Clyde Prestowitz
Orang-orang di Tiongkok, terutama yang kaya, mempelajari sebuah sejarah baru dan unsur komunisme yang telah dilupakan oleh generasi-generasi lebih tua dan yang tidak pernah diketahui oleh generasi-generasi lebih muda.
Selama sekitar 40 tahun terakhir, banyak dilaporkan bahwa mantan pemimpin partai komunis Tiongkok Deng Xiaoping memicu pertumbuhan pesat dari ekonomi Tiongkok, dengan mengumumkan kepada negara Tiongkok bahwa “menjadi kaya adalah mulia”.
Hal ini muncul sebagai sebuah kejutan besar, bahkan mengejutkan bagi sebuah negara yang orang-orang kayanya dan bahkan yang disebut “petani-petaninya yang kaya” telah diusir, diburu, dibunuh, dan dimiskinkan atas nama persamaan komunis. Memang, hal ini lebih dari sebuah kejutan. Hal ini adalah kelegaan dan harapan.
Menjadi Kaya
Partai Komunis Tiongkok telah menjanjikan sebuah kehidupan yang lebih baik bagi semua, tetapi hal itu hanya menghasilkan kelaparan, penyiksaan, kritik diri, dan penghukuman atas kesalahan dan kehancuran Revolusi Kebudayaan Besar. Bahkan sekolah-sekolah dan universitas-universitas ditutup.
Dengan menyatakan bahwa menjadi kaya bukanlah sebuah hal yang buruk, Deng Xiaoping meluncurkan sebuah “revolusi rakyat” yang sejati.
Tanggapan tersebut adalah keajaiban pertumbuhan ekonomi, akademik, dan ilmu pengetahuan Tiongkok yang telah mengejutkan dunia selama 35 tahun terakhir atau lebih.
Pada saat itu, Tiongkok telah menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia dan, menurut beberapa ukuran, Tiongkok telah menjadi ekonomi yang terbesar di dunia.
Tiongkok juga yang paling dinamis dengan sebuah sektor swasta yang kuat yang telah memelopori teknologi baru, jenis baru organisasi bisnis yang teknologi, dan yang telah berkembang secara dramatis menjadi investasi dan pasar internasional.
Kadang-kadang perusahaan teknologi Tiongkok adalah pemimpin-pemimpin dunia dan semuanya bekerja di ujung tombak teknologi global.
Pertama Tetapi Tidak Mulia
Namun, pada kenyataannya, Deng Xiaoping tidak pernah benar-benar mengatakan bahwa “menjadi kaya itu adalah mulia.” Sebaliknya, Deng Xiaoping berkata, ”biarkan beberapa orang menjadi kaya terlebih dahulu.”
Deng Xiaoping menjelaskan lebih rinci persisnya apa yang ia katakan dan maksudkan dalam sebuah wawancara dengan reporter CBS Mike Wallace pada 2 September 1986. Deng Xiaoping menekankan bahwa tidak mungkin ada komunisme atau sosialisme dengan kemiskinan.
“Jadi “menjadi kaya bukanlah dosa, tetapi apa yang kami maksud dengan menjadi kaya adalah berbeda dari apa yang anda (di Dunia Bebas) maksud. Kekayaan dalam sebuah masyarakat sosialis adalah milik rakyat. Menjadi kaya berarti kemakmuran bagi seluruh rakyat. Kami mengizinkan beberapa orang untuk menjadi sejahtera terlebih dahulu untuk mempercepat tercapainya kemakmuran untuk seluruh masyarakat.”
Tentu saja, Deng Xiaoping tidak hidup untuk melihat lebih dari pengayaan beberapa orang yang pertama, dan dua penerus langsung Deng Xiaoping, yaitu Jiang Zemin dan Hu Jintao, terus-menerus menekankan pentingnya beberapa orang menjadi kaya terlebih dahulu.
Memang, di bawah kepemimpinan Jiang Zemin dan Hu Jintao, perlombaan untuk menjadi seorang miliarder menjadi olahraga utama Tiongkok dan melakukannya dengan cara-cara yang korup tidak disukai. Kadang para pemimpin bisnis Dunia Bebas, berbicara mengenai lingkungan bisnis Tiongkok sebagai kapitalisme “Barat Liar,” yang kadang mengacu pada perkembangan ekonomi Amerika Serikat yang rusak.
Namun, sebagai seorang mahasiswa sejarah Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping tahu dengan persis apa yang dikatakan dan dimaksudkan oleh Deng Xiaoping. Dan, sekarang mengingatkan Partai Komunis Tiongkok serta komunitas bisnis Tiongkok dan para pemimpin bisnis asing yang memiliki investasi di Tiongkok, bahwa Partai Komunis Tiongkok telah menghapuskan kemiskinan dan sekarang waktu bagi semua orang untuk berbagi kekayaan masyarakat.
Dalam Alkitab agama Kristen, ada sebuah perikop yang mengatakan: “Maka yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.” Hal ini sekarang tampaknya menjadi apa yang ada dalam pikiran Xi Jinping untuk Tiongkok.
Konsekuensi bagi para pemimpin bisnis top Tiongkok dan orang-orang terkaya konsekuensi adalah sudah dramatis. Alibaba yang sebelumnya sangat sukses dan pendiri Alibaba Jack Ma telah direndahkan. Memang, sepertinya orang-orang tidak melihat Jack Ma cukup lama.
Penawaran saham utama, merger dan akuisisi yang diusulkan telah dihentikan, menghasilkan kerugian keuangan yang sangat besar bagi beberapa pengusaha terkaya Tiongkok. Jika kebijakan baru ini mewakili langkah sosialis berikutnya untuk berbagi kekayaan negara secara merata, hal ini akan segera menimbulkan pertanyaan baru mengenai kemampuan Tiongkok untuk terus-menerus menghasilkan kekayaan, sambil membagikan kekayaan lebih sesuai kebutuhan daripada untuk penciptaan.
Tidak pelak lagi, peran negara dalam membimbing dan mengendalikan perekonomian, akan menjadi lebih besar sedangkan para pengusaha swasta dan pemimpin bisnis akan berkurang. Sebuah pertanyaan besar telah membayangi keajaiban ekonomi Tiongkok selama bertahun-tahun: “Akankah Tiongkok mampu menjadi kaya sebelum Tiongkok menjadi tua?”. Tren-tren saat ini sangat menyatakan bahwa, jawaban tersebut adalah “tidak.” Alasannya adalah karena angkatan kerja Tiongkok telah menyusut dan menua, serta hal ini akan meningkat pesat selama 20 tahun ke depan.
Jika pasar-pasar sekarang dikekang, serta lebih banyak perhatian diberikan untuk membagi kekayaan tersebut daripada untuk penciptaan kekayaan, adalah sebuah kepastian bahwa Tiongkok tidak akan menjadi kaya sebelumnya menjadi tua.
Sebuah pertanyaan terakhir yang menarik adalah mengenai masa depan perusahaan BUMN Tiongkok. Perusahaan ini adalah sekitar sepertiga perekonomian Tiongkok. Secara efektif perusahaan BUMN Tiongkok dimiliki oleh Partai Komunis Tiongkok, yang sepenuhnya mengendalikan Tiongkok serta menentukan investasi dan alokasi pendapatan dari perusahaan BUMN Tiongkok.
Akankah Partai Komunis Tiongkok membagi kekayaannya secara setara dengan sektor swasta akan dipandu untuk melakukan? (Vv)
Clyde Prestowitz adalah pakar Asia dan globalisasi, negosiator perdagangan veteran AS, dan penasihat presiden. Dia adalah pemimpin misi perdagangan pertama AS ke Tiongkok pada tahun 1982 dan telah menjabat sebagai penasihat Presiden Reagan, George H.W. Bush, Clinton, dan Obama. Sebagai penasihat sekretaris perdagangan dalam pemerintahan Reagan, Prestowitz memimpin negosiasi dengan Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok. Buku terbarunya adalah “The World Turned Upside Down: America, China, and the Struggle for Global Leadership,” yang diterbitkan pada Januari 2021