Obat klasik untuk penyakit pernapasan ini mungkin patut dicoba
Zrinka Peters
Lebih dari 25 juta jiwa di Amerika Serikat misalnya mengidap Asma dan jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Meskipun tak ada pengobatan yang dikongkritkan untuk asma, dan kondisi ini biasanya ditangani dalam jangka panjang dengan obat resep. Ada beberapa langkah diet dan gaya hidup sederhana, seperti mengidentifikasi “alergen pemicu” dan mendapatkan asam lemak omega-3 yang cukup, yang mana dapat membantu mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan serangan asma.
Salah satu pilihan yang dikenal dalam daftar pertolongan asma yang potensial adalah inhaler garam sederhana (atau “pipa garam”) – alat kecil dan murah untuk menghirup udara yang mengandung partikel garam mikroskopis. Terapi garam-juga dikenal sebagai haloterapi-telah terbukti dalam beberapa penelitian dapat meningkatkan fungsi paru-paru pada mereka yang menderita asma ringan hingga sedang, serta kondisi pernapasan lainnya.
Menghirup udara asin untuk meningkatkan kesehatan pernapasan bukanlah ide baru. Para dokter dari zaman lampau telah meresepkan perjalanan ke pantai untuk meredakan sejumlah penyakit. Ketertarikan ilmiah terhadap manfaat kesehatan dari udara asin dipicu secara lebih metodis pada pertengahan tahun 1800-an ketika Feliks Boczkowski, seorang dokter Polandia mengamati bahwa pria yang bekerja di tambang garam memiliki lebih sedikit masalah pernapasan dibandingkan mereka yang bekerja di jenis tambang lainnya. Sekitar seabad kemudian, selama Perang Dunia II, Karl Hermann Spannagel, seorang dokter Jerman, juga mengamati bahwa pasien yang bersembunyi di gua-gua garam untuk menghindari pengeboman mengalami peningkatan kesehatan pernapasan. Kamar garam terapeutik dengan cepat diikuti di beberapa negara Eropa dan sejak saat itu mulai populer di Amerika Serikat. Ruang garam ini dipercaya dapat membantu meringankan masalah pernapasan dan kondisi kulit yang umum seperti eksim, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Para peneliti mengakui bahwa garam memiliki efek antibakteri dan anti-inflamasi, tetapi tidak yakin bagaimana dapat berdampak pada pasien asma. American Lung Association menyatakan bahwa garam dapat mengencerkan lendir di saluran napas pasien asma, sehingga lebih mudah dikeluarkan.
Penelitian tentang efek garam dalam meringankan gejala asma masih terbatas dan data yang kuat masih terbatas, tetapi bukti anekdotal terus berkembang. Bagi mereka yang menderita efek asma kronis yang berdampak pada kehidupan, menggunakan inhaler garam sebagai pelengkap rencana manajemen asma standar mereka mungkin bermanfaat-memperbaiki fungsi pernapasan dan kualitas hidup, dan dalam beberapa kasus memungkinkan untuk mengurangi ketergantungan pada obat asma.
Haloterapi semakin diakui sebagai pilihan layak yang dapat melengkapi pengobatan standar. Kurt Stradtman, FDN-P, AADP, seorang praktisi nutrisi diagnostik fungsional, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa ” Inhaler garam sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan pernapasan. Ketika partikel garam kecil dihirup di lingkungan yang terkendali seperti dengan inhaler garam, partikel garam ini menarik kelembapan, dalam hal ini, lendir dari lapisan paru-paru. Cara ini secara efektif dapat membantu meringankan gejala pernapasan secara alami. Terapi garam dapat bermanfaat untuk kondisi pernapasan akut dan kronis.”
Sejak Dr. Oz pertama kali menggembar-gemborkan manfaat kesehatan pernapasan dari inhaler garam dalam acara TV-nya, beberapa penelitian tentang terapi garam telah memberikan hasil yang menggembirakan. Sebuah tinjauan terhadap 13 penelitian terkait haloterapi yang diterbitkan dalam Alternative Therapies in Health and Medicine edisi Maret 2022 menyimpulkan bahwa haloterapi “telah terbukti memiliki efek positif pada pasien yang menderita penyakit pernapasan kronis, meningkatkan pembuangan mukosiliar dan fungsi paru-paru.”
Ulasan komprehensif lainnya dari 18 studi yang meneliti efek haloterapi pada pasien asma dewasa dan anak-anak, diterbitkan dalam jurnal Healthcare edisi 22 November 2021. Kajian tersebut secara konsisten menemukan bahwa haloterapi memiliki efek terapeutik positif, termasuk peningkatan pembersihan mukosiliar (kemampuan untuk membersihkan lendir dari saluran pernapasan), dan mengurangi terjadinya serangan asma pada malam hari.
Para penulis penelitian menyimpulkan bahwa “Semua penelitian tampaknya mempertahankan efek positif secara keseluruhan dari haloterapi sebagai terapi tambahan pada pasien asma tanpa efek samping yang dilaporkan. Haloterapi adalah sekutu alami yang penting dalam asma, tetapi studi berbasis bukti lebih lanjut pada populasi yang lebih besar masih dibutuhkan.”
Para pendukung haloterapi melaporkan bahwa haloterapi merupakan pengobatan alami yang sangat aman, tanpa efek samping signifikan selain kemungkinan sakit tenggorokan yang dapat diakibatkan oleh paparan yang terlalu lama. Namun, penelitian tersedia terkait dengan haloterapi terbatas dalam jumlah dan durasi, tanpa data yang tersedia tentang potensi efek jangka panjang.
Perlu diperhatikan bahwa inhaler garam bukanlah pengganti obat asma, yang memiliki efektivitas yang terdokumentasi dengan baik dan penting untuk manajemen asma bagi jutaan orang. Sebaliknya, ada kemungkinan bahwa haloterapi dapat membantu mencegah atau meringankan gejala asma kronis, sehingga mengurangi ketergantungan pada obat-obatan – dan itu akan menjadi keuntungan bagi pasien dan dokter. Selalu konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan profesional Anda sebelum mencoba terapi baru atau melakukan perubahan obat.
Stradtman menambahkan, “Saya merasa ini adalah pilihan yang aman bagi sebagian besar orang, tetapi selalu penting untuk memeriksakan diri ke penyedia layanan kesehatan Anda sebelum memulai untuk memastikannya.”
Zrinka Peters adalah penulis lepas yang berfokus pada topik kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan. Dia memiliki gelar BA dalam Sastra Inggris dari Universitas Simon Fraser di Kanada dan telah diterbitkan dalam berbagai publikasi cetak dan online termasuk Health Digest, Parent.com, Today’s Catholic Teacher, dan Education.com