oleh Luo Tingting
- Zhao Lijian, juru bicara Kemenlu Tiongkok berkarakter serigala perang menentang AS membantu Ukraina dengan senjata, dan mengklaim bahwa Ukraina sedang kekurangan pangan, kantong tidur dan sebagainya
- Ucapan Zhao Lijian yang sembrono itu telah membuat marah Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Andriivna Vereshchuk. Untuk itu ia menegur Zhao Lijian atas pernyataannya yang tidak pantas, sembrono, tidak sesuai dengan status negara besar yang patut dihormati.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok itu mengatakan dalam sebuah konferensi pers reguler pada 18 Maret, bahwa Ukraina membutuhkan makanan, kantong tidur dan pasokan kemanusiaan lainnya yang disediakan oleh Tiongkok lebih dari pasokan senjata dari Amerika Serikat. Selain itu juga mengklaim bahwa senjata AS telah menimbulkan lebih banyak korban di pihak warga sipil Ukraina.
“Pernyataan itu sungguh sembrono dan tidak sesuai dengan status negara besar yang patut dihormati,” kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna memposting tegurannya di atas di Facebook pada 19 Maret.
Ucapan Iryna yang ditujukan kepada Zhao Lijian : “Apa urusannya dengan selimut ? Saat ini Rusia sedang membombardir daerah pemukiman di kota-kota kita, dan apa yang kita inginkan adalah sistem pertahanan udara untuk melindungi langit bagi warga sipil Ukraina. Justru kamu berceloteh tentang tikar anti-lembab !”
Iryna juga menyarankan agar kementerian luar negeri Tiongkok meminta pendapat dari 160 orang mahasiswa Tiongkok di Ukraina yang berhasil diselamatkan oleh pemerintah Ukraina dari penembakan Rusia pekan lalu.
Wilayah Sumy yang terletak di timur laut Ukraina dibom oleh tentara Rusia. Lebih dari 200 orang mahasiswa asal Tiongkok terdampar di sana, karena tidak mengungsi tepat waktu. Mereka terpaksa tidur berdesakan di ruang bawah tanah yang sempit, dan kepanikan pun menyebar. Para mahasiswa itu meminta bantuan ke kedutaan Tiongkok, tetapi hanya dijawab dengan “masing-masing berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri”. Ha ini membuat mereka marah dan jatuh mental.
“Kami percaya kepada ibu pertiwi, percaya kepada kedutaan, tetapi tindakan kedutaan membuat kami tidak dapat menyelamatkan diri kami sendiri”, kata Shen Yu, seorang mahasiswa Tiongkok kepada reporter BBC dengan nada emosional.
“Ucapan pihak kedutaan membuat kami kehilangan waktu terbaik untuk menyelamatkan diri”.
Pada akhirnya, pemerintah Ukraina yang mengatur sebuah bus untuk menyelamatkan mahasiswa asal Tiongkok ini dari Sumy dan mengirim mereka ke Lviv, Ukraina yang relatif lebih aman.
Iryna menyerukan : “Kami tidak membutuhkan selimut, kami membutuhkan senjata untuk mempertahankan tanah air kami. Dan kami meminta komunis Tiongkok untuk berhenti mendukung pemboman terhadap daerah pemukiman di perkotaan Ukraina !” (sin)