oleh Zhang Yuanzhang
Konflik antara Rusia dengan Ukraina telah mendorong kenaikan harga minyak internasional serta harga gandum dan kedelai. Laporan media asing seperti ‘New York Times’, ‘Wall Street Journal’ dan lainnya semua berpendapat bahwa sistem operasi ekonomi global dapat terkena pengaruh konflik tersebut. Selain menghadapi tekanan inflasi yang lebih parah, ekonomi juga berpotensi menghadapi munculnya krisis babak baru pada rantai pasokan.
Perang resmi antara Rusia dengan Ukraina telah mempengaruhi harga bahan baku internasional, membuat minyak mentah Brent naik sampai melebihi USD. 100 per barel, mencapai level tertinggi baru sejak September 2014. Kenaikan ini dapat mempengaruhi biaya transportasi.
Selain itu, harga gandum dan kedelai juga mencapai level tertinggi dalam 10 tahun terakhir, dan pasar khawatir jika terdapat hambatan pada pasokannya, maka dapat merangsang kenaikan lebih lanjut harga biji-bijian.
Harga logam mulia juga naik sebagai tanggapan atas situasi terakhir. Pada 23 Februari harga emas berjangka untuk bulan April ditutup pada USD. 1.910,40 /oz, harga tertinggi sejak Januari 2021.
Selain harga minyak internasional, harga komoditas ekspor utama Rusia dan Ukraina seperti gas alam, gandum, aluminium dan nikel juga ikut naik.
Menurut Wall Street Journal perusahaan besar yang memiliki hubungan dengan Rusia juga telah mengungkapkan bahwa mereka sedang mempersiapkan kemungkinan gangguan pasokan.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa ketergantungan Eropa pada sumber energi Rusia dapat terkena dampaknya.
Di sisi lain, ketika negara-negara Barat menjatuhkan sanksi, perbankan dan perusahaan Eropa dapat terkena dampak sanksi, dan pasokan perusahaan Barat akan terpengaruh. Itulah sebabnya ada dugaan kuat bahwa babak baru krisis rantai pasokan akan mengancam. (sin)