Lin Cenxin/Yi Ru/Chen Jianming
Partai Komunis Tiongkok (PKT) baru-baru ini mengumumkan “Sepuluh Tindakan Baru” untuk melonggarkan kendali epidemi. Namun, jutaan bisnis katering, bisnis ritel, dan toko serba ada telah tutup sebelum kebijakan diterapkan. Jalan-jalan komersial di banyak kota menunjukkan tanda-tanda depresi. Kebijakan Nol COVID telah berlangsung selama tiga tahun, menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada sektor ekonomi riil Tiongkok
Jalan Qianmen yang ramai di Beijing hanya dikunjungi sedikit turis pada tahun ini, dan banyak toko terkenal sudah tutup.
Adapun Gongti West Road, di mana terdapat banyak klub malam, sejak kasus COVID meledak di sekitar Paradise Supermarket Bar pada Juni lalu dan semua toko di sekitar jalan ditutup. Kini setengah tahun telah berlalu, dan blokade belum dicabut sampai 7 Desember.
Distrik Haizhu di Guangzhou yang telah lama ditutup, masih jarang penduduknya setelah pembukaan distrik dalam dua hari terakhir. Pasalnya, banyak bos dan pekerja yang pulang ke kampung halaman mereka lebih awal.
Video: “Dulu, jalan sepanjang 300 meter ini sangat ramai, orang-orang berkerumun dan orang-orang saling berdesakan, tetapi sekarang lihatlah.”
Beberapa netizen berkata, “Tidak ada gunanya, bahkan jika dibuka untuk bekerja. Perusahaan sudah tidak ada dan toko sudah bangkrut.”
Ekonom Amerika David Huang: “Industri konsumen dalam negeri saat ini adalah hotel, pariwisata, konsumsi, jasa, restoran, bioskop, pusat perbelanjaan, sejumlah besar industri jasa, dan ritel. Mereka menghadapi dampak yang sangat besar, termasuk beberapa pusat perbelanjaan, hypermarket, toko grosir, dan yang terkait dengan layanan ritel semacam itu, termasuk salon dan katering, semuanya pada dasarnya setengah mati.”
Menurut laporan Linkshop, sejumlah besar perusahaan dan swasta tak dapat bertahan, telah memilih untuk menarik diri dari pasar karena bolak-balik Buka Tutup Epidemi. Menurut “QCC”, pada 1 Desember 2022, sekitar 500.000 perusahaan katering dan 1,9 juta perusahaan terkait ritel akan ditutup.
Sejak Oktober, banyak pusat perbelanjaan termasuk Dayang Department Store Chongqing, New World Department Store Kunming Store, dan Ito-Yokado Chengdu Store telah menutup tokonya. Pusat perbelanjaan Xidan dari Biro Kereta Api Urumqi juga tutup pada 30 November, ini adalah pusat perbelanjaan ketiga di Urumqi yang tutup tahun ini.
Profesor Sun Guo-xiang, Departemen Hubungan Internasional dan Administrasi Bisnis, Universitas Nanhua, Taiwan, berkata : “Ada banyak masalah dalam perekonomian daratan Tiongkok, pada kenyataannya, jumlah pekerjaan yang fleksibel menganggur, dan banyak toko belum dapat dibuka, karena Kebijakan Nol COVID. Bahkan beberapa supermarket baru sudah lama tertunda dan akhirnya buka, tetapi ditutup lagi. Akhirnya mereka memilih untuk menutupnya.
Penutupan toko fisik juga berhembus kuat ke pengecer besar. Baru-baru ini, Suning dan Gome, dua raksasa ritel peralatan listrik menyatakan bangkrut. Yonghui Superstores juga menutup banyak gerai. Kerugian kuartal ketiga meluas menjadi RMB. 775 juta . Sejumlah besar kedai kopi, restoran hot pot, dan restoran cepat saji telah tutup karena wabah, dan musim dingin toko fisik telah tiba.
Ekonom Amerika, David Huang percaya bahwa lockdown COVID telah berdampak besar pada industri layanan ritel sehingga membuat masalah pengangguran di Tiongkok semakin buruk.
David Huang berkata: “Meskipun hal ini tidak akan menyebabkan risiko keuangan yang besar di Tiongkok, namun memiliki lapangan kerja yang sangat besar, dan sebagian besar lapangan kerja di Tiongkok berada di industri jasa ini, sehingga akan mempengaruhi stabilitas sosial.”
Selain menganggur, banyak wiraswasta yang menggunakan tabungan mereka untuk berbisnis, di bawah lockdown yang berulang kali akibat pandemi, tak hanya membuat orang kehilangan semua tabungan mereka, tetapi mereka juga mereka berhutang sehingga menambah orang miskin baru.
Mr. Chen, seorang warga daratan Tiongkok berkata : “Saya secara pribadi melihat seseorang. Sekarang ekonomi berada dalam Depresi Hebat, semua orang tidak punya uang. Dia menggunakan satu-satunya tabungannya sebesar RMB. 250.000 untuk membeli rumah, mobil, dan pinjaman. Menyebabkannya terlilit banyak hutang. Kemudian dia pergi membuka toko untuk memulai bisnis, tapi tidak ada bisnis, dia sudah membeli mobil dan tidak punya uang untuk mengendarainya. Walaupun hidup hemat masih tidak bisa membayar utang.”
Komentator urusan terkini yang berbasis di AS, Qin Peng, mengatakan bahwa pendekatan sederhana dan brutal Partai Komunis Tiongkok untuk memblokir epidemi, kemudian membuka pemblokiran secara tergesa-gesa, telah menghabiskan sumber daya dalam jumlah besar dan mendatangkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi.
Qing Peng menambahkan, tak hanya triliunan dolar yang terbuang sia-sia untuk pemagaran, mempekerjakan petugas penjaga epidemi, membangun rumah sakit darurat Fangcang dan sebagainya, tetap saja PDB akan turun lebih dari 3 triliun RMB pada tahun ini. Pada saat yang sama, perusahaan dan wiraswasta yang tak terhitung jumlahnya akan bangkrut dan banyak nyawa tak berdosa akan meninggal dunia dalam penguncian ekstrem.
Sementara itu, sentimen sektor jasa Tiongkok semakin menurun, purchasing manager’s index (PMI) Jasa Caixin turun menjadi 46,7 pada November, turun 1,7% dari Oktober dan berada di level terendah terbaru sejak Juni. Indeks ketenagakerjaan juga jatuh ke rekor terendah. (hui)