ETIndonesia-Sayang, beberapa hari lalu, ayah pergi menemuimu, kamu datang bersama pacarmu dan berkata dengan lugas, “Ayah, aku ingin menikah dengannya!” Beberapa hari kemudian, ayah menjawab dengan tegas: “Ayah tidak setuju, karena dia pria miskin.”
Ayah tidak bisa melupakan ekspresimu ketika itu, kamu seakan berkata, kenapa ayahku begitu materialistis? Tapi, ayah tidak bisa menjawabnya, tidak ada hal yang lebih menyedihkan dan menyakitkan daripada disalahpahami oleh putriku sendiri.
Orang-orang dari generasi ayah ini belum pernah menikmati kesenangan hidup, ayah selalu patuh dan menurut saja dalam setiap pekerjaan. Ibumu masih kerja malam di rumah sakit ketika mengandungmu, tidak berani cuti, karena takut akan kehilangan bonus.
Kemiskinan dapat mempengaruhi saraf manusia, dan menekan jiwa seseorang. Orang-orang miskin selalu lebih memahami tentang penderitaan manusia, kebaikan dan keburukan dari sifat manusia, diam-diam membuat kamu kehilangan harga diri, dan ini bukan hal yang baik tentunya.
Hal yang paling mengerikan dari kemiskinan itu bukannya miskin uang, tapi miskin dalam pemikiran, miskin dalam tekad/ambisi, yang masa depannya tidak bisa ditemukan dalam diri sosok orang seperti itu.
Tentangg hal itu, kamu pun tiba-tiba bertanya pada ayah : “Maksud ayah tetap saja miskin, bukankah begitu ?”
Tidak, menurut ayah, kemiskinannya terletak pada empat poin ini:
Miskin tekad (tidak punya ambisi)
Ketika ayah berhadapan dengan kalian berdua waktu itu, ayah melihat dia berdiri di sampingmu, matanya tampak berkedip-kedip, tidak percaya diri. Dia juga tampak bingung dan tidak memiliki arah yang jelas untuk perencanaan masa depan kalian ketika ayah sekadar menanyakan hal itu padanya.
Dia bilang sekarang tidak punya uang untuk membeli rumah. Sejujurnya, ayah tidak memandang rendah padanya karena miskin.
Ayah hanya menyayangkan, dia yang sadar dengan kemiskinannya itu, tetapi tidak berambisi untuk mencari uang, tidak punya tekad inilah yang tidak ayah sukai.
Jika kamu bertanya pada ayah, pilih mana antara seorang pemuda jutawan dengan seorang pemuda miskin ? Jujur saja, sulit untuk menjawabnya.
Miskin bukan karena kelahirannya, tapi lebih kepada “pola pikirnya yang dangkal”.
Setiap orang ingin memiliki cinta yang murni sejati, tetapi dalam kehidupan nyata sehari-hari, apakah kamu ingin selamanya hanya menemaninya makan di kantin, jalan-jalan dengan kantong pas-pasan, dan menginap di losmen.
Bagaimana pun kalian harus menghadapi hidup secara mandiri. Orang seperti ini tidak bisa memberikan perlindungan dan memberikan jaminan hidupmu, bahkan tidak punya pemikiran seperti itu, jadi, bagaimana ayah bisa tenang ?
Ayah tidak khawatir dengan sosok pria miskin, yang ditakutkan adalah pria itu pasrah hidup miskin seumur hidup.
Miskin pola pikir
Semiskin apa pun seseorang dalam hidupnya, jangan sampai miskin pemikiran.
Kaum pria relatif lebih lambat dewasa (pola pikir), sementara kamu adalah anak yang lebih cepat dewasa. Ayah tidak bisa membayangkan bagaimana rumah tangga kalian kalau bersama.
Kamu bilang dia suka bermain game, sebenarnya itu wajar saja, ayah juga suka bermain game, tetapi jangan juga saat pulang kerja, langsung melepas sepatu, kaus kaki dan menaruh semaunya, dan tidak peduli dengan apa pun di rumah, langsung tenggelam ke dalam video game, apalagi sampai kamu harus mengantarkan minuman untuknya.
Setiap orang berawal dari debu, yang bisa menuju ke puncak itu mengandalkan cara berpikir, selain itu, yang membuat hidup menjadi menarik itu, tidak lebih dari pikiran seseorang.
Miskin karakter/kepribadian
Ketika orangtuanya menyuruhnya pulang untuk membangun rumah di kampungnya, kamu juga ikut pergi bersamanya. Kamu bilang bahwa keluarganya setiap hari berjudi. Setelah mendengar ceritamu itu, ayah pun seketika tahu dari mana “pemikiran dangkalnya” berasal.
Selain itu, mengapa dia harus membeli sesuatu yang melebihi kemampuan dari penghasilannya saat ini, seperti ponsel, komputer merk Apple yang digunakannya sekarang.
Keluarga seseorang akan memengaruhi kepribadian dan pandangan keluarganya sendiri di masa depan, sedikit banyak akan berdampak padanya, dan itu sudah mulai muncul pada dirinya.
Ayah pernah melihat sebuah eksperimen yang terkenal, katanya manusia secara artifisial menetaskan sekawanan angsa liar dengan angsa ternak. Ada orang yang menaruh seekor angsa liar ke dalam sekawanan angsa ternak, dan mendapati angsa liar tidak bisa terbang lagi setelah dewasa. Dan tahukah kamu kalau kita ini adalah sekawanan angsa ternak itu.
Karena kognisi dan pendidikan lingkungan, akan mengubur dan mengubah kita, terutama ketika kita masih kanak-kanak.
Keluarga miskin, menyebabkan dangkalnya kognitif, ditambah lagi sempitnya pandangan, yang membuatnya menjadi sesosok orang yang biasa-biasa saja dan tidak tahu dengan jelas posisinya, meski sudah kepala tiga.
Miskin ekonomi
Ayah tahu kondisi ekonomi keluarganya tidak baik, tetapi itu tidak masalah, era sekarang ini telah memberi banyak kesempatan kepada kaum muda, selama mereka mau bekerja keras, ayah yakin kalian akan memiliki masa depan yang cerah.
Tetapi, ayah dengar, keluarga mereka menyuruh kamu berhenti kerja setelah menikah, cukup konsentrasi pada keluarga, mengurus anak-anak dan suamimu.
Tak disangka, keluarga yang biasa-biasa saja punya pandangan kolot seperti itu, sekilas memang terdengar bagus, kalau itu adalah tradisi, padahal sebenarnya adalah pemikiran yang naif.
Sebagai ayah, ayah tidak mengerti logika mereka. Sejak kamu masih kecil ayah menyekolahkanmu ke sekolah yang berkualitas, membiayaimu kursus piano, belajar menari, dan ayah tidak meminta balasanmu yang hebat, tapi ayah tidak ingin kamu menghabiskan hidupmu seperti itu.
Ayah juga tidak ingin melihat kamu dan anak-anakmu di kemudian hari dibelenggu oleh pandangan yang sudah ketinggalan zaman itu.
Seandainya hidupmu terbelenggu oleh jaring besar ini, menjadi lelah secara fisik dan pikiran, menderita sakit, dan kondisinya semakin memprihatinkan, maka ayah lebih rela kamu tidak menikah. Ayah sanggup menghidupimu seumur hidup, tidak ingin kamu yang masih begitu muda harus merunduk, pasrah dalam menjalani hari-harimu yang panjang.
Ayah bersusah payah selama ini, memberikan berbagai pendidikan untukmu, menjadikanmu sebagai sesosok orang yang lebih berkualitas, hanya karena supaya kamu memiliki masa depan yang lebih baik.
Inilah empat poin yang ayah maksud “miskin” itu, dan alasan ayah tidak setuju dengan pilihanmu itu.
Ayah ingin kamu selalu menjadi seorang putri kecil. Suatu hari nanti kamu akan melihat sosok ayah yang membungkuk, jalan tertatih-tatih, dan bicara tidak jelas. Ayah harap bila tiba saatnya, kamu masih seorang putri kecil.
Dalam seumur hidup ini, ayah sudah merasakan pahit-manis, suka-duka, kecewa dan bahagia, baik dan buruk dan segala yang ada di dunia fana ini.
Terus terang saja, jika besok ayah dipanggil oleh-Nya juga tidak ada lagi yang ayah sesalkan. Satu-satunya hanya kamu, nak…..
Ayah bukanlah sosok orang yang rakus dengan kekuasaan dan harta benda, ayah hanya ingin kamu selalu baik-baik saja menjalani hidup ini.(jhn/yant)
Sumber: pretties.news
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.