Isabel Van Brugen
Kementerian kesehatan Jepang pada Senin (6/9/2021) melaporkan orang yang ketiga meninggal dunia setelah menerima suntikan dari batch vaksin Moderna yang ditangguhkan.
Kasus kematian ini menandai kasus ketiga setelah ditemukannya kontaminasi dalam beberapa batch vaksin Moderna COVID-19 di Jepang. Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan, pria berusia 49 tahun itu menerima dosis keduanya pada 11 Agustus dan meninggal dunia keesokan harinya. Sedangkan satu-satunya masalah kesehatan pria itu diketahui adalah alergi terhadap soba atau semacam mie Jepang.
Dua kematian pertama yang dilaporkan sebelumnya di negara tersebut, terkait dosis Moderna yang terkontaminasi adalah dua pria, berusia 30 dan 38 tahun. Mereka meninggal dunia dua hari setelah menerima dosis kedua dari batch vaksin yang tercemar.
Ketiga pria itu mengalami demam setelah diberikan dosis kedua vaksin dan meninggal tak lama setelah itu. Vaksin Moderna, seperti suntikan Pfizer, menggunakan teknologi mRNA.
Takeda Pharmaceutical adalah produsen obat terbesar di Jepang yang mendistribusikan vaksin Moderna di negara tersebut. Perusahaan itu menegaskan dalam sebuah pernyataan pada Selasa 7 september, bahwa penyebab kematian sedang diselidiki, dan tidak ada bukti bahwa mereka terkait dengan vaksin tersebut, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.
Suntikan yang diberikan kepada pria berusia 49 tahun itu, berasal dari batch yang sama ditemukan pihak berwenang mengandung pecahan stainless tahan karat, yang menyebabkan penarikan 1,63 juta dosis vaksin Moderna pada 26 Agustus lalu.
“Adanya partikel stainless steel yang jarang dalam vaksin Moderna untuk COVID-19 tidak menimbulkan risiko yang tidak semestinya terhadap keselamatan pasien dan tidak memengaruhi profil manfaat atau risiko produk,” kata Takeda Pharmaceutical dalam pernyataan bersama dengan Moderna pada akhir pekan.
Setelah melakukan penyelidikan, perusahaan mengatakan kontaminasi itu ditelusuri kembali ke produksi oleh kontraktor Spanyol ROVI Pharma Industrial Services.
“Stainless steel secara rutin digunakan pada katup jantung, penggantian sendi, jahitan dan staples logam. Dengan demikian, tidak diharapkan ada injeksi partikel yang diidentifikasi dalam lot ini di Jepang akan mengakibatkan peningkatan risiko medis, ” demikian penjelasan perusahaan.
Menurut Taro Kono, menteri yang memimpin program vaksin COVID-19 negara itu, lebih dari setengah juta orang sudah disuntik dengan vaksin dari batch terkontaminasi.
Pada 7 September, sekitar 58 persen warga telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19. Ada sekitar 16.400 kematian terkait COVID-19 di Jepang sejak pandemi dimulai.
The Epoch Times sudah menghubungi Moderna untuk memberikan komentar.
Regulator kesehatan Jepang sedang menyelidiki kematian ketiga pria tersebut. (Vv)