yang sempurna dari orang-orang Tiongkok.
Pada 6 Mei 2018, pihak berwenang di daerah Wenchuan, Provinsi Sichuan merencanakan untuk menetapkan 12 Mei, tanggal gempa bumi setempat, sebagai sebuah “hari ucapan syukur” untuk menunjukkan rasa terima kasih pihak berwenang atas dukungan yang telah diberikan, menurut Kantor Berita Xinhua.
Namun, langkah itu dikritik sebagai sia-sia dan tidak tahu malu.
Menurut sebuah laporan resmi, gempa tersebut menyebabkan 68.712 kematian dan 17.921 orang hilang, di antaranya adalah 5.335 murid SD dan SMP, karena ruang-ruang kelas yang ambruk.
Berdasarkan temuan mereka, para orang tua menduga bahwa bangunan-bangunan yang ambruk itu adalah bangunan-bangunan yang dibangun dengan buruk, menggunakan semen dan tulangan di bawah standar selama konstruksi. (Vv)