Ketua Yuan Legislatif Taiwan Yu Shyi-kun baru-baru ini mengungkapkan bahwa rudal jelajah ketinggian menengah yang dikembangkan sendiri oleh Taiwan “Yunfeng Missile” memiliki jangkauan yang dapat mencapai Beijing dan telah memasuki produksi massal. Voice of America melaporkan bahwa banyak pakar militer percaya bahwa rudal dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer, memang dapat secara efektif digunakan untuk menyerang sasaran militer di daratan Tiongkok, dan itu adalah senjata yang memiliki kemampuan untuk menggertak musuh.
Ketua Yuan Legislatif Taiwan Yu Shyi-kun untuk pertama kalinya mengungkapkan hal ini dalam pidato video pada 12 Juni. Ia mengatakan, saat menjabat Direktur Eksekutif pada lebih dari sepuluh tahun yang lalu dirinya sudah mengetahui bahwa rudal Yun Feng dapat menjangkau sampai Beijing dan kini telah memasuki tahap produksi massal.
Dia menekankan bahwa Taiwan tidak akan mengambil inisiatif untuk menyerang, tetapi dia menghimbau komunis Tiongkok agar berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk menyerang Taiwan dengan kekerasan, untuk menghindari terjadinya fenomena kerugian di pihak sendiri jauh lebih besar daripada kerugian di pihak lawan.
Teknologi rudal Yun Feng sudah matang, Pakar : kemajuan produksi massal cukup kredibel
Menurut laporan “Missile Threat” yang dirilis pada tahun 2021 oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah lembaga think tank yang berbasis di Washington, bahwa rudal Yun Feng yang umumnya memiliki jangkauan sekitar 1.200 kilometer, tetapi jangkauan terbangnya dapat ditambah menjadi paling jauh mencapai 2,000 km. Selain itu, hulu ledak Yun Feng memiliki kemampuan untuk memuat 225 kg yang dapat berupa amunisi berdaya ledak tinggi atau pecahan peluru.
Meskipun daya mematikan dari 225 kilogram bahan peledak cukup terbatas, tetapi mantan direktur perencanaan Komando Rudal Pertahanan Udara dari Markas Besar Staf Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, Zhou Yu Ping percaya bahwa jika desain rudal dapat mencapai panduan yang tepat dan akurat mengenai sasaran, jumlah bahan peledak yang dapat dibawanya tidak terlalu penting.
Zhou Yu Ping mengatakan kepada VOA : “Sepanjang akurasinya tinggi, hulu ledak tidak perlu terlalu besar. Sama seperti Tomahawk (rudal) Amerika pada dasarnya dapat masuk melalui jendela. Jadi sistem pengembangan dari semua rudal dengan jangkauan menengah dan panjang di masa depan perlu seperti itu”.
Su Tzu-Yun, Direktur National Defense Security and Industry Research Institute mengatakan bahwa tujuan pengembangan rudal jelajah Taiwan bukan untuk meluncurkan serangan, tetapi sebagai senjata balasan, dan hanya akan menargetkan sasaran militer seperti bandara dan stasiun radar Tentara Komunis. Diharapkan bisa menghasilkan efek strategis menghalangi tentara komunis menggunakan kekuatan senjata untuk menyerang Taiwan. Dia percaya bahwa Taiwan harus menyiapkan lebih dari 500 buah rudal Yun Feng sesuai dengan jumlah bandara militer Tiongkok dan fasilitas lainnya.
Ian Easton, direktur senior Institut “Proyek 2049” dari lembaga pemikir AS, juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan VOA bahwa produksi massal rudal Yun Feng di Taiwan memiliki kredibilitas yang cukup besar.
Ian Easton mengatakan bahwa setelah Taiwan memiliki kekuatan untuk membalas, berarti bahwa begitu komunis Tiongkok menyerang Taiwan, maka Taiwan memiliki kemampuan untuk menyerang target militer dan politik penting di Tiongkok. Misalnya, katanya, jika Beijing menyerang istana presiden Taiwan dengan rudal, militer Taiwan dapat melakukan serangan balik dengan menargetkan pusat politik Tiongkok Zhongnanhai. Jika tentara komunis ingin membom Legislatif Yuan Taiwan, maka siap=siaplah Balai Agung Rakyat, Beijing juga menjadi sasaran rudal Taiwan.
Ian Easton mengatakan, mengambil contoh perang Rusia – Ukraina sebagai pelajaran, Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin tidak akan secara gegabah menyerang Ukraina jika Ukraina memiliki cukup rudal untuk menyerang Kremlin secara langsung. Oleh karena itu, jika Taiwan memiliki rudal dengan jangkauan yang dapat mencapai Beijing, itu akan menjadi kekuatan buat menggertak para pemimpin PKT.
Chang Cheng, mantan chief engineer proyek rudal Hsiung Feng III dari National Chung-Shan Institute of Science & Technology menganalisis bahwa signifikansi lain dari penelitian dan pengembangan rudal jarak menengah secara independen adalah pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa baik dalam hal jet tempur maupun rudal, seringkali Taiwan harus mampu secara mandiri melakukan pengembangan sampai tahap tertentu, setelah itu baru dapat meyakinkan Amerika Serikat untuk menjual senjatanya kepada Taiwan.
Dia mengatakan, dengan mengambil contoh kemampuan tempur “serangan sumber” yang sangat dibutuhkan Taiwan, setelah Taiwan secara mandiri mengembangkan rudal jelajah Hsiung Feng IIE dan Yun Feng, ia juga memperoleh sistem peluncuran roket ganda HIMARS dan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) dengan jangkauan mencapai 300 km. Senjata buatan dalam negeri dan buatan AS memiliki efek sinergis, memungkinkan Taiwan untuk mengalahkan kekuatan yang telah dibangun komunis Tiongkok di sepanjang pantai Taiwan jika terjadi serangan. ((sin)