oleh Tom Ozimek
Presiden AS Joe Biden memerintahkan pelepasan 50 juta barel Cadangan Minyak Strategis Nasional (SPR) pada Selasa (23/11/2021). Tujuannya untuk membantu meringankan lonjakan biaya energi dan tekanan kekurangan BBM di pompa bensin.
Dalam sebuah pernyataannya pada 23 November, Gedung Putih menyebutkan : Konsumen AS sedang merasakan dampak kenaikan harga minyak di pompa bensin dan tagihan pemanas rumah tangga, dan begitu juga bagi perusahaan Amerika. Setelah ekonomi global mulai mampu menyingkirkan dampak pandemi, pasokan minyak belum memenuhi permintaan saat ini.
Permintaan global telah rebound tajam dari posisi terendah ketika pandemi, dan harga minyak mentah telah melonjak ke level tertinggi sejak 7 tahun terakhir. Partai Republik menyalahkan kebijakan Biden, seperti pembatalan proyek pipa Keystone XL dan pembekuan sewa baru untuk pengeboran minyak dan gas di tanah federal, sehingga harga minyak mengalami lonjakan.
Gedung Putih bersikeras mengatakan bahwa Biden sedang menggunakan semua alat yang bisa dia gunakan, untuk menurunkan harga dan memecahkan masalah pasokan minyak yang tidak mencukupi. Gedung Putih menyatakan bahwa Kementerian Energi AS akan menyediakan 32 juta barel minyak mentah dari 4 lokasi penyimpanan SPR, di bawah mekanisme pertukaran. Atas dasar ini, menurut otorisasi Kongres sebelumnya, tambahan 18 juta barel minyak akan disediakan dengan mempercepat pengeluaran minyak mentah dari SPR.
Menteri Energi AS Jennifer M. Granholm menyebutkan dalam sebuah pernyataannya : Ketika kita mampu keluar dari stagnasi ekonomi global yang belum pernah terjadi sebelumnya, pasokan minyak tidak mampu memenuhi permintaan, sehingga keluarga pekerja dan bisnis harus membayar harganya.
Gedung Putih menyatakan, pelepasan cadangan minyak tersebut dikoordinasikan dengan negara-negara seperti Tiongkok, India, Korea Selatan, Jepang, dan Inggris.
Menanggapi pernyataan Gedung Putih, pemimpin minoritas Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Republik California Kevin McCarthy mengatakan bahwa pelepasan cadangan strategis ini hanya akan mengatasi kesulitan minyak di AS dalam beberapa hari saja, jadi pengaruhnya tidak signifikan.
Melalui akunnya di Twitter, McCarthy menulis : Presiden Biden telah memutuskan untuk menggunakan cadangan strategis AS dan melepaskan minyak untuk kebutuhan 3 hari. Ini tidak mungkin benar-benar menyelesaikan krisis energi yang kita alami.
Ia lalu menambahkan : Solusi nyata untuk mengatasi krisis energi adalah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan sendiri energi yang kita miliki untuk kebutuhannya.
Biaya energi yang melonjak merupakan faktor terbesar yang mendorong kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Oktober. Dalam 12 bulan yang berakhir pada Oktober, IHK melonjak 6,2%, tertinggi dalam 31 tahun terakhir.
Menurut survei yang dilakukan oleh University of Michigan, sentimen konsumen anjlok karena inflasi yang tinggi, dan sentimen konsumen pada bulan November mencapai level terendah selama satu dekade terakhir.
Sentimen konsumen pada November, turun ke level terendah dalam satu dekade terakhir. Dikarenakan kenaikan inflasi dan konsumen semakin yakin bahwa belum ada kebijakan pemerintah yang efektif untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh naiknya angka inflasi. Demikian tulis Richard Curtin, CEO yang melakukan survei dalam sebuah pernyataannya.
Melonjaknya harga tidak hanya menjadi masalah utama bagi banyak orang Amerika, tetapi juga masalah politik bagi pemerintahan Biden. Jajak pendapat yang dilakukan ‘CBS/YouGov’ baru-baru ini menunjukkan bahwa 67% orang Amerika, tidak setuju dengan penanganan inflasi yang dilakukan pemerintahan Biden.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa hampir dua pertiga orang Amerika menyatakan bahwa ekonomi AS dalam kondisi buruk. Ini merupakan hasil terburuk sejak pandemi melanda perekonomian pada musim panas tahun lalu. Di antara mereka yang berkomentar negatif, 84% responden mengaitkannya dengan inflasi. (sin)