oleh Lin Yan
Enam negara yang dipimpin oleh Amerika Serikat setuju untuk melepaskan cadangan minyak mentah secara bersamaan, kecuali Tiongkok yang enggan mengumumkan langkah-langkah spesifik. Propaganda dalam negeri mereka bahkan mengambil kesempatan ini untuk menciptakan suasana seakan-akan Washington yang datang minta bantuan Beijing.
Langkah terbaru ini mencerminkan bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok penuh dengan ketidakpercayaan dalam kerja sama. Wall Street Journal melaporkan bahwa pelepasan cadangan minyak mentah secara simultan merupakan salah satu upaya bersama terbaru dari kedua negara besar dunia dalam menekan ketegangan geopolitik, juga termasuk topik yang dibahas dalam pertemuan puncak video antara Biden dengan Xi Jinping pekan lalu.
Presiden AS Biden mengatakan pada Selasa (23/11) bahwa India, Jepang, Korea Selatan dan Inggris telah sepakat untuk melepaskan lebih banyak minyak cadangan mereka, bahkan diharapkan Tiongkok bisa berbuat yang lebih banyak. Menurut pengumuman yang dirilis Gedung Putih, keenam negara ini akan melepas cadangan minyaknya secara bersamaan.
Bank investasi AS Goldman Sachs mengatakan bahwa keenam negara itu diperkirakan akan melepaskan sekitar 70 hingga 80 juta barel minyak mentah, yang dampaknya terhadap pasar bagaikan setetes air di laut.
“Menurut model penetapan harga kami, dampak dari pelepasan minyak itu terhadap harga minyak hanya kurang dari 2 dolar AS per barel”, tulis dalam laporan itu.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok Sengaja Mengerdilkan Putusan 6 Negara
Salah satu yang menarik dari aksi 6 negara adalah bahwa konsumen minyak terbesar dunia Tiongkok juga bergabung. Naiknya harga bensin telah memberikan tekanan pada para pemimpin politik global. Baik Tiongkok maupun Amerika Serikat, sama-sama menghadapi tantangan naiknya tingkat inflasi dalam negeri.
Namun, dalam konferensi pers reguler Rabu (24/11), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian menolak untuk mengkonfirmasi pernyataan Gedung Putih pada hari Selasa, tentang Tiongkok ikut partisipasi dalam rencana 6 negara melepas cadangan minyak mentah.Â
Zhou Lijian mengatakan : “Tiongkok akan mengatur pelepasan cadangan minyak mentah nasional dan langkah-langkah lain yang diperlukan untuk menjaga stabilitas pasar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan aktualnya sendiri, dan akan mengumumkan berita yang relevan pada waktu yang tepat”.
Dia juga menambahkan : “Tiongkok telah memperhatikan bahwa pelepasan cadangan baru-baru ini oleh negara-negara konsumen utama”.
Jawaban Zhao Lijian tampaknya mengerdilkan upaya AS untuk menurunkan harga minyak di enam negara, termasuk Tiongkok. Pada saat yang sama, dia tidak mengungkapkan rincian Tiongkok mengenai pelepasan cadangan minyaknya.
Sebuah editorial yang diterbitkan pada Rabu oleh ‘Global Times’, anak perusahaan dari media pemerintah ‘Renmin Rebao’ (berjudul : Untuk Mengekang Inflasi, Washington Datang Minta Bantuan Beijing) tampaknya mengakui bahwa Beijing telah menyetujui kerja sama dengan Amerika Serikat untuk melepaskan cadangan minyak.
Penurunan harga minyak baik untuk Tiongkok, percayalah bahwa Beijing tidak akan menyangkal Washington untuk isu melepaskan cadangan minyak. Tulis editorial itu. Global Times merupakan sarana yang sering dimanfaatkan oleh pemerintah Tiongkok untuk menyebarkan berita ke dunia luar.
Beijing takut kehilangan muka kalau menuruti, karena tindakan ini dipimpin AS
Reuters mengutip informasi yang diberikan 3 orang sumber yang akrab dengan urusan Tiongkok melaporkan bahwa, pemerintah Tiongkok tidak berkomitmen tentang niatnya untuk melepaskan minyak dari cadangannya seperti yang diminta oleh Amerika Serikat.
Selama pembicaraan panjang lewat video dengan Xi Jinping pada 16 November, Joe Biden meminta Beijing untuk melepaskan cadangan minyak guna membantu menstabilkan harga minyak internasional yang melonjak. Hal ini menjadi bagian dari pembahasan kerja sama ekonomi antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sebelum pertemuan itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi sudah membahas masalah ini.
Pejabat Tiongkok juga mengatakan pada 18 November, bahwa rencana pelepasan cadangan minyak mentah itu sedang berlangsung.
Namun, kerja sama yang dijanjikan oleh Beijing malahan menunjukkan kehilangan hasratnya hingga 23 November. Meskipun pasar tidak terkejut dengan hal ini, karena banyak perusahaan konsultan telah memperkirakan hasil ini sebelumnya.
Analis ‘Energy Aspects’ dalam surat emailnya yang dikeluarkan pada hari Selasa menyebutkan : Beijing akan menunda konfirmasi pelepasan cadangan minyak mentah untuk menunjukkan tidak bertindak sinkron dengan AS. Di awal tahun ini, mereka telah memperkirakan bahwa, cadangan minyak nasional Tiongkok berjumlah sekitar 220 juta barel yang setara dengan menutupi kebutuhan permintaan selama 15 hari saja.
Cadangan minyak strategis Tiongkok tidak akan diinformasikan kepada dunia luar. Pada tahun 2019, Badan Energi Nasional mengungkapkan bahwa total cadangan minyak termasuk cadangan nasional, perusahaan minyak dalam negeri dan tangki minyak komersial dinilai cukup untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri selama 80 hari.
Laporan Reuters sebelumnya juga mengungkapkan bahwa, menurut informasi dari sumber bahwa Beijing memiliki sendiri “rencana” untuk melepaskan cadangan minyak mentahnya.
Trader : Sebagian besar minyak mentah yang dilepas AS mungkin mengalir ke Tiongkok dan India
Sebuah laporan Bloomberg pada Selasa mengatakan bahwa sebagian besar cadangan minyak mentah yang dirilis oleh Amerika Serikat, kemungkinan besar pada akhirnya akan mengalir ke Tiongkok dan India.
Para trader di pasar mengatakan bahwa karena kandungan belerang yang tinggi dan biaya pemrosesan yang lebih tinggi dari cadangan minyak mentah AS (minyak mentah asam), kilang domestik AS selalu ingin menghindari pembeliannya. Namun bagi pembeli asing, cadangan minyak mentah AS menarik karena jauh lebih murah daripada harga patokan Brent global.
Sejak awal tahun ini, Amerika Serikat telah menjual secara teratur cadangan minyaknya, dan jumlahnya telah membuat rekor baru pada bulan Oktober tahun ini. Catatan terakhir menunjukkan bahwa Tiongkok dan India telah secara aktif membeli minyak mentah asam Amerika Serikat yang diproduksi di Teluk Meksiko .
Bloomberg memberitakan bahwa, tentu tidak sulit untuk memahami mengapa New Delhi dan Beijing setuju untuk berpartisipasi dalam pelepasan cadangan minyak yang dikoordinasi dan dipimpin oleh Presiden AS Biden.
Minyak mentah asam AS saat ini diperdagangkan sekitar USD. 75,- per barel, sementara harga Brent sekitar USD. 82,-
Dalam beberapa bulan terakhir, Gedung Putih telah mendesak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk memperluas produksi. Namun, pada pertemuan awal bulan November, negara-negara penghasil minyak yang dipimpin OPEC dan sekutunya Rusia memveto permintaan AS.
Permintaan minyak menyusut pada awal pandemi, tetapi pulih lagi tahun ini. Harga minyak jadi melonjak. Harga eceran bensin di Amerika Serikat telah meningkat lebih dari 60% dibandingkan tahun lalu, kenaikan tercepat sejak tahun 2000. Sekarang Joe Biden sedang menghadapi terus menurunnya suara dukungan dari pemilihnya.
OPEC akan bertemu pada 2 Desember mendatang untuk membahas target peningkatan produksi. Namun, sejauh ini, mereka belum mempertimbangkan untuk mengubah strategi produksi mereka karena adanya tindakan terbaru AS ini. (sin)