Epoch Times
Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi Tiongkok – AS berjalan menuju pemisahan (decoupling). Seminar yang diadakan oleh lembaga think tank Amerika Serikat menyimpulkan bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok sedang mengambil pendekatan yang berbeda. Washington ingin memisahkan beberapa industri dari Tiongkok, sedangkan Beijing ingin integrasi ekonomi dengan Eurasia, berpisah dari negara-negara demokrasi Barat, dengan maksud untuk mengendalikan rantai pasokan global.
Radio Free Asia melaporkan bahwa pada Jumat (9 September), Hudson Institute di Amerika Serikat mengadakan seminar online untuk membahas masalah decoupling ekonomi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.
Perbedaan cara decoupling ekonomi antara AS dengan Tiongkok
Dalam seminar tersebut, John Lee, seorang peneliti senior di institut tersebut mengatakan bahwa selama era Trump, pemerintah AS menyadari bahaya yang ditimbulkan komunis Tiongkok terhadap ekonomi internasional. Sejak itu, pemerintah Washington mulai menekan Beijing. Berharap agar perdagangan bisa berjalan secara bebas, adil dan saling menguntungkan.
Trump dan pemerintahan Biden telah mengusulkan serangkaian sanksi ekonomi untuk mencoba memisahkan diri dari Tiongkok dalam industri yang diperdagangkan secara tidak adil, dan berharap Beijing mau meningkatkan ekologi industrinya.
Namun di pihak Beijing, dalam beberapa tahun terakhir juga terlihat ada gelagat ingin memisahkan diri dari ekonomi AS. Meskipun John Lee percaya bahwa keinginan Beijing untuk decoupling ekonomi dari AS telah muncul sejak beberapa dekade lalu.
John Lee mengatakan bahwa sejak beberapa dekade lalu Beijing sudah ingin pemisahan ekonomi dengan Barat tetapi tidak secara keseluruhan. Ia hanya ingin menikmati manfaat dari perdagangan internasional. “Bahkan pada periode reformasi dan keterbukaan Deng Xiaoping, Tiongkok hanya ingin mendapatkan keuntungan dari ekonomi internasional, terutama dari Amerika Serikat”.
John Lee percaya bahwa Beijing tidak pernah benar-benar ingin menjadi mitra strategis dengan Amerika Serikat dan berintegrasi ke dalam ekonomi dunia. Tujuan dari partisipasinya dalam perdagangan internasional adalah mengakumulasi kekuatan nasional untuk bersaing dengan negara-negara Barat.
Beijing mencoba mengintegrasikan ekonomi Eurasia
Pada saat Xi Jinping menjabat, strategi pemisahan ekonominya adalah untuk menciptakan ekonomi Tiongkok-sentris di Eurasia dan mengecualikan pengaruh AS di wilayah tersebut, kata Lee.
John Lee percaya bahwa Inisiatif “Satu dan Jalan” Beijing adalah salah satu dari tautan ini. Meskipun tujuan jangka pendek dari “Sabuk dan Jalan” adalah untuk memberikan peluang investasi bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok, tetapi tujuan strategis jangka panjangnya adalah untuk memastikan bahwa infrastruktur perusahaan-perusahaan yang didanai Tiongkok itu dapat terintegrasi dengan provinsi-provinsi di Tiongkok, dan beroperasi dengan cara yang bermanfaat bagi Tiongkok.
Tetapi banyak perjanjian terkait “Sabuk dan Jalan” dianggap membahayakan negara penandatangan karena pada saat bernegosiasi, pemerintah asing sering kali ditekan dengan keuntungan dari ekonomi dan politik Tiongkok.
Yang penting, kata Lee, setelah pemerintah Tiongkok menciptakan perdagangan yang “model Tiongkok” di negara-negara Eurasia melalui “Sabuk dan Jalan”, negara-negara demokrasi Barat dikeluarkan dari pasar. Sehingga pada saat itu negara-negara ini terpaksa hanya dapat berinteraktif dengan Beijing.
John Lee mengingatkan : Meski kawasan Eropa telah dimasukkan dalam lingkup integrasi ekonomi oleh Xi Jinping, tetapi negara-negara Eropa harus berhati-hati terhadap aliran dana yang masuk dari Tiongkok. Terutama Inggris dan Jerman, perlu lebih waspada terhadap pencurian industri teknologi tinggi oleh Tiongkok.
Tujuan ekonomi Xi Jinping bukan lagi pertumbuhan, tetapi perluasan pengaruh
Dalam seminar tersebut, Thomas J. Duesterberg, peneliti senior institut tersebut, juga menunjukkan bahwa tujuan ekonomi Beijing saat ini bukan lagi pertumbuhan, “tetapi lebih mementingkan soal otonomi yang lebih besar di kawasan Eurasia. Dan mengurangi pengaruh Barat di Eurasia”, katanya.
Lee juga menyebutkan : “Tujuan Beijing adalah untuk mengontrol rantai pasokan global dan membiarkan perusahaan Tiongkok mendominasi pasar global untuk industri teknologi tinggi”.
Menghadapi ekspansi Tiongkok di Eurasia dan upayanya untuk memisahkan Eurasia dari Amerika Serikat, John Lee percaya bahwa pemerintah AS harus menghindari negara-negara “Sabuk dan Jalan” yang masuk jebakan Beijing, memberikan dukungan melalui sarana teknologi dan ekonomi untuk mencegah masyarakat demokratis ini justru terpenetrasi oleh Beijing.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar Amerika Serikat memperkuat interaksi ekonomi dengan negara-negara Indo-Pasifik untuk mencegah pemerintah komunis Tiongkok menduduki pasar ekspor industri teknologi tinggi, termasuk Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan. (sin)