Katabella Roberts – The Epoch Times
Sebanyak 8 kasus miokarditis, sejenis peradangan jantung, telah dilaporkan terjadi pada anak-anak yang berusia 5–11 tahun yang menerima vaksin COVID-19 Pfizer dan BioNTech, hal demikian disampaikan oleh pejabat dari U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat .
Panel Penasihat CDC berbicara melalui pertemuan online pada Kamis 16 Desember untuk mendiskusikan vaksin Coronavirus Johnson & Johnson menyusul laporan bahwa suntikan tersebut dikaitkan dengan pembekuan darah yang langka tetapi mengancam jiwa.
Selama diskusi tersebut, para pejabat mencatat telah menerima laporan mengenai delapan kasus miokarditis, suatu bentuk peradangan jantung, pada anak-anak berusia 5-11 tahun yang menerima vaksin COVID-19 Pfizer dan BioNTech.
Kasus tersebut dilaporkan dalam U.S. Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) dan dipresentasikan oleh CDC kepada sebuah panel penasihat ahlinya.
Para Pejabat menyatakan bahwa per 12 Desember, ada 41.232 peserta VAERS atau Sistem Pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan Vaksin Amerika Serikat yang berusia
antara 5-11 tahun, yang semuanya telah menerima satu dosis vaksin, sementara 23.583 peserta telah menerima dua dosis vaksin Pfizer. Peserta secara kasar terdiri dari 49,7 persen perempuan dan 50 persen laki-laki sementara 0,4 persen persen “tidak diketahui.”
Secara total, 14 kasus miokarditis dilaporkan dan delapan kasus di antaranya memenuhi definisi kasus resmi VAERS mengenai penyakit peradangan. Empat dari 8 kasus tersebut adalah wanita dan empat dari delapan kasus tersebut adalah kepada pria.
Dua kasus dilaporkan setelah menerima dosis pertama vaksin dan enam kasus dilaporkan setelah dosis kedua, kata para pejabat. Salah satu dari laporan miokarditis saat ini sedang ditinjau oleh CDC.
CDC mengatakan pada bulan November bahwa remaja berusia 12–17 tahun berisiko lebih tinggi untuk menderita miokarditis daripada anak-anak usia 5–11 tahun, tetapi mencatat bahwa risiko untuk terjadinya miokarditis, atau perikarditis–—suatu peradangan jaringan di sekitar jantung–—setelah menerima vaksin COVID-19 adalah lebih rendah daripada risiko miokarditis yang terkait dengan infeksi COVID-19 pada remaja dan orang dewasa.
CDC juga mengatakan pada bulan lalu bahwa tidak ada kasus miokarditis atau perikarditis yang dilaporkan dalam uji klinis untuk anak-anak usia 5-11 tahun, tetapi mencatat bahwa penelitian tersebut tidak dirancang untuk menilai risiko miokarditis.
Menurut sebuah penelitian baru, risiko terjadinya miokarditis lebih tinggi untuk orang-orang yang berusia kurang dari 40 tahun, setelah menerima vaksin COVID-19 Moderna daripada risiko terjadinya miokarditis akibat tertular COVID-19.
Para peneliti menemukan 15 kelebihan kasus per 1 juta orang yang menerima dosis kedua vaksin, dibandingkan dengan 10 kasus tambahan miokarditis setelah sebuah uji positif COVID-19.
Di tempat lain selama pertemuan Kamis, para pejabat CDC menyatakan bahwa dari 41.232 peserta VAERS berusia antara 5-11 tahun, pada minggu pertama setelah vaksinasi pertama, sekitar 55 persen peserta melaporkan nyeri di tempat suntikan, sementara sekitar 35 persen peserta melaporkan reaksi sistematis seperti demam, nyeri kepala, nyeri tubuh, dan kelelahan.
Sekitar 5 persen mengatakan suntikan itu membuat mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan hampir 10 persen mengatakan suntikan itu membuat mereka tidak hadir di sekolah.
Pada minggu pertama setelah dosis kedua vaksinasi, angka-angka ini terutama lebih tinggi, di mana hampir 50 persen peserta melaporkan nyeri di tempat suntikan, 40 persen melaporkan reaksi sistematis, hampir 10 persen mencatat suntikan tersebut membuat mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan tepat 10 persen menyatakan bahwa suntikan tersebut membuat mereka tidak dapat hadir di sekolah.
Setelah suntikan pertama dan suntikan kedua, sejumlah kecil peserta melaporkan membutuhkan perawatan medis.
Di seluruh Amerika Serikat, lebih dari 7,1 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech telah diberikan kepada anak-anak dengan usia tersebut, mulai tanggal 9 Desember 2021.
Sejauh ini, ada dua kematian yang dilaporkan pada anak-anak yang menerima vaksin tersebut: seorang gadis berusia 5 tahun dengan “riwayat medis yang rumit” dari sindrom transfusi Twin-to-twin, cerebral palsy, dan gangguan kejang, antara lainnya; dan seorang gadis usia 6 yang juga memiliki riwayat medis yang kompleks.
Kedua kasus kematian tersebut masih dalam peninjauan. (Vv)