oleh Li Jing
Krisis utang berjumlah triliunan dari China Evergrande sedang mendapat sorotan pasar keuangan global. Untuk menjaga likuiditas perusahaan, Xu Jiayin, ketua dewan direksi Evergrande, menyuntikkan dana dari hasil penjualan aset pribadinya.
Pada 16 November, media Tiongkok ‘yicai’ mengutip informasi yang disampaikan oleh sumber terpercaya melaporkan bahwa, sejak 1 Juli tahun ini hingga sekarang, untuk menjaga likuiditas grup, Xu Jiayin telah mengumpulkan dana melalui penjualan aset pribadi atau pelepasan hak atas ekuitas yang dijanjikan. Kabarnya akumulasi dana yang kemudian disuntikkan ke grup sudah mencapai lebih dari RMB. 7 miliar.
“Saat ini, Xu Jiayin secara pribadi mengumpulkan dana demi menyambung hidup Evergrande”, kata sumber.
Bulan lalu, dua orang sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, bahwa pihak berwenang Tiongkok mendesak Xu Jiayin menggunakan sebagian dari penjualan kekayaan pribadinya untuk membantu pembayaran hak pemegang obligasi perusahaannya.
Laporan semi-tahunan China Evergrande yang telah dirilis sebelumnya menunjukkan bahwa pada 31 Juni, Evergrande berutang total RMB. 1,97 triliun (setara USD. 300 miliar) kepada pemasok, kreditur, dan investor.
Pada awal Oktober tahun ini, JPMorgan Chase mengeluarkan berita yang menyatakan bahwa China Evergrande Group memiliki sejumlah besar hutang tersembunyi, yang menyita 55% dari total hutang aktual, dan rasio utang bersih perusahaan juga lebih tinggi dari 177%, lebih besar 100% dari yang mereka nyatakan dalam laporan.
Frank Tian Xie, seorang profesor dari Aiken School of Business di University of South Carolina, Amerika Serikat menjelaskan bahwa dari perspektif bisnis, ekonomi, dan hukum, tidak masuk akal membiarkan Xu Jiayin secara pribadi yang mendanai pembayaran utang perusahaan. Tetapi ada faktor perselisihan di internal Partai Komunis Tiongkok dan faktor politik yang membelakangi tindakan yang diambil Xi Jinping itu. Karena sebagai konglomerat asal pemegang kekuasaan, kekayaan yang diraih Evergrande mungkin tidak seluruhnya berada di tangan Xu Jiayin, dan lebih banyak lagi yang berada di tangan para mantan penguasa yang beroposisi dengan Xi.
Baru-baru ini, berita tentang penjualan aset pribadi Xu Jiayin juga telah banyak beredar di pasar. Kabarnya bahwa paket aset Xu Jiayin yang telah dijual meliputi 3 buah gedung apartemen di Hongkong, rumah mewah di Guangzhou dan Shenzhen, dan beberapa pesawat jet pribadi.
Wall Street Journal mengutip sumber yang mengetahui masalah ini pada 5 November mengungkapkan bahwa China Evergrande mengumpulkan lebih dari USD. 50 juta melalui penjualan 2 unit pesawat milik pribadi pada bulan Oktober, membawa uang tunai yang sangat dibutuhkan perusahaan untuk membantunya pembayaran hutangnya.
Pada akhir September, China Evergrande menyatakan bahwa salah satu anak perusahaannya berencana untuk menjual hampir 20% saham Shengjing Bank, yang berkantor pusat di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, kepada Shengjing Finance (Kelompok Investasi Holding Keuangan Shenyang Shengjing). Setelah transaksi selesai, perusahaan milik negara ini setelah menerima pengalihan menjadi pemegang saham terbesar Shengjing Bank.
Di sisi lain, Reuters yang mengutip ungkapan 2 orang sumber itu pada 15 Oktober mengatakan bahwa, pengembang China Yuexiu Real Estate telah menarik diri dari transaksi akuisisi gedung kantor pusat China Evergrande di Hongkong yang nilainya mencapai USD. 1,7 miliar.
Menyangkut hasil akhir dari krisis Evergrande, komentator politik Zhang Tianliang dalam program medianya sendiri menuturkan bahwa Evergrande dapat mengikuti jejak yang ditempuh HNA, yakni bangkrut kemudian reorganisasi. Yang mana pada akhirnya, menggiring Xu Jiayin dimintai pertanggungjawaban atau bahkan masuk penjara.
Pada 4 November, majalah Forbes mengumumkan daftar orang kaya daratan Tiongkok tahun 2021. Xu Jiayin, telah turun dari peringkat 10 tahun lalu dengan kekayaan RMB. 180,82 miliar menjadi peringkat 44 dengan kekayaan yang turun tajam menjadi RMB. 76,4 miliar. (sin)