Hannah Ng dan Tiffany Meier
Menjadi juru damai Rusia-Ukraina bukanlah tugas yang mudah bagi Tiongkok, menurut analis ekonomi Tiongkok, Antonio Graceffo.
Beijing merilis sebuah paper pada 24 Februari yang menguraikan keinginan rezim komunis yang berkuasa di Tiongkok agar menjadi mediator dalam konflik itu.
Pada 20 Maret, Xi Jinping tiba di Moskow dalam kunjungan kenegaraan selama tiga hari, dimana Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan akan mendiskusikan proposal Tiongkok untuk menyelesaikan konflik di Ukraina.
Graceffo menjelaskan bahwa pertemuan antara Xi dan Putin menegaskan kembali kepada rakyat Rusia bahwa Tiongkok masih mendukung Moskow dan rakyat Rusia serta perang, mengingat fakta bahwa “Putin benar-benar dikucilkan dari seluruh dunia.”
Di sisi lain, Ukraina sudah memperjelas persyaratannya bahwa Rusia harus menarik pasukannya dari wilayahnya, dan dengan syarat-syarat yang diajukan Ukraina, kata Graceffo. Kesepakatan damai juga harus menyiratkan bahwa Rusia akan membayar ganti rugi kepada Ukraina untuk semua korban jiwa dan kehancuran yang mereka timbulkan.
“Dan [Presiden Ukraina Volodymyr] Zelenskyy bahkan mengatakan, sekitar seminggu yang lalu, dia ingin Krimea kembali. Itu adalah negaranya. Itu dicuri oleh Rusia,” kata Graceffo.
“Jadi saya tidak melihat bagaimana Xi dapat secara efektif menghasilkan rencana perdamaian yang dapat diterima oleh Zelensky,” kata Graceffo kepada “China in Focus” dari NTD, outlet media saudara dari The Epoch Times.
Xi mendorong proposal perdamaian bagi perang Ukraina setelah keberhasilannya sebagai mediator untuk kesepakatan damai antara Arab Saudi dan Iran minggu lalu, menurut Graceffo.
“Dan sekarang, Xi menyadari bahwa dia bisa mendapatkan banyak penguatan positif yang diakui di dunia sebagai pembawa perdamaian. Dan, kemudian, mereka akan menunjuk pada setiap agresi Amerika, setiap perang, dan mereka akan berkata, ‘Oh, Anda tahu, lihatlah Amerika, mereka berperang dan Tiongkok menciptakan perdamaian, karena Tiongkok baik hati dan hebat dan hanya peduli untuk membantu seluruh dunia,'” kata Graceffo tentang Partai Komunis Tiongkok.
Namun demikian, menurutnya, mengenai rencana perdamaian untuk Ukraina, Xi tidak akan berkomitmen pada hal itu, karena ia adalah seorang ” politikus cerdik” yang sadar bahwa ada kemungkinan besar kesepakatan damai ini akan gagal.
Ekonomi Rusia Lumpuh
Graceffo mencatat bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh Barat sejak meletusnya perang Rusia “benar-benar melumpuhkan ekonomi Rusia.”
Ia menunjuk pada batasan harga $60 per barel yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya terhadap ekspor minyak mentah Rusia sejak Desember tahun lalu.
“Selain itu, kapal-kapal berbendera Eropa dan Amerika serta perusahaan-perusahaan asuransi Eropa dan Amerika tidak akan mengasuransikan kapal apapun yang membawa minyak Rusia dijual dengan harga di atas 60 dolar AS. Dengan segera, pada Desember, hal ini telah berdampak negatif pada ekonomi Rusia,” kata Graceffo.
Pendapatan Rusia telah mengalami penurunan sejak Januari, dengan rekor defisit anggaran, menurut Bloomberg.
Selain itu, larangan chip yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia tahun lalu telah membuat negara ini kehabisan input, terutama persediaan persenjataan, termasuk amunisi dan mesin, kata Graceffo.
“Jadi saya yakin tahun ini, ekonomi Rusia berada dalam kondisi yang jauh lebih buruk daripada tahun lalu,” katanya. (asr)