oleh Chen Beichen
Hingga memasuki hari ke-13 perang Rusia-Ukraina, media Ukraina secara berturut-turut merilis video secara online tentang perwira beserta 2 tentara Rusia yang tertangkap pihak militer Ukraina, yang secara terbuka meminta maaf kepada rakyat Ukraina.
Menurut saluran berita Ukraina 24, perwira Rusia yang ditangkap, adalah seorang komandan berpangkat letnan kolonel, bernama Astakhov Dmitry Mikhailovich, ia beserta 2 orang tentara lainnya meminta maaf kepada pihak Ukraina melalui konferensi pers pada 2 Maret.
Dalam video tersebut, Astakhov Dmitry Mikhailovich dan bawahannya mengatakan bahwa mereka disesatkan oleh instruksi untuk menyerang Ukraina, ia mengacu pada pengumuman Moskow untuk menyerang Ukraina karena nasionalis, Nazi telah merebut kekuasaan (Ukraina).
Mikhailovich mengatakan mereka diberitahu di Rusia bahwa wilayah Ukraina telah dikendalikan oleh rezim fasis, tetapi jelas bahwa informasi itu adalah sepihak.
Mikhailovich mengatakan bahwa kecurigaannya semakin kuat ketika dirinya menemukan petinju favoritnya, Oleksandr Usyk dan Vasiliy Lomachenko kembali ke Ukraina dari negara asing untuk ikut bertempur.
Usyk adalah juara tinju kelas berat dunia. Lomachenko telah memenangkan tiga gelar dunia kelas berat dan dua medali emas Olimpiade. Keduanya telah kembali ke Ukraina untuk ikut berperang.
Mikhailovich melalui konferensi pers memohon pengampunan dari rakyar Ukraina, mengatakan bahwa mereka sudah siap untuk masuk penjara, karena berpartisipasi dalam serangan ke Ukraina, atau untuk menjalankan ganjaran hukuman apa pun yang pantas kami terima.
“Saya merasa malu karena menyerang negara ini, saya tidak tahu mengapa kami melakukannya, kami hanya memiliki sedikit informasi. Kami telah membawa kesedihan kepada rakyat Ukraina,” katanya.
“Saya tidak dapat menemukan kata-kata yang lebih tepat untuk mengungkapkan permintaan maaf kami kepada seluruh rakyat Ukraina,” tambahnya.
“Saya hanya dengan tulus berharap kepada Anda untuk memaafkan mereka yang datang menemui Anda dengan mengangkat kedua tangan mereka (menyerah), atau mereka yang terluka”. Meskipun dirinya bisa mengerti jika pihak Ukraina tidak bersedia memaafkan Rusia,” ungkapnya.
Pada saat ini, belum dikonfirmasi apakah Mikhailovich berada di bawah tekanan untuk membuat pernyataan tersebut.
Jonathan Turley, seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Washington dan ketua hukum kepentingan publik, mempertanyakan dalam sebuah posting blog : “Apakah Memotret Tawanan Perang Rusia merupakan pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa ?” tetapi ia juga menyebutkan : “Ukraina berkewajiban untuk mematuhi pakta itu, terlepas dari kesulitannya di medan perang yang bergejolak”.
“Konvensi itu hanya akan berhasil jika diterapkan secara timbal balik. Jika aturan diterapkan secara selektif, Rusia juga akan mengklaim status khusus yang sama dalam perlakuan terhadap tawanan perang Ukraina”. (Sin)