ETIndonesia-Dia berkulit gelap dan badannya kurus, sering diejek rekan-rekan kerjanya seperti bebek yang jelek. Tapi, dia tidak pernah marah, lesung pipitnya tampak menyembul tipis saat dia tersenyum, dia adalah Xiao Mei, seorang gadis miskin dari desa.
Demi mencari nafkah untuk membantu keluarganya, sejak kecil Xiao Mei sudah banting tulang bekerja di pabrik elektronik selama bertahun-tahun.
Suatu hari, Xiao Mei tiba-tiba merasa gelisah dan ingin minta izin pulang, namun, karena Xiao Mei minta izin selama tiga hari, sementara kepala bagian produksi tidak berani langsung memutuskan, hanya bisa memberinya izin satu hari, apalagi akhir-akhir ini pabrik sedang sibuk-sibuknya.
Xiao Mei beralasan ada urusan keluarga di rumah, dan bagaimana pun juga harus pulang. Akhirnya kepala produksi menyuruh Xiao Mei meminta izin langsung kepada bos.
Xiao Mei pun memberanikan diri langsung menemui bosnya di kantor.
Mendengar Xiao Mei minta izin pulang kampung, bosnya pun tidak banyak tanya, ia merenung sejenak dan berkata, “Akhir-akhir ini pabrik lagi sibuk, dan tenaga kerja juga kurang, saya harap kamu bisa segera kembali ke pabrik begitu urusanmu selesai,”kata bos Xiao Mei.
Xiao Mei terus menganggukan kepala dan berjalan keluar dari ruangan bosnya sambil tersenyum ceria membawa form pemohonan izin.
Setelah pulang kerja di hari terakhirnya, Xiao Mei bergegas ke stasiun kereta dan pulang pada malam itu juga.
Begitu Xiao Mei tidak ada di pabrik, para karyawan pun mulai kasak-kusuk membicarakannya, salah satu rekannya berkata, “Apa kalian tahu mengapa Xiao Mei minta izin pulang kampung ?”
Semua orang menggelengkan kepala, tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata dengan nada canda, “Xiao Mei orangnya pendiam, tidak suka bicara, saya pernah bertanya kepadanya, tapi dia diam saja, jangan-jangan dia dipaksa menikah sama orangtuanya, jadi pulang kampung untuk menikah.”
Sejak Xiao Mei pulang kampung, tak terasa, tiga, empat hari pun berlalu, namun, tidak terlihat bayangan Xiao Mei kembali ke pabrik.
Kepala bagian produksinya gelisah, dia pun menelepon Xiao Mei, menyuruhnya segera kembali bekerja, namun ponsel yang dihubungi selalu tidak merespon atau dinonaktifkan.
Setelah berulang kali tidak mendapat tanggapan, kepala produksi pun malas menelepon lagi. Dan tak disangka, Xiao Mei yang awalnya hanya izin tiga hari, tak tampak jua kembali ke pabrik meski sudah lewat lebih dari 10 hari.
Kali ini, pabrik pun mulai hingar bingar dengan rumor yang ditiupkan, ada yang bilang Xiao Mei sudah berhenti, ada yang berkata sambil tersenyum : “Jangan-jangan sudah menemukan pangeran tampan dan menikah di kampung.”
Tapi ada juga yang menghela napas panjang dan berkata, “Cuti tiga hari, tapi sekarang sudah lebih dari dua minggu belum juga kembali kerja, ini kan sama dengan bolos kerja, dan bisa dipecat, kalau pun kembali kerja juga gajinya pasti sudah habis dipotong.”
Ketika semua orang asal bicara tentang Xiao Mei, tak disangka Xiao Mei pun kembali ke pabrik setelah lebih dari dua minggu tidak tampak batang hidungnya.
Melihat Xiao Mei baru masuk kerja, kepala bagian produksi dengan muka masam menegurnya, “Katanya izin 3 hari, tapi kenapa sekarang baru masuk, saya telepon juga tidak diangkat, dan saya merasa tidak enak terus ditanyai bagian personalia, sekarang kamu jelaskan saja sendiri di sana.”
Xiao Mei menemui kepala bagian personalia, namun, tiba-tiba dia diberitahu bahwa dirinya sudah dipecat, menyuruhnya pulang setelah menghitung upah kerjanya dan tidak perlu datang lagi ke pabrik.
Xiao Mei hanya diam saja sambil menitikkan air mata mendengar itu, dan kebetulan si bos lewat disana, lalu menyuruh Xiao Mei ke ruangannya.
“Bukankah izinnya tiga hari, tapi kenapa sudah lebih dari dua minggu baru masuk?” tanya bosnya.
Xiao Mei ingin bicara tapi ragu-ragu, bos Wang yang melihat itu lalu berkata : “Pabrik punya disiplinnya sendiri, dan saya pikir, mungkin kamu punya masalah, coba ceritakan apa masalahmu sampai selama itu baru masuk kerja, kalau tidak, kamu pulang saja dan tidak perlu datang lagi.”
Xiao Mei tergagap-gagap, dan tiba-tiba saja air matanya mengalir, lalu berkata sambil terisak, “Kakek saya sakit parah dan orangtua saya menyuruh pulang untuk menjenguknya, namun, dua hari setibanya di rumah kakek meninggal, karena itu, saya jadi sedih dan bengong di rumah selama dua minggu.
“Semasa hidupnya, kakek sangat menyayangi saya, sekarang sebelum sempat saya berbakti, dia sudah pergi, saat itu saya benar-benar sangat sedih, jadi saya menonaktifkan ponsel saya …”
Mendengar cerita Xiao Mei, bos Wang pun merenung, dan tiba-tiba berkata, “Ya sudah saya paham sekarang, kamu kembali dulu ke ketempat kerjamu.”
Sorenya, Xiao Mei kembali dipanggil ruangan bos Wang.
Dan tiba-tiba saja bos Wang mengambil sebuah amplop dan berkata : “Mengingat kamu anak yang berbakti, saya sudah menginformasikan ke bagian personalia agar kamu kembali bekerja seperti biasa.
“Gajimu juga tidak dipotong, dan uang 20 juta ini kamu ambillah, saya tahu kamu dari desa terpencil, mencari nafkah untuk keluarga di rumah, nanti jangan lupa kirim pulang uang ini untuk keluarga di rumah,”kata bos Wang ramah.
Mendengar kata-kata bosnya yang bijak dan penuh perhatian, air mata Xiao Mei pun tak terbendung lagi membasahi wajahnya.
Selalu ada cinta kasih yang tulus di dunia ini, jika semua orang bisa sedikit lebih mengerti dan peduli, maka dunia akan menjadi lebih baik dan indah.(jhn/yant)
Sumber: bldaily.com
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.