oleh Li Li
Pada 14 Maret, drone pengintai MQ-9 “Reaper” militer AS telah dicegat dan ditabrak oleh jet tempur Rusia, yang mengakibatkan drone tersebut jatuh ke Laut Hitam. Ini adalah insiden pertama sejak Rusia menginvasi Ukraina lebih dari setahun yang lalu. Gedung Putih dan NATO mengutuk keras Rusia.
Militer AS menyatakan bahwa dua jet tempur Su-27 Rusia secara ceroboh mencegat drone pengintai MQ-9 AS. Salah satu jet tempur bertabrakan dengan drone tersebut pada 14 Maret pukul 7:03 pagi waktu setempat sehingga membuat drone tersebut jatuh ke Laut Hitam.
“Su-27 Rusia menabrak baling-baling MQ-9”. Selain itu, “Sebelum tabrakan, Su-27 membuang bahan bakar ke MQ-9 dan terbang di depan MQ-9 dengan cara yang sembrono, tidak ramah lingkungan, dan tidak profesional. Insiden ini menunjukkan bahwa selain (pesawat tempur Rusia) tidak memiliki kemampuan, juga tidak aman dan tidak profesional,” ujar James B. Hecker, komandan Angkatan Udara AS untuk Eropa dan Afrika dalam sebuah pernyataannya.
“Pesawat MQ-9 kami sedang melakukan operasi rutin di wilayah udara internasional ketika insiden itu terjadi, dan (tabrakan ini) mengakibatkan jatuhnya MQ-9”, demikian bunyi pernyataan lebih lanjut.
Komandan Korps Marinir AS Jenderal David Berger mengatakan bahwa dirinya sangat prihatin dengan tabrakan semacam itu, baik itu terjadi di Eropa maupun di Pasifik.
Komandan sekutu utama NATO di Eropa, Jenderal Angkatan Darat AS Christopher Cavoli melaporkan insiden tersebut kepada sekutu NATO. Pentagon mengutuk keras insiden itu dan memperingatkan Rusia mengenai adanya risiko eskalasi.
Presiden AS Joe Biden menyebut tindakan Rusia itu “ceroboh” setelah ia diberi pengarahan singkat oleh penasihat keamanan nasional Jake Sullivan tentang insiden itu. Demikian juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional. Dia mengatakan bahwa pihaknya telah memberitahu negara sekutu tentang insiden tersebut, dan sekarang sedang melakukan kontak langsung dengan pejabat senior Rusia untuk menyatakan protes keras, termasuk memanggil duta besar Rusia. Selain itu, Duta Besar AS untuk Rusia Lynne Tracy juga membuat pernyataan serupa yang disampaikan kepada Moskow.
Moskow mengatakan bahwa jet tempur Rusia tidak menggunakan senjata on-board mereka dan juga tidak melakukan kontak dengan pesawat tak berawak AS. Drone AS itu mungkin saja terbang di luar kendali saat turun dari ketinggian, sehingga jatuh ke laut karena manuver yang keras.
Amerika Serikat telah mengoperasikan drone MQ-9 untuk berpatroli di atas udara Laut Hitam sejak sebelum dimulainya perang Rusia – Ukraina.
Menurut Angkatan Udara AS, MQ-9 dapat terbang hingga ketinggian 50.000 kaki, selain memiliki sensor untuk mengumpulkan intelijen, juga dapat melakukan pengintaian dalam jangka waktu yang lama.
Pada Februari tahun ini, Pentagon mengerahkan jet tempur untuk menghalau 4 pesawat Rusia yang mendekati wilayah udara AS. (sin)