NTDTV.com
Rusia pernah membuka koridor kemanusiaan pada Sabtu (5/5/2022) untuk mengevakuasi warga sipil di kota pelabuhan strategis Mariupol di Ukraina dan kota tetangga Volnovakha. Akan tetapi kemudian dituduh oleh pihak Ukraina tidak mematuhi perjanjian gencatan senjata. Walikota Malibo Boychenko juga secara blak-blakan menyatakan bahwa tentara Rusia menyerang sumber air dan listrik setempat. Banyak warga sipil terbunuh, mereka tidak bisa keluar untuk mengambil jenazahnya. Sebanyak 50 bis yang digunakan untuk mengangkut warga dibom oleh tentara Rusia dan hanya tersisa 30 bis.
Mariupol, yang terletak di lokasi strategis penting di Ukraina selatan dengan populasi 400.000 orang, dibombardir oleh tentara Rusia selama berhari-hari, membuat daerah setempat menjadi parah. “koridor kemanusiaan” yang didirikan untuk memungkinkan orang-orang melarikan diri dari kota telah menjadi sasaran, memaksa banyak orang untuk mencari perlindungan di gedung-gedung yang dibom.
Untuk menghindari tembakan artileri Rusia, ratusan warga Ukraina, anak-anak, wanita, dan orangtua bersembunyi di bawah jembatan yang hancur.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan akan berhenti dari pukul 10:00 waktu Moskow pada 5 Maret, dan koridor kemanusiaan akan dibuka untuk memungkinkan warga sipil di Volnovakha untuk pergi.
Namun demikian, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan dalam sebuah video briefing bahwa “tidak ada satu pun warga sipil yang dapat menggunakan koridor kemanusiaan untuk mengungsi” dan “penduduk kedua kota itu disandera sebagai perisai manusia.”
Mariupol telah menunda evakuasi warga sipil dan menuduh pasukan Rusia melanggar gencatan senjata.
“Situasinya sangat rumit, dan tentara Rusia telah mendirikan rintangan di koridor kemanusiaan,” kata Walikota Vadym Boichenko dalam sebuah wawancara pada 5 Maret.
“Sekarang kami memiliki banyak masalah sosial, yang disebabkan oleh Rusia,” tambahnya.
Dapat dipahami bahwa setelah Mariupol diserang oleh tentara Rusia, tidak hanya listrik padam selama 5 hari, semua sistem pemanas sentral lumpuh, dan banyak tempat tidak memiliki pemanas. Selain itu, sumber air cadangan lenyap dan tidak ada air yang tersedia.
Boychenko secara blak-blakan menyatakan bahwa militer Rusia hanya ingin menghentikan pengiriman semua kebutuhan dasar sehari-hari, persediaan medis, dan perlengkapan bayi untuk memutus koridor kemanusiaan Mariupol.
Dia mengatakan bahwa dalam lima hari pertama serangan militer Rusia, jumlah korban sekitar puluhan orang, tetapi sejak hari kedelapan melonjak menjadi ratusan orang, dan sekarang jumlah orang yang meninggal dunia mungkin mencapai ribuan orang dan akan terus melonjak.
Boychenko mengatakan dengan sedih bahwa serangan udara hari ke-6 secara berturut-turut mencegah mereka keluar untuk mencari korban tewas, apalagi mengumpulkan mayat rekan senegaranya yang tewas dalam pertempuran yang tidak menguntungkan itu.
“Rusia mengatakan mereka ingin menyelamatkan warga Ukraina dari penganiayaan oleh pemerintah Ukraina, tetapi merekalah yang benar-benar membunuh!” kata Boychenko.
Disebutkan juga, Pemerintah Mariupol telah menyiapkan 50 bus penuh dengan bahan bakar. Begitu diumumkan gencatan senjata atau pembukaan jalan, mereka akan segera mengevakuasi warga, namun demikian bus-bus tersebut dibom dan kini tersisa hanya 30 bus.
Jika koridor manusia tidak dibuka dengan cepat, Mariupol mungkin tidak memiliki kendaraan untuk mengangkut orang-orang. Boychenko menekankan bahwa Mariupol tidak dapat diselamatkan dan tugas terpenting dan satu-satunya saat ini adalah mengupayakan pembukaan koridor kemanusiaan dengan segala cara.
Sekitar 400 warga Volnovakha dan desa-desa sekitarnya berhasil dievakuasi pada 5 Maret.
Mariupol awalnya berencana untuk membawa 2.000 orang melalui koridor kemanusiaan di tiga titik, tetapi pemboman terus menerus mencegah bus masuk. Wakil walikota berkata, “Dia mengatakan ada gencatan senjata, tetapi hanya butuh waktu 30 menit. Rusia segera mulai mengebom, dan semuanya digunakan.” Dia harus memberitahukan semua orang untuk pergi ke tempat perlindungan serangan udara atau pulang. Maka itu lebih aman, dan bahkan Palang Merah tidak berani Masuk. (hui)