NTD
Baru-baru ini kasus COVID-19 terus merebak di Kota Anyang, Provinsi Henan, Tiongkok. Akibatnya, sebagian daerah telah ditutup oleh pihak berwenang. Beberapa orang warga telah dibawa ke lokasi karantina untuk diisolasi selama beberapa hari. Namun sebuah rekaman video yang diunggah di media sosial membuat orang yang menonton jadi gemetar. Dalam rekaman itu terlihat seorang kakek yang diisolasi di lantai 12 memanjat jendela untuk mengunjungi tetangganya hanya untuk bertanya.
Rekaman menunjukkan seorang kakek yang menempel di dinding luar jendela bertanya kepada tetangganya, seorang netizen yang merekam video tersebut : “Kapan boleh keluar ?”
Netizen tersebut menjawab : “Lima hari lagi sudah boleh keluar”.
Kakek kembali bertanya untuk mendapat kepastian : “Lima hari lagi ini sudah selesai ?”.
Kakek mengatakan : “Dibawa ke sini, tidak bisa tidur, punggung saya sakit !”
Netizen membujuk kakek untuk berhenti berbicara, cepat kembali, dan mengingatkan kakek : “Berpegangan ya, hati-hati !” sambil merekam kakek yang kembali ke ruang di sebelahnya.
Rekaman lanjutan menunjukkan bahwa kakek itu kembali ke ruangannya dengan menginjak tepian dinding luar gedung, membuat netizen tersebut juga khawatir sampai berkata “Ini lantai 12, lantai 12 !”
Rekaman video ini mengejutkan banyak orang, tetapi informasi spesifiknya tidak diketahui. Netizen lain memperkirakan bahwa video ini bukan rekaman lama. Banyak netizen Weibo berkomentar, antara lain : “Tontonan yang mengerikan !” Beberapa orang bersyukur : “Untunglah (kakek) tidak jatuh”. Ada juga netizen Twitter berkomentar : “Hati berdebar melihatnya, sedih tetapi tak berdaya !” “Biasanya terdapat segel yang melarang penghuninya keluar pintu !” “Kakek pasti tidak punya ponsel, tidak ada TV, tanpa informasi itu mengerikan, Beginilah jadinya …”
Ada netizen yang mengaku dirinya juga dikarantina di gedung yang sama. “Ini adalah gedung untuk karantina warga di Kota Anyang, Henan”.
Netizen lain di Twitter menyebutkan bahwa di komunitas tempat tinggalnya juga pernah mengalami penutupan selama 14 hari, tetapi tak ada penjelasan sama sekali dari pihak otoritas. sampai hari ketujuh warga kesal lalu ramai-ramai melakukan protes di pintu. Penjelasan resmi baru muncul pada hari ke-8. Tanpa protes itu, warga tidak pernah tahu berapa lama penutupan akan berlangsung dan untuk apa penutupan dilakukan”.
Belum lama ini epidemi merebak di Kota Anyang, Henan. Pada 30 Agustus, otoritas Kabupaten Hua, Anyang menerapkan penutupan selama 3 hari. Pada 7 September, otoritas Kota Anyang mengeluarkan pemberitahuan lain bahwa mulai 7 September hingga 9 September, pengujian asam nukleat semua karyawan akan dilakukan di daerah perkotaan Kota Anyang termasuk Kabupaten Tangyin. Mulai 7 September, semua warga wajib berada dalam rumah, semua transportasi umum dihentikan operasinya untuk sementara.
Otoritas Partai Komunis Tiongkok (PKT) menggunakan cara penutupan kota, dan membawa paksa ke tempat karantina untuk menanggapi epidemi yang terjadi. Cara demikian telah banyak menimbulkan korban, dan penduduk sangat mengeluh. Apalagi menjelang Kongres Nasional ke-20, para pejabat PKT di semua tingkatan kian aktif menerapkan kebijakan “Nol Kasus” untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada rezim demi mempertahankan kedudukan.
Belakangan ini, terdapat tambahan lagi 70 lebih kota dan daerah yang melibatkan ratusan juta penduduk ditutup sepenuhnya atau sebagian oleh pejabat PKT demi menunjukkan kesetiaan kepada rezim. (sin)