Huang Yimei/Luo Ya/Zhou TianĀ
Tindakan militer Beijing di Laut China Selatan semakin lama semakin agresif, dan ancaman yang dirasakan banyak negara semakin berlipat ganda. Latihan militer gabungan lima negara yang diselenggarakan oleh Jepang baru saja berakhir.
Meskipun hanya latihan militer biasa, beberapa ahli menunjukkan bahwa latihan militer gabungan serupa akan lebih sering dilakukan di masa depan, dan intensitasnya akan sangat meningkat. Tujuannya adalah untuk merespon ambisi ekspansi luar negeri Tiongkok. Selain itu, menunjukkan tekad untuk mempertahankan kawasan Indo-Pasifik.
Latihan militer gabungan lima negara selama 10 hari yang diselenggarakan oleh Jepang telah berakhir.
Latihan militer di Laut Filipina ini menggunakan 35 kapal dan puluhan pesawat militer yang dilakukan oleh kapal induk AS Carl Vinson dan dipimpin oleh pasukan AS dan Jepang. Selain itu, Australia dan Kanada juga mengirimkan kapal perang untuk berpartisipasi, dan Jerman untuk pertama kalinya berpartisipasi.
Komandan Armada ke-7 AS, Vice admiral Karl Owen Thomas menyatakan dalam sebuah pengarahan bahwa latihan itu untuk mencegah agresi oleh beberapa negara.
Alexander Chieh-cheng Huang, seorang profesor dan direktur Institut Studi StrategisĀ di Universitas Tamkang, Taiwan mengatakan, ide ini sebenarnya memperkuat visibilitas internasional Jepang di kawasan ini.
“Melalui Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, Jepang dapat berpartisipasi dalam urusan internasional dan memberikan peran penuh kepada kekuatan regionalnya terkait status peran.Ā Kemudian melalui kebebasan dan keterbukaan semacam itu, untuk menghindari pengaruh Tiongkok di kawasan ini melalui Belt and Road-nya, dan melemahkan pengaruhnya, tentu saja dapat menggemakan pembentukan aliansi kawasan Indo-Pasifik setelah Biden berkuasa. Oleh karena itu, penentuan kemampuan, poin-poin di atas sebenarnya menjadi pertimbangan utama di Jepang,” ujarnya.
Fokus internasional di Asia-Pasifik, pasti ada alasan yang menyebabkan mengemukanya insiden. Laporan Reuters menunjukkan bahwa ketegangan di perairan Asia karena Taiwan telah meningkat, dan Amerika Serikat berharap untuk menggunakannya untuk memperkuat pencegahan ambisi Komunis Tiongkok untuk ekspansi teritorial.
Buku putih pertahanan tahunan terbaru yang diterbitkan oleh Jepang menganggap Beijing sebagai ancaman besar bagi keamanan nasional, menunjukkan bahwa Tiongkok sering melakukan kegiatan militer di sekitar Taiwan, dan Jepang memiliki perasaan krisis terhadap Taiwan.
Alexander Chieh-cheng Huang menuturkan, tentu saja, pasti ada alasan untuk kejadian itu. Pasalnya, kapal perang PLA telah berada di sekitar Taiwan selama beberapa tahun. Jadi, selama periode COVID-19, frekuensinya lebih cepat. Awalnya ditekankan di perairan barat daya.
“Jadi ada sejarahnya. Bagian timur Taiwan menuju ke utara. Adapun Tentara Pembebasan Rakyat dan Tentara Rusia juga melintasi Laut Jepang dan Selat Tsugaru dekat Hokkaido di seluruh Jepang. Hal demikian membuat Jepang merasa bahwa Tentara Pembebasan Rakyat tidak hanya bagian dari Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan dari rantai pulau pertama. Sedangkan penyusupan atau tekanan juga menyerbu dan mengganggu wilayah di sekitar Laut Jepang dan Hokkaido, sehingga secara langsung menempatkan banyak tekanan kepada Jepang. Sehingga Jepang tentu saja harus melihat bagaimana menerapkan strategi baru dari perspektif yang menyeluruh,” ujarnya.
Laporan Deutsche Welle menyebutkan bahwa subjek latihan tersebut termasuk latihan komunikasi taktis, perang anti-kapal selam, latihan pertempuran udara, pengisian ulang maritim, latihan penerbangan lintas geladak, dan latihan intersepsi maritim.
Angkatan Laut Jerman berpartisipasi dalam latihan militer di kawasan Indo-Pasifik untuk pertama kalinya dalam 20 tahun. Komandan Angkatan Laut Jerman Letnan Jenderal Kay-Achim Schƶnbach menyatakan bahwa untuk memperkuat komitmennya di kawasan Indo-Pasifik, pihaknya berencana untuk secara rutin menggelar latihan militer di kawasan Indo-Pasifik setiap dua tahun. Selain itu, mengirimkan kapal fregat dan kapal pasokan Jerman. Hal demikian diharapkan menjadi kerja sama pertahanan yang lebih mendalam dengan sekutu di kawasan Indo-Pasifik.
Profesor Hsi-hsum tsai, Direktur Institut Ilmu Politik dan Ekonomi Jepang dari Universitas Tamkang mengatakan, kita mengetahui bahwa di kawasan Indo-Pasifik, banyak kepentingan perdagangan yang melintasi kawasan tersebut.
“Lalu kalau tanpa Navigasi atau jalur perairan yang bebas, seluruh perekonomian dunia Taiwan akan kacau. Jadi kita melihat mengapa Jerman harus ikut serta. Dari sudut pandang ekonomi, jika transportasi laut ini tidak dapat berlayar dengan bebas, maka berdampak kepada perdagangan mereka dan hubungan ekonomi di Asia,” katanya.
Analisis meyakini bahwa fokus dunia telah bergeser ke Laut Cina Selatan, dan Jerman tentu tak mau ketinggalan.
Alexander Chieh-cheng Huang mengatakan, apakah itu strategi Indo-Pasifik di era Trump, atau setelah Biden berkuasa, apa yang disebut koalisi Quad ditekankan melalui strategi Indo-Pasifik, dan kemudian AUKUS didirikan yaitu Amerika Serikat, Australia dan Inggris.
“Seperti aliansi strategis trilateral. Saat ini, fokus dari seluruh strategi internasional adalah di kawasan Indo-Pasifik, sehingga strategi Indo-Pasifik menjadi isu penting bagi setidaknya lima tahun ke depan,” imbuhnya.
Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara lain, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda, akan menggelar sejumlah latihan militer pada 2021. Latihan militer gabungan selama 10 hari ini dapat dikatakan sebagai akhir dari rangkaian latihan ini.
Grant Newsham, mantan kolonel Marinir AS mengatakan bahwa latihan militer gabungan serupa akan lebih sering dilakukan di masa depan, dan intensitasnya juga akan sangat ditingkatkan untuk menghadapi ancaman Komunis Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. Oleh karena itu, Kita juga harus mengirim pesan kepada Komunis Tiongkok, yaitu, “Jangan salah menilai, Amerika Serikat dan Jepang tidak akan terintimidasi oleh ancaman tentara Komunis Tiongkok.” (hui)