Zheng Gusheng
Cicit dari Nikita Sergeyevich Khrushchev, mantan pemimpin Uni Soviet pada masa-masa awal perang dingin yakni Profesor ilmu politik Rusia-Amerika Serikat, Nina Lvovna Khrushcheva menerbitkan opini di media Jerman, der tagesspiegel pada Rabu (23/2/2022). Ia mengatakan bahwa Putin sudah terjatuh ke dalam perangkap Beijing.
Tulisan tersebut terkait dengan dukungan Beijing terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina. Tindakan ini memicu kecaman dan sanksi global.
Ia menyebutkan bahwa Putin dan Xi Jinping menandatangani perjanjian untuk memperdalam hubungan Rusia-Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kemungkinan berpikir bahwa dia telah menciptakan kembali pencapaian diplomatik Nixon dalam menciptakan hubungan AS-RRT di masa lalu. Bahkan, telah memenangkan tempat pertama sekutu bernilai tinggi untuk Rusia.
Namun demikian, Nina menilai pada kenyataannya, hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus memburuk, dan RRT ingin memenangkan Rusia. Bukan sebaliknya.
Secara khusus, Nina menunjukkan bahwa RRT tidak ingin Rusia menjadi mitra yang setara dengan memenangkan Rusia.
Artikel tersebut menyatakan bahwa dukungan Beijing untuk invasi Rusia ke Ukraina tidak berarti, bahwa jika terjadi konflik militer antara Rusia, Amerika Serikat dan NATO, Tiongkok akan membantu. Selama Beijing melakukan sesuatu yang “perlu”, maka dapat membuat Rusia yang terisolasi menjadi pengikut Beijing.
Dia percaya RRT tidak akan menantang Amerika Serikat demi Rusia atau memberikan kompensasi kepada Rusia atas sanksi ekonomi yang diderita, melainkan akan mengambil keuntungan dari situasi sulit Rusia. Itu setelah sepenuhnya memisahkan diri dari Barat dan hanya memberikan bantuan minimal untuk mempertahankan tahta Putin. Sebagai gantinya, Rusia terus menantang Barat dan mengalihkan perhatian Barat dari ancaman partai Komunis Tiongkok.
Akan tetapi, ada juga media Jerman yang mengemukakan pandangan berbeda. Die Zeit yang berbasis di Hamburg menerbitkan sebuah artikel dengan judul “Putin menjadi masalah Xi Jinping”. Isi laporannya mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah menempatkan Beijing dalam dilema.
Artikel tersebut mengatakan bahwa Tiongkok menganggap Ukraina sebagai mitra penting dari inisiatif One Belt and Road, dan memiliki investasi besar di negara tersebut, dan invasi Rusia akan menyebabkan Komunis Tiongkok menderita kerugian.
Selain itu, Rusia akan menghadapi sanksi ekonomi global. Sedangkan Tiongkok harus mempertimbangkan apakah akan membantu Rusia menghindari sanksi dan menarik diri ke dalam pusaran.
Artikel itu juga menyebutkan bahwa sejauh mana Putin dapat dipercaya juga merupakan masalah yang sulit bagi Tiongkok. (hui)