oleh Li Li
Baru-baru ini, otoritas Tiongkok melonggarkan kendali terhadap epidemi dan mengeluarkan apa yang disebut “Sepuluh Aturan Baru”. Setelah itu, “imigrasi” telah menjadi kata dalam pencarian panas di Internet, dan indeks pencarian di WeChat telah menembus angka 100 juta.
Pada 7 Desember, Dewan Negara Tiongkok mengeluarkan “Sepuluh Aturan Baru” yang merupakan petunjuk pengenduran kontrol epidemi. Aturan baru itu antara lain berbunyi : warga yang mengalami gejala ringan dapat menjalani isoman di rumah, kecuali untuk tempat-tempat khusus seperti panti jompo, institusi medis, dan sekolah dasar dan menengah. Warga tidak lagi dimintai untuk menunjukkan bukti tes asam nukleat negatif atau barcode kesehatan. Tidak ada lagi pemeriksaan untuk para migran lintas wilayah, dan tidak perlu “inspeksi kedatangan”, dan lain-lain., Dalam aturan baru itu, juga tidak disebutkan tentang mempertahankan pelaksanaan kebijakan Nol Kasus. Bahkan pejabat tidak menggunakan masker saat menghadiri konferensi pers.
Pekan lalu, medi corong PKT “Renmin Rebao” menerbitkan sebuah artikel yang mengutip pembicaraan para ahli : “Sampai saat ini belum ada bukti bahwa virus COVID-19 memiliki gejala sisa”. Tampaknya media berusaha mengubah klaim mereka sebelumnya yang selalu menekankan betapa parah gejala sisa yang ditimbulkan COVID-19, dan bagaimana Amerika Serikat dipengaruhi oleh kekhawatiran tersembunyi dari gejala sisa COVID-19.
Namun, pada hari “Sepuluh Aturan Baru” diumumkan, pasar saham di Tiongkok dan Hongkong langsung anjlok. Harga saham real estat merosot, saham batu bara turun, sektor chip dan semikonduktor mengalami penyesuaian, harga saham lebih banyak yang turun daripada yang naik. Harga saham di pasar saham Hongkong seperti “roller coaster” dan akhirnya ditutup turun.
Selain itu, pada 6 Desember, “imigrasi” telah menjadi kata pencarian yang populer di Internet, dan indeks pencarian WeChat telah mencapai 116.716.160, meningkat sebesar 112,51%. Sedangkan di Sina Weibo, artikel mengenai imigrasi telah dibaca oleh 160 juta orang
(Foto Internet)
Ada netizen yang mengungkapkan bahwa sejumlah besar loket visa di kedutaan asing di Tiongkok sudah ditutup sementara.
Pada 7 Desember, Xiao Zhang, seorang warga Shanghai mengatakan kepada Radio Free Asia : “Pejabat menggunakan pencegahan epidemi sebagai alasan untuk menutup perbatasan, tetapi tujuan sebenarnya bukanlah untuk mencegah epidemi, yang PKT cegah adalah mengalirnya dana keluar dari Tiongkok melalui cara membatasi kebebasan berpergian warga sipil. Sehingga begitu otoritas melonggarkan kontrol terhadap epidemi, Warga sipil berlomba “run” dari daratan Tiongkok. Gelombang pelarian ini bahkan bisa membesar”.
Kepada Radio Free Asia Fordistralia, cendekiawan keuangan Tiongkok mengatakan bahwa penyesuaian kebijakan dalam mencegah penyebaran epidemi yang dilakukan PKT saat ini bukanlah benar-benar ingin membebaskan pengendalian, tetapi, bahkan jika mereka memperluas pelonggaran, mereka juga akan sulit untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari rakyat dan para investor dalam dan luar negeri. “Karena tindakan pemerintah yang seenaknya, tanpa peringatan terlebih dahulu, kebijakan yang sebentar buka sebentar tutup telah membuat orang kelelahan secara fisik dan mental”.
Fordistralia mengatakan bahwa meskipun otoritas PKT tampaknya melonggarkan kebijakan pencegahan epidemi, tetapi mereka dengan alasan pencegahan epidemi sedang membangun fasilitas pemantauan data besar yang akan digunakan untuk lebih menekan kebebasan berbicara dan pribadi warga sipil.
Pada April tahun ini, setelah PKT secara resmi mengumumkan “Pemerintah akan terus merealisasikan Nol Kasus Epidemi”, indeks pencarian kata “imigrasi” di Baidu telah meningkat sebesar 440%, dan rekaman video terkait topik yang sama juga melonjak sebesar 1.455%. Dalam sepekan Baidu merilis data penelusuran untuk istilah “imigrasi” khususnya artikel tentang “syarat berimigrasi ke Kanada” volume penelusuran telah meningkat sebesar 2.846%, dan volume penelusuran untuk “negara mana yang baik untuk imigrasi” meningkat sebesar 1.294%.
China News pernah melaporkan pada 13 November tahun ini bahwa beberapa akun grup perusahaan yang mengurus perpindahan penduduk antar negara di WeChat telah berhenti beroperasi, diduga pemerintah Tiongkok ingin memaksa penutup saluran “imigrasi”. (sin)