oleh Zhou Qi
Akibat kebijakan pencegahan epidemi ekstrem yang dilakukan otoritas Tiongkok ditambah lagi dengan jatuhnya industri real estat Tiongkok, Bank Dunia telah secara signifikan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2022 menjadi 2,8%.
Pada Senin (26/9) Bank Dunia merilis penilaian terbarunya terhadap ekonomi negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik.
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2022 hanya sebesar 2,8%. Jauh di bawah perkiraan 4,3% pada Juni tahun ini. Angka baru ini juga lebih rendah dari perkiraan 3,3% yang dibuat oleh Dana Moneter Internasional. Hal ini mencerminkan bahwa sentimen Bank Dunia yang lebih pesimis terhadap prospek ekonomi Tiongkok.
Bank Dunia dalam laporannya menyebutkan bahwa kebijakan pencegahan penyebaran epidemi ekstrem yang dilaksanakan pemerintah Tiongkok telah mengganggu produksi industri, penjualan domestik dan perdagangan ekspor, yang berdampak sangat besar terhadap ekonomi Tiongkok.
Selain itu, macetnya industri real estat Tiongkok juga ikut menyeret turun tingkat pertumbuhan ekonomi. Akibat utang para pengembang yang besar dan banyaknya proyek yang pembangunannya terbengkalai, menyebabkan konsumen kehilangan kepercayaan pada pasar real estat Tiongkok. Karena itu baik dalam jumlah penjualan, harga rumah maupun kegiatan konstruksi di pasar real estat semuanya mengalami penurunan yang signifikan.
Beberapa hari yang lalu, lembaga keuangan dunia termasuk Goldman Sachs, Nomura dan S&P Global Ratings juga telah menurunkan perkiraan mereka terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2023, dengan alasan bahwa prospek suram untuk ekonomi global dan fakta bahwa pemerintah Tiongkok kemungkinan masih akan terus mempertahankan kebijakan pencegahan epidemi ekstrem.
Selain menurunkan proyeksi ekonomi Tiongkok, Bank Dunia juga memperkirakan ekonomi 22 negara berkembang di Asia Timur di luar Tiongkok yang pertumbuhannya dapat mencapai lebih dari dua kali lipat tingkat pertumbuhan tahun lalu. Karena itu sejumlah negara ini akan mampu melampaui tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok untuk pertama kalinya sejak tahun 1990. Bank Dunia percaya bahwa ini karena kebangkitan kembali industri pariwisata dari negara-negara tersebut yang terus melonggarkan pembatasan untuk mencegah penyebaran COVID-19. (sin)