oleh Li Zhaoxi
Sejak 15 Agustus Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, nasib para utusan luar negeri Afghanistan di negara asing menjadi tidak menentu. Tidak ada dana untuk mempertahankan kegiatan operasi misi, khawatir terhadap keselamatan anggota keluarga yang ada di kampung halaman, bercampur aduk yang mendesak mereka untuk meminta suaka kepada tuan rumah dimana mereka bertugas saat ini
Menurut laporan Reuters pada Kamis 16 September, staf kedutaan Afghanistan di delapan negara, termasuk Kanada, Jerman dan Jepang, dalam wawancara dengan media mengatakan bahwa semua anggota staf kedutaan Afghanistan sekarang berada dalam situasi bingung dan putus asa.
“Saya juga rekan-rekan yang berada di banyak negara lain memohon negara tuan rumah untuk menerima kita-kita ini”, kata seorang diplomat Afghanistan di Berlin. Tetapi staf tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak bisa mengungkapkan namanya karena khawatir terhadap keselamatan istri dan 4 orang putrinya yang masih tinggal di Kabul.
“Saya benar-benar memohon. (kita) para diplomat bersedia menjadi pengungsi”, ia mengatakan bahwa dirinya bersedia menjual segalanya, termasuk sebuah rumah besar di Kabul, dan “memulai lagi dari awal”.
Afzal Ashraf, seorang ahli hubungan internasional dan sarjana tamu dari Universitas Nottingham di Inggris mengatakan, bahwa seiring dengan belum tahu kapan diakuinya pemerintahan Taliban oleh negara-negara di dunia, para utusan luar negeri Afghanistan yang berada di negara asing akan menghadapi suatu “masa kebingungan yang panjang”.
“Apa yang bisa para utusan ini lakukan ? Mereka tidak lagi mewakili pemerintah. Mereka tidak memiliki kebijakan untuk diterapkan”, kata Afzal Ashraf. Ia seraya menambahkan bahwa staf kedutaan dapat mengajukan permohonan suaka politik karena mereka mungkin menghadapi masalah keamanan jika mereka kembali ke Afghanistan.
Amir Khan Muttaqi, penjabat menteri luar negeri pemerintah sementara yang ditunjuk oleh Taliban mengatakan dalam konferensi pers di Kabul pada hari Selasa lalu, bahwa sebuah pesan telah dikirim ke semua kedutaan Afghanistan yang isinya memberitahu mereka untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Tetapi, staf kedutaan mengatakan bahwa kedutaan berada dalam situasi kacau. “Tidak ada dana. Tidak mungkin melanjutkan kegiatan dalam situasi demikian. Saat ini saya tidak menerima gaji”, kata seorang staf di Kedutaan Besar Afghanistan untuk Kanada di Ottawa.
Dua orang anggota staf kedutaan Afghanistan di New Delhi mengatakan bahwa mereka hampir kehabisan uang tunai.
The Pajhwok Afghan News yang mengutip informasi yang disampaikan oleh seorang mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Afghanistan pada hari Sabtu (18 September) mengungkapkan, bahwa saat ini, sebagian besar kedutaan Afghanistan di luar negeri telah memutuskan hubungan negara tuan rumah mereka dengan pemerintah sementara Taliban.
Beberapa kedutaan masih dipimpin oleh mantan Menteri Luar Negeri Hanif Atmar dan mantan Wakil Presiden Amrullah Saleh. Namun, beberapa kedutaan “bertindak independen” dan status pendapatan mereka masih belum diketahui.
Sumber tersebut mengungkapkan bahwa beberapa kedutaan bersikap netral, beberapa tetap menjalin hubungan dengan pemerintah baru. Beberapa dari mereka tetap diam tentang pendapatan dan bertindak secara independen.
Berita tentang para mantan pejabat yang beredar sesuai dengan pernyataan Kementerian Luar Negeri Pemerintahan Sementara Taliban. Pemerintah sementara menyatakan bahwa ada satu orang kedutaan yang belum menyetorkan dana ke rekening bank, dan empat orang kedutaan lainnya menolak menjawab pertanyaan pemerintah sementara tentang aktivitas mereka. (Sin)