Otoritas Ukraina pada (21/9) mengumumkan mereka saling tukar tawanan perang dengan Rusia. Jumlahnya mencapai hampir 300 orang, menjadi angka yang terbesar sejak Rusia memulai perang pada Februari lalu. Rusia juga dimediasi oleh Arab Saudi untuk membebaskan 10 orang Warga Negara Asing yang ditangkap di Ukraina, termasuk lima warga Inggris dan dua warga Amerika Serikat. Sebagai balasannya, Rusia menerima 55 tahanan yang dibebaskan oleh Ukraina.
Rusia membebaskan 215 warga Ukraina, termasuk para pemimpin militer senior, yang ditawan perang di Mariupol awal tahun ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa berdasarkan kesepakatan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, lima komandan militer dipindahkan ke Turki dalam operasi yang telah direncanakan sebelumnya. Mereka akan tinggal di Turki sampai akhir perang dalam “keamanan dan kenyamanan penuh”.
Selain itu, di bawah koordinasi Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, sebuah pesawat yang membawa 10 tawanan perang terbang dari Rusia menuju Bandara Internasional King Khalid.
Ke-10 tawanan perang itu termasuk 5 WNA Inggris, 2 Amerika Serikat, 1 Kroasia, 1 Maroko, dan 1 Swedia.
Gedung Putih mengungkapkan rasa terima kasihnya. Dalam sebuah pernyataan di Twitter, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Gedung Putih berterima kasih kepada Presiden Zelensky, staf utamanya dan pemerintah Ukraina “karena mengizinkan dua warga Amerika Serikat untuk dimasukkan dalam pertukaran tahanan yang diumumkan hari ini.”
Gedung Putih juga berkata : “Kami berterima kasih kepada Putra Mahkota Arab Saudi dan pemerintah atas bantuan mereka. Kami berharap warga negara kami dipersatukan kembali dengan keluarga mereka.”
Perwakilan keluarga mengatakan kepada Reuters bahwa warga Amerika Serikat yang dibebaskan adalah Alexander Drueke yang berusia 39 tahun dan Andy Huynh yang berusia 27 tahun, keduanya dari Alabama. Keduanya ditawan selama pertempuran di Ukraina timur pada Juni lalu ketika mereka melakukan perjalanan ke Ukraina untuk membantu pasukan Ukraina dalam mempertahankan diri dari invasi Rusia.
Perdana Menteri Inggris, Liz Truss dalam cuitannya menulis bahwa pembebasan lima warga Inggris adalah berita yang menggembirakan, mereka dan keluarga mereka telah mengalami berbulan-bulan ketidakpastian dan penderitaan.”
PM Inggris tidak merilis nama-nama yang dibebaskan. Tapi anggota parlemen Inggris Robert Jenrick mengatakan salah satunya adalah Aiden Aslin. Dia ditangkap awal tahun ini dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Republik Rakyat Donetsk yang dideklarasikan sendiri di Ukraina timur.
Media Arab Saudi melaporkan bahwa warga Maroko yang dibebaskan adalah Brahim Saadoun, yang dijatuhi hukuman mati bersama dengan Aiden Aslin.
Menteri Luar Negeri Swedia, Ann Linde mengatakan kepada kantor berita Swedia TT di sela-sela Sidang Umum PBB di New York bahwa warga Swedia yang ditangkap di Mariupol dapat menghadapi apa yang disebut Undang-Undang Republik Rakyat Donetsk dengan hukuman mati. Dia dibebaskan pada 21 September .
Setelah Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, sejumlah besar warga negara asing pergi berperang di Ukraina. Beberapa ditangkap oleh pasukan Rusia, termasuk orang asing yang mengaku bukan pejuang di Ukraina. Sejauh ini, kedua pihak telah melakukan beberapa pertukaran tahanan.
Sebelumnya, Kepala Misi Pengawasan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina mengatakan bahwa Rusia tidak akan membiarkan mereka memiliki akses ke tawanan perang. Selain itu, menambahkan bahwa mereka memiliki bukti bahwa beberapa tahanan disiksa dan dianiaya, yang mungkin sama dengan melakukan kejahatan perang. Rusia membantah melakukan penganiayaan terhadap tawanan perang.
Arab Saudi yang kerap menjadi sekutu Amerika Serikat, baik Arab Saudi maupun Rusia adalah anggota dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Negara-negara Minyak (OPEC). menghadapi tekanan besar untuk mengisolasi Rusia. Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang dekat dengan Putin turut menengahi operasi pertukaran tawanan perang. (hui)