oleh Zhang Ting
Serangan teroris berskala besar yang terjadi di Amerika Serikat pada 11 September menewaskan hampir 3.000 orang. United Airlines dengan nomor penerbangan 93 adalah salah satu pesawat yang dibajak oleh teroris pada hari itu. Seorang janda korban peristiwa serangan itu menceritakan bahwa suaminya yang berada dalam pesawat sempat 3 kali meneleponnya. Suaminya menginformasikan soal rencana untuk merebut kembali kendali pesawat dari tangan pembajak
Dalam insiden 11 September ada 2 pesawat penumpang yang berhasil dibajak oleh teroris untuk ditabrakkan pada Menara Kembar World Trade Center, pesawat ketiga ditabrakkan pada Gedung Pentagon di Arlington, Virginia.
Adapun pesawat keempat yang memiliki target awal menabrak gedung US Capitol atau Gedung Putih, akhirnya jatuh di Shanksville, Pennsylvania, sekitar 240 km barat daya Washington, D.C dan menewaskan seluruh 40 orang penumpang, awak pesawat dan teroris di dalamnya setelah sejumlah penumpang melakukan perlawanan dan bergelut dengan pembajak.
Tom Burnett, suami Deena Burnett Bailey adalah salah satu penumpang pesawat United Airline nomor penerbangan 93. Kepada CNN, Deena mengatakan bahwa ketika suaminya masih berada dalam pesawat, mereka melakukan setidaknya tiga panggilan telepon. Dalam kontak terakhir Tom mengatakan kepada bahwa para penumpang dan awak bermaksud melakukan perlawanan untuk merebut kembali kendali pesawat dari tangan para pembajak.
“Dia menelepon saya lagi untuk ketiga kalinya dan mengatakan bahwa mereka bermaksud untuk merebut kembali kendali pesawat. Namun, sedang menunggu kesempatan saat pesawat terbang di atas udara pinggiran kota, untuk itu ia bilang saya tidak perlu khawatir”, ujar Deena.
“Ada rasa khawatir juga walaupun percaya dirinya tetap tinggi, Tom yakin upayanya bisa berhasil. Dia tampaknya , sangat mampu mengendalikan situasi dan akan membuat situasi berubah. Ketika Tom mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Istrinya mulai percaya kepadanya. Kemudian kalimat terakhir yang suaminya sampaikan kepada dirinya adalah, “Jangan khawatir, kami akan melakukan sesuatu”, setelah itu ia berjalan lewat lorong menuju kokpit lalu sambungan telepon diputus”, kenang Deena Burnett Bailey.
Deena Burnett Bailey juga mengatakan kepada CNN bahwa upacara peringatan Sabtu, 11 September 2021 berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tidak hanya karena ini adalah peringatan tahun ke-20 serangan teroris, tetapi juga karena ketiga putrinya sekarang sudah dewasa, dan dalam 20 tahun ini, dia telah berhasil membesarkan ketiga putri dengan cara yang diharapkan dirinya bersama mendiang suaminya.
Ia mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya ketiga putri datang untuk berpartisipasi dalam peringatan tersebut. Ketika suaminya terbunuh, putri kembarnya baru berusia 5 tahun dan putri bungsunya baru berusia 3 tahun.
“Meskipun ini adalah tonggak yang sangat penting (merujuk pada peringatan 20 tahun serangan teroris pada 11 September), tetapi bagi saya, Ini adalah tahun pertama ketiga anak saya mengenyam pendidikan, meninggalkan sekolah, tumbuh dewasa, bekerja, hidup mandiri, dan tinggal di luar negara bagian. 20 tahun silam, saya pernah khawatir tentang apakah saya seorang diri mampu dari segi finansial, emosional dan kejiwaan membesarkan ketiga orang anak ini ? Dan bagaimana melakukannya ?”, kata Deena.
Deena mengatakan bahwa akhirnya dia berhasil.
Menurut laporan BBC, Mark Bingham, putra mantan pramugari Alice Hoagland juga berada dalam pesawat United Airlines nomor penerbangan 93. Di saat yang genting itu, Alice meninggalkan dua buah pesan suara untuk putranya Mark Bingham.
“Mark, saya ibumu. Ada laporan yang menyebutkan bahwa (pesawat) dibajak oleh teroris. Mereka mungkin berencana menggunakan pesawat itu untuk menyerang target pada suatu tempat di darat. Yang ingin saya katakan adalah jangan mundur dan lakukan yang terbaik. Taklukkan mereka, karena mereka adalah orang-orang yang kehilangan akal sehat seperti orang gila”, katanya dalam pesan suaranya yang pertama.
Dalam pesan suara yang kedua, Alice menyarankan agar putranya sedapat mungkin bersama penumpang lainnya untuk mengendalikan pesawat. (Sin)