oleh Jin Shi
Sebuah rekaman percakapan Huang Wansheng, seorang cendekiawan terkenal lulusan Harvard yang beredar di Internet, mengungkapkan bahwa niat sebenarnya dari pemerintah Tiongkok untuk menerapkan kebijakan pencegahan epidemi nol kasus, salah satunya adalah untuk memanen laba besar.
“Warga masyarakat di daratan Tiongkok itu takut mati, tetapi pejabat pemerintah Tiongkok takut kehilangan jabatan. Sedangkan para ahli Tiongkok tidak berani memikul tanggung jawab. Ketiga hal inilah yang membuat epidemi di daratan Tiongkok menjadi seperti situasi sekarang ini,” demikian rekaman Huang Wansheng.
Rekaman itu berisi pembicaraan cendekiawan Harvard Huang Wansheng dalam sebuah pertemuan pribadi yang dilakukan di Tiongkok padaJanuari tahun ini. Isinya tersebar di internet.
Dalam rekaman itu, Huang juga mengatakan bahwa pada Juli 2020, setelah COVID-19 menyebar luas, pemerintahan partai komunis Tiongkok menghabiskan 170.000 yuan untuk membeli tiket penerbangan sekali jalan bagi kepulangan Huang ke tanah air (daratan Tiongkok) dengan tujuan, agar Huang dapat mengepalai sebuah proyek pencegahan epidemi dengan iptek yang dipimpin dan diarahkan langsung oleh Xi Jinping sendiri.
Huang Wansheng yang kini berusia 72 tahun, saat ini adalah peneliti di Institut Yenching Universitas Harvard di Amerika Serikat. Ia terlibat dalam studi di bidang sejarah intelektual dan penelitian komparatif. Bidang penelitiannya meliputi filsafat, ilmu politik, dan sosiologi. Dia juga seorang profesor tamu di banyak universitas dalam negeri Tiongkok termasuk Universitas Tsinghua.
Huang Wansheng mengungkapkan, motif utama dari kebijakan pencegahan epidemi saat ini yang diadopsi oleh pihak berwenang adalah untuk menghasilkan keuntungan besar. Misalnya, ada kelompok tertentu yang bisa menghasilkan 670 miliar yuan lewat mengadakan pengujian PCR bagi masyarakat.
“Para pemimpin kita dan keluarganya memanfaatkan kesempatan adanya satu atau dua orang yang terpapar untuk memaksa seluruh warga masyarakat di lingkungan sekitar untuk menjalankan tes asam nukleat. Apa yang mereka inginkan adalah pemakaian asam nukleat, sebab volume besar asam nukleat yang digunakan warga untuk tes COVID-19 yang harus dibayar itulah yang menghasilkan keuntungan,” demikian bunyi rekaman itu.
Huang Wansheng mengatakan bahwa negara-negara Barat menemukan bahwa meskipun virus varian Omicron sangat menular, tetapi ia hanya menginfeksi saluran pernapasan bagian atas dengan konsekuensinya yang relatif ringan, dan ini adalah kesempatan untuk mencapai kekebalan alami kelompok, sehingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat secara bertahap dilonggarkan. Tapi di daratan Tiongkok justru kebalikannya.
“Tidak ada negara di dunia yang menerapkan pencegahan penyebaran epidemi dengan cara Tiongkok ini, dan praktik pencegahan penularan ini sesungguhnya bermaksud memberikan manfaat keuntungan bagi kelompok kepentingan di Tiongkok. Termasuk vaksin saat ini, pemaksaan untuk vaksinasi, tiga atau empat dosis suntikan diperlukan. Itu semua terkait dengan kelompok kepentingan yang berada di belakang layar”, kata Huang Wansheng.
Teman Huang Wansheng berujar secara spontan : “Besar juga masalah yang Anda sebutkan itu, maka sudah berubah menjadi masalah politik.”
Huang Wansheng menjelaskan bahwa ada puluhan juta orang yang terinfeksi di Amerika Serikat, tetapi mengapa tidak terjadi krisis kesehatan masyarakat di sana ? Itu karena Amerika Serikat memiliki sistem medis yang mendasarinya. Seorang pasien sudah dapat menyelesaikan seluruh pengobatan hanya melalui dokter keluarga. Sedangkan sistem medis di daratan Tiongkok sudah mengalami keruntuhan sistemik.
Huang Wansheng mengatakan : “Konsentrasi wewenang yang terlampau tinggi mengarah pada konsentrasi perawatan medis yang tinggi pula. Semua masalah kita berasal dari mekanisme wewenang yang kita miliki, Hal ini menjadi bencana besar bagi keberadaan rakyat jelata.”
Huang Wansheng percaya, bahwa alasan lain runtuhnya sistem medis Tiongkok adalah karena kemampuan swa-penelitian dan swa-pengembangan yang sangat buruk, coba lihat, obat-obatan, peralatan, dan sarana untuk pengujian semua sangat bergantung pada negara asing.
Selain di bidang medis, Huang Wansheng menunjukkan bahwa dalam pengembangan teknologi 5G, komputer kuantum, dan rekayasa genetika, Tiongkok juga jauh tertinggal di belakang Amerika Serikat.
Huang Wansheng menjelaskan, panjang gelombang dari gelombang pendek mikro yang digunakan oleh Huawei tidak memenuhi persyaratan teknis 5G. Jadi mengapa (Amerika Serikat) menyarankan Uni Eropa untuk tidak menggunakan produk Huawei ? Sebenarnya, hal yang paling penting adalah bahwa persyaratan teknisnya tidak memenuhi persyaratan kendali jarak jauh dari indikator teknis 5G. tetapi kita sudah sepenuhnya membuatnya menjadi masalah politik, jadi suatu masalah yang mengganjal leher.
Terdengar orang yang ikut dalam obrolan dengan Huang mengatakan bahwa Xi Jinping, pemimpin tertinggi Partai Komunis Tiongkok memiliki keinginan untuk mendominasi dunia, yang kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang di sekelilingnya untuk menyanjungnya, dengan menggunakan berbagai teori dan informasi yang memperkuat kondisi kejiwaan Xi Jinping itu.
Teman lain dari Huang Wansheng mengatakan : “Karena Wang Huning memberinya sesuatu seperti Marx, Lenin, atau komunisme, dia menggunakan trik ini. Karena dia (Xi Jinping) memiliki kondisi kejiwaan itu, ia memiliki kondisi kejiwaan atau keinginan untuk menjadi pemimpin dunia, jadi banyak orang yang berada di sekelilingnya lalu memberinya hal-hal yang berkaitan dengan itu, dan “membisikan” kepada Xi Jinping bahwa 5G (Tiongkok) adalah nomor satu di dunia.” (sin)