oleh Xi Jian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini menamakan varian baru dari virus COVID-19 yang ditemukan di bagian selatan Afrika dengan Omicron untuk menghindari penggunaan ‘Nu’ dan ‘Xi’. Karena itu, orang luar mengkritik WHO yang dianggap takut kalau-kalau memicu kemarahan pemimpin Tiongkok Xi Jinping
Jumat lalu pada 26 November, WHO tidak menamai virus mutan baru dalam urutan alfabet Yunani, melainkan melewatkan dua alfabet ‘Nu’ dan ‘Xi’ dan menyebutnya Omicron.
WHO menjelaskan bahwa ‘Nu’ adalah homonim untuk kata yang berarti, baru dalam bahasa Inggris ‘new’, dan alfabet berikutnya ‘Xi’ adalah nama marga etnis Tionghoa. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya stigmatisasi, sehingga tidak digunakan. WHO mengklaim bahwa perlu menghindari terjadinya benturan terhadap pengertian yang berkaitan dengan kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional atau ras.
Sejak 31 Mei tahun ini, WHO mengumumkan penggunaan alfabet Yunani untuk memberi nama virus yang bermutasi (Alpha, Beta, Gamma, dan Delta).
Ken Buck, seorang anggota Kongres dari Partai Republik AS mengatakan pada hari Sabtu : Varian baru (yang ditemukan di selatan Afrika) ini seharusnya disebut virus varian Xi, karena Tiongkok selama ini terus berbohong dan menyebarkan COVID !
Pada hari yang sama, Senator Republikan Tom Cotton juga menyatakan dalam sebuah tweet bahwa, dibandingkan dengan kesehatan masyarakat, WHO lebih mementingkan untuk melindungi perasaan rezim komunis Tiongkok.
“WHO adalah lelucon”, kata Cotton. “Mereka lebih peduli dengan perasaan Partai Komunis Tiongkok daripada kesehatan masyarakat. Presiden Biden seharusnya tidak melanjutkan pemberian dana kepada organisasi boneka komunis Tiongkok sebelum dilakukannya reformasi. Dalam tweet lain, Cotton menyebutkan bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping menolak untuk berdiskusi tentang topik Tiongkok yang melepaskan virus ke dunia.
Senator Republik Texas Ted Cruz juga mengkritik WHO. Ia dalam sebuah tweet-nya menyebutkan bahwa mereka (WHO) takut pada Partai Komunis Tiongkok. Jika WHO begitu takut kepada Partai Komunis Tiongkok, bagaimana mereka ini bisa dipercaya untuk memanggil mereka (komunis Tiongkok) di kemudian hari saat komunis Tiongkok mencoba untuk menutupi bencana pandemi global ?
Paul Nuki, editor senior kesehatan dan keamanan global di media Inggris ‘Daily Telegraph’ mengkritik WHO lewat Twitter pada Sabtu dengan sindiran — Semua pandemi bersifat politis !”
Ian Bremmer, ketua Grup Eurasia, sebuah perusahaan konsultan risiko politik, mengatakan di Twitter bahwa WHO tidak dapat memberi nama varian baru dengan varian Xi, karena ini dapat memicu kemarahan Tiongkok. “Pada dasarnya ini akan membuat malu”, katanya. (sin)