oleh Chen Beichen
Rusia dan Ukraina telah berperang selama 13 hari, dan kedua belah pihak menemui jalan buntu dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk pertama kalinya dalam sebuah wawancara dengan media ‘ABC’ mengatakan bahwa dirinya bersedia untuk tidak lagi terjerat dalam masalah bergabung dengan NATO, dan bersikap terbuka untuk membahas isu tentang teritorial di Ukraina timur. Pernyataan Zelensky tersebut mungkin menjadi isyarat awal dari pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina.
“Setelah kami mengetahui bahwa NATO tidak siap untuk menerima Ukraina, saya sudah lama tidak mempermasalahkannya lagi”, kata Zelensky kepada ABC News tentang perubahan pola pikirnya dari sebelumnya yang berusaha untuk bergabung dengan NATO.
Ia mengatakan, NATO takut akan hal-hal kontroversial, takut berkonfrontasi dengan Rusia. Zalensky tidak pernah ingin menjadi negara yang bertekuk lutut untuk meminta bantuan dari pihak lain. Pihaknya tidak ingin menjadi negara seperti itu, dan ia pun tidak ingin menjadi presiden seperti itu.
NATO telah secara terbuka dalam KTT Bucharest 2008 berjanji untuk menerima penggabungan Ukraina, tetapi tidak merinci kapan atau bagaimana.
Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, pada bulan November tahun lalu, Rusia untuk pertama kalinya mengutip niat Ukraina untuk bergabung dengan NATO sebagai alasan untuk mengirim pasukan besar ke garis depan perbatasan, dan pernah menuntut jaminan keamanan yang komprehensif dari Amerika Serikat dan NATO, termasuk janji bahwa Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan NATO, tetapi telah ditolak.
Zelensky mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa poin kunci untuk situasi saat ini adalah agar dirinya dapat berdialog langsung dengan Putin. Zelensky mengatakan : “Bahkan jika dia (Putin) tidak berpikir bahwa dialah yang memulai, tetapi dia harus tahu satu hal penting, yaitu tidak diragukan lagi bahwa dia memiliki kemampuan untuk menghentikan perang ini”.
Zelensky mengatakan bahwa dirinya bersedia melakukan diskusi tentang masa depan wilayah Donetsk dan Lugansk yang telah dideklarasikan oleh Moskow.
“Orang-orang yang memilih saya tidak siap untuk menyerah. Kami tidak siap menerima ultimatum (Rusia), tetapi kami dapat berdiskusi dengan Rusia tentang masa depan Krimea dan wilayah Donbas di Ukraina timur”.
“Yang penting bagi saya adalah bagaimana kehidupan penduduk di sana yang ingin menjadi warga negara Ukraina. Pada saat yang sama, saya juga tertarik untuk mendengar pendapat mereka yang ingin menjadi warga negara Federasi Rusia. Kita harus mendiskusikan masalah ini”.
Video wawancara media ‘ABC’ yang dirilis pada Senin 7 Maret, tidak merinci waktu pasti wawancara yang mereka lakukan. (Sin)