oleh Zheng Gusheng
Menurut data resmi dinas kependudukan Tiongkok, bahwa tingkat kelahiran pada tahun 2021 adalah 7,52 ‰. merupakan rekor terendah sejak berdirinya RRT tahun 1949. Analis mengatakan bahwa jumlah total populasi Tiongkok telah menurun, yang dapat berdampak cukup besar pada ekonominya
Pada Senin 17 Januari, Biro Statistik Nasional Tiongkok merilis data populasi tahun 2021. Data menunjukkan bahwa jumlah total kelahiran sepanjang tahun 2021 adalah 10,62 juta jiwa. Turun hampir 1,4 juta dari 12 juta yang tercatat pada tahun 2020.
Menurut data resmi tahun lalu, tingkat kelahiran Tiongkok pada tahun 2020 adalah 8,52 ‰, pertama kali turun di bawah 10 ‰. Baik tingkat kelahiran dan tingkat pertumbuhan alami populasi keduanya telah menurun mencapai level terendah sejak tahun 1978.
Data resmi tahun ini juga menunjukkan bahwa total populasi Tiongkok pada tahun 2021 adalah 1.412,6 juta jiwa, yang hanya mengalami pertumbuhan sebanyak 480.000 jiwa dari pada tahun 2020.
Data dari pemerintah Tiongkok selalu “disemir” sebelum dipublikasikan. Data resmi tentang jumlah populasi tahun lalu yang nyaris tidak tumbuh itu, jangan-jangan sudah mulai menurun pada faktanya.
Tahun lalu, pemerintah Tiongkok menunda-nunda publikasi hasil sensus tahun 2020. Saat itu, sudah banyak orang yang menduga bahwa itu mungkin disebabkan oleh fakta adanya penurunan populasi.
Yi Fuxian, pakar demografi Tiongkok di University of Wisconsin-Madison bahkan memperkirakan bahwa populasi Tiongkok sudah menyusut sejak tahun 2018.
Krisis demografis Tiongkok menimbulkan kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi, penurunan lapangan kerja dan meningkatnya populasi yang menua.
Penurunan angka kelahiran jelas sangat berkaitan erat dengan tingginya biaya perawatan anak di daratan Tiongkok. Alasan penting lainnya adalah, kebijakan keluarga berencana Satu Anak yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Konsekuensi lain dari keluarga berencana ini termasuk populasi yang menua dan ketidakseimbangan gender yang serius. (sin)