oleh Wang Xiang – Epochtimes.com
Media Inggris ‘The Financial Times’ mengutip sejumlah sumber terpercaya pada hari Selasa 14 September melaporkan bahwa pekan lalu Presiden Biden telah melakukan pembicaraan lewat sambungan telepon dengan Presiden Xi Jinping selama kurang lebih 90 menit, dan Biden mengusulkan untuk melakukan pertemuan tatap muka dengan Xi Jinping yang tidak mendapat tanggapan.
Laporan itu menyebutkan bahwa Biden mengusulkan untuk mengadakan KTT tatap muka dengan Xi Jinping untuk memecahkan kebuntuan dalam hubungan AS – komunis Tiongkok.
Namun, beberapa sumber yang mengetahui isi panggilan tersebut mengatakan bahwa, para pemimpin komunis Tiongkok menolak usulan tersebut. Tetapi, bersikeras untuk meminta Washington tidak menggunakan nada keras terhadap Beijing.
Laporan menyebutkan bahwa hasil panggilan itu membuat beberapa pejabat AS berpendapat, Beijing lebih memilih untuk terus bersitegang dengan Washington. Gedung Putih menggambarkan panggilan itu sebagai kesempatan untuk menguji, apakah Xi Jinping bersedia berpartisipasi dalam pembicaraan secara serius setelah beberapa pertemuan diplomatik, antara pejabat AS dan komunis Tiongkok gagal mencapai kemajuan dalam memperbaiki hubungan.
‘The Financial Times’ mengutip informasi dari 5 orang sumber yang mengetahui masalah memberitakan bahwa, meskipun Xi Jinping tidak menggunakan bahasa kasar sebagaimana para diplomat seniornya, namun pesan keseluruhan dari Xi yang disampaikan kepada Biden adalah bahwa Amerika Serikat harus mengubah tekanan nada dalam pembicaraan.
Sejak menjabat, Biden telah mengambil sikap keras terhadap komunis Tiongkok, mengkritik Beijing atas tindakan pelanggaran HAM di Xinjiang, menekan gerakan demokrasi Hongkong dan kegiatan militer di sekitar Selat Taiwan. Tetapi untuk itu komunis Tiongkok selalu menanggapi dengan menuduh pemerintahan Biden ikut campur dalam urusan internal komunis Tiongkok.
Dalam situasi dimana Beijing bakal sulit untuk bisa memperoleh benefit dari Washington, pertemuan kedua kepala negara tersebut mungkin berisiko secara politik. Demikian tulis ‘Financial Times’.
Sumber keenam yang mengetahui situasi tersebut mengatakan bahwa, Biden menganggap KTT ini sebagai salah satu dari beberapa kemungkinan kontak lanjutan dengan Xi Jinping. Sebagai Presiden Amerika Serikat, Joe Biden tidak mengharapkan tanggapan langsung dari Xi Jinping.
Pejabat AS lainnya yang mengetahui percakapan tersebut mengatakan bahwa, meskipun Xi Jinping menolak gagasan untuk mengadakan KTT tatap muka, tetapi Gedung Putih percaya bahwa sebagian alasannya adalah karena kekhawatiran tentang COVID-19. Rupanya Xi Jinping belum pernah meninggalkan daratan Tiongkok sejak kunjungannya yang terakhir ke Myanmar pada awal tahun 2020, sebelum virus komunis Tiongkok (COVID-19) merebak ke seluruh dunia.
Amerika Serikat telah mempertimbangkan untuk mengorganisir pembicaraan antar pemimpin dunia selama KTT G20 di Italia pada bulan Oktober mendatang, tetapi media corong pemerintah komunis Tiongkok mengatakan bahwa Xi Jinping mungkin tidak menghadiri KTT G20.
Pada saat yang sama, juga dikatakan bahwa Xi tidak akan menghadiri pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai di Tajikistan minggu ini, meskipun salah satu topik pembicaraan dari delegasi komunis Tiongkok, Rusia, India, Pakistan, dan negara-negara Asia Tengah adalah masalah Afghanistan.
Seseorang sumber yang akrab dengan percakapan antara Biden dengan Xi Jinping juga mengatakan bahwa, mungkin saja Xi Jinping tidak ingin membuat janji pada saat ini. Sumber lainnya mengatakan bahwa kedua pihak mungkin setuju untuk melakukan panggilan video selama pertemuan G-20. Tetapi ada 3 orang sumber yang mengatakan bahwa Biden kecewa dengan kurangnya minat Xi Jinping untuk berpartisipasi dalam KTT itu.
Laporan resmi Partai Komunis Tiongkok mengenai pembicaraan lewat sambungan telepon kedua kepala negara tersebut menyebutkan, bahwa pembicaraan telepon itu diprakarsai oleh Biden, yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat-lah yang menantikan lebih banyak diskusi dan kerja sama dengan Tiongkok, dan untuk memastikan agar persaingan antara kedua negara tidak berubah menjadi konflik.
Menurut laporan ‘Financial Times’, dari bahasa yang digunakan oleh media resmi Partai Komunis Tiongkok, terlihat bahwa hal yang ingin disampaikan Beijing adalah Washington-lah yang bekerja lebih keras daripada Beijing dalam upaya memperbaiki hubungan.
Satu hari setelah panggilan itu, ‘Financial Times’ melaporkan bahwa Biden sedang mempertimbangkan pemberian izin kepada Taiwan untuk mengubah nama kantornya di AS dari Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei menjadi Kantor Perwakilan Taiwan. Berita ini menimbulkan tanggapan marah dari pemerintah komunis Tiongkok, yang khawatir bahwa perubahan nama akan memperkuat gagasan Taiwan sebagai negara berdaulat. (sin)