oleh Li Xin
Sebuah tim ilmuwan di Amerika Serikat telah berhasil mengembangkan sebuah tes COVID-19 baru melalui tes darah untuk memprediksi apa saja gejala yang akan dialami oleh seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi
Menurut laporan ‘The Hill’ bahwa para peneliti di Universitas George Washington, telah mengembangkan sebuah tes darah yang dapat dengan cepat mendeteksi apakah seseorang tertular virus COVID-19, sekaligus memprediksi seberapa kuat sistem kekebalan seseorang akan merespon infeksi. Inovasi ini dianggap sangat membantu para dokter untuk menentukan pilihan pengobatan terbaik bagi pasien COVID-19.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Public Library of Science (PLOS), para peneliti memeriksa asam ribonukleat (RNA) darah lengkap pasien COVID-19 yang sedang dirawat di unit perawatan intensif Rumah Sakit Universitas George Washington.
Kondisi pasien berkisar dari tanpa gejala hingga gejala yang parah, dan setelah mengumpulkan sampel darah, peneliti menemukan adanya perubahan signifikan pada sel pasien.
Temuan ini membuat mereka menyadari bahwa tingkat keparahan COVID-19 dikaitkan dengan peningkatan aktivitas neutrofil dan penurunan aktivitas sel T.
Neutrofil dan sel T keduanya merupakan jenis sel dalam darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan tubuh yang membantu melawan infeksi.
“Tes semacam itu mungkin terbukti sangat berharga selama pandemi, terutama karena varian virus terus menyebar dan dokter membutuhkan kepercayaan diri untuk mengidentifikasi masalah dan memberikan pengobatan yang efektif”, demikian ungkapan dari Timothy McCaffrey, Profesor Kedokteran Universitas George Washington dan pemimpin proyek Peneliti dalam sebuah pernyataan.
“Ketika kita mengurutkan RNA darah utuh, kita mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan lebih dinamis tentang apa yang terjadi di dalam tubuh seseorang. Oleh karena itu pengujian kita dapat membantu orang untuk mengidentifikasi apakah ia membutuhkan perawatan lebih intensif”, tulis Profesor Timothy McCaffrey.
NBC yang mengutip ucapan McCaffrey memberitakan bahwa akurasi dari tes tersebut dapat mencapai 95%, terlepas yang bersangkutan telah tertular oleh varian COVID-19 mana, karena tes tersebut adalah mengukur respons kekebalan seseorang, bukan virusnya.
Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk membuktikan efektivitas kerja dari metode uji Timothy McCaffrey. Jika terbukti efektif, maka para peneliti berencana untuk mengajukan permohonan izin kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk penggunaan darurat. (sin)