Tom Ozimek – The Epoch Times
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa daerah-daerah dengan penyebaran komunitas Omicron mendapatkan kasus berlipat ganda dengan kecepatan satu kasus setiap 1,5 hingga 3 hari, suatu kecepatan yang lebih tinggi dari varian-varian sebelumnya.
Dalam sebuah laporan teknis yang dikeluarkan pada 17 Desember, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sejauh ini Omicron telah terdeteksi di 89 negara, dengan “bukti yang konsisten” bahwa Omicron memiliki keuntungan pertumbuhan substansial atas varian Delta. WHO memperingatkan bahwa penyebaran mutasi baru mengancam untuk membanjiri banyak sistem perawatan kesehatan “dengan cepat.”
Omicron memiliki sebanyak 32 mutasi pada protein lonjakannya, beberapa di antaranya WHO menggambarkan sebagai “prihatin” karena mutasi-mutasi tersebut mungkin dapat menghindari respons kekebalan manusia, yang berpotensi membuat Omicron lebih menular.
“Omicron menyebar secara signifikan lebih cepat daripada varian Delta di negara-negara dengan transmisi komunitas yang terdokumentasi, dengan waktu penggandaan antara 1,5–3 hari,” kata WHO sembari menambahkan bahwa “pihaknya masih belum pasti sejauh mana mengamati laju pertumbuhan yang cepat dapat dikaitkan dengan penghindaran kekebalan, peningkatan kemampuan menular intrinsik atau kombinasi keduanya.”
Sementara beberapa indikasi awal menunjukkan Omicron mungkin kurang ganas, dan jadi kurang berbahaya, WHO mengatakan masih terbatas data mengenai tingkat keparahan Omicron.
“Banyak laporan awal adalah bahwa orang-orang yang terinfeksi dengan Omicron cenderung menderita penyakit yang lebih ringan tetapi tidak berarti bahwa Omicron tidak berbahaya, itu tidak berarti bahwa Omicron dalam tanda kutip ‘hanya ringan,” kata Dr. Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi penyakit menular dan Pimpinan Teknis COVID-19 di WHO, pada 16 Desember.
“Dengan peningkatan kemampuan menular, anda akan memiliki lebih banyak kasus, Semakin banyak kasus berarti semakin banyak rawat inap. Semakin banyak rawat inap akan berarti semakin banyak kematian,” lanjut Dr. Maria Van Kerkhove.
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Komunis Tiongkok, juga dikenal sebagai SARS-CoV-2.
Ahli-ahli kesehatan di Afrika Selatan, tempat varian Omicron pertama kali ditemukan, mengatakan Omicron tidak meningkatkan rawat inap atau kematian di negara itu sampai tingkat yang signifikan.
“Menurut penelitian ilmiah, virus ini menyebar lebih cepat dari gelombang-gelombang sebelumnya, tetapi angka rawat inap dan angka kematian tetap relatif rendah, ” kata Kementerian Kesehatan Afrika Selatan dalam sebuah rilis berita pada hari Kamis.
Namun sebuah penelitian baru oleh Imperial College di London menemukan “tidak ada bukti” bahwa Omicron menyebabkan penyakit yang kurang parah daripada Delta, meskipun Imperial College mencatat bahwa data rawat inap masih tetap “sangat terbatas saat ini.”
Penelitian ini juga menemukan bahwa risiko infeksi ulang dengan varian Omicron, adalah lebih dari lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan varian Delta, yang menyiratkan bahwa perlindungan terhadap Omicron yang diberikan oleh infeksi sebelumnya dapat serendah 19 persen.
Omicron diperkirakan menjadi strain yang paling dominan di Amerika Serikat dalam beberapa minggu, menurut penasihat COVID-19 Gedung Putih Dr. Anthony Fauci, yang memperingatkan bahwa rumah sakit berisiko kewalahan. (Vv)