EtIndonesia. Menurut laporan Nikkei Asia, Gubernur California dari Partai Demokrat, Gavin Newsom, dalam wawancara daring pada tanggal 2 Mei menyatakan bahwa dirinya tidak sependapat dengan kebijakan tarif tinggi terhadap Tiongkok yang diberlakukan oleh Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.
Newsom menegaskan:”California bukanlah Amerika Serikat.”
Dia menyampaikan bahwa negara bagian California tetap mengulurkan “tangan terbuka” kepada Tiongkok dan mitra dagang lainnya.
Meskipun ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus meningkat, Newsom menegaskan bahwa perdagangan global bukanlah permainan zero-sum (menang-kalah). Dia mengakui adanya hubungan saling ketergantungan antara AS dan Tiongkok.
Newsom mengakui bahwa hingga saat ini pemerintah California belum melakukan dialog tingkat tinggi langsung dengan pihak Tiongkok, namun dia berupaya menggambarkan California sebagai mitra kerja sama yang stabil, terbuka terhadap Tiongkok dan mitra dagang lainnya. Dia juga mengingatkan bahwa dalam kunjungannya ke Tiongkok tahun 2023 lalu, dirinya telah menandatangani berbagai memorandum of understanding (MoU) dengan berbagai pihak dari tingkat provinsi, regional, kota, hingga pemerintah pusat Tiongkok.
Laporan Nikkei Asia juga menyoroti bahwa dalam wawancara tersebut, Newsom berulang kali menyebutkan adanya “jarak” antara California dan Washington, D.C.—bukan hanya secara geografis, tetapi juga secara ideologis.
Newsom mengatakan: “Kami berjarak 2.000 mil dari Washington, D.C., tapi secara ideologis kami berada di dua dunia yang berbeda. Saya mewakili negara bagian yang paling tidak sejalan dengan Trump di seluruh Amerika.”
Dia melanjutkan: “California bukanlah Amerika Serikat. Kami bangga menjadi bagian dari negara ini, namun nilai-nilai yang kami pegang sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diungkapkan pemimpin Gedung Putih saat ini.”
Newsom menjelaskan bahwa meskipun dia tidak menentang penggunaan tarif sebagai alat kebijakan, dia percaya bahwa penggunaannya harus bersifat strategis dan terintegrasi dengan kebijakan industri. Dia menilai bahwa tarif balasan (reciprocal tariffs) yang diberlakukan oleh Trump tidak memenuhi prinsip-prinsip tersebut.
Dia menekankan bahwa California memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Asia, terutama melalui perusahaan-perusahaan teknologi di Silicon Valley yang sangat tergantung pada rantai pasokan dan pasar Asia. Akibatnya, menurut Newsom, California menjadi negara bagian yang paling terdampak oleh kebijakan tarif tersebut dibandingkan dengan wilayah lain di AS.
Newsom menambahkan: “California mengalami kerugian ekonomi langsung dan tidak langsung yang diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar. Dampaknya sangat besar terhadap sektor pariwisata, perdagangan, usaha kecil, korporasi besar… bahkan terhadap reputasi kami secara keseluruhan. Dan kerusakan reputasi ini tidak bisa dinilai dengan uang.”
Dia juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Trump bisa membuat investor asing, termasuk dari negara sekutu seperti Jepang, mengalihkan investasinya dari California.
“Inilah sebabnya kami harus bangkit dan melawan kebijakan tersebut,” tegasnya.
Sebagai negara bagian dengan populasi dan ekonomi terbesar di Amerika Serikat, California juga tercatat sebagai negara bagian dengan nilai impor barang tertinggi. Berdasarkan siaran pers Kantor Gubernur California tertanggal 23 April 2024, produk domestik bruto (PDB) nominal California tahun 2024 mencapai 4,1 triliun dolar AS, melampaui Jepang yang sebesar 4,02 triliun dolar AS. Bila dihitung sebagai entitas ekonomi terpisah, California akan menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia, setelah AS, Tiongkok, dan Jerman.
Data juga menunjukkan bahwa pada tahun 2024, nilai total perdagangan ekspor-impor California mencapai hampir 675 miliar dolar AS. Meksiko, Kanada, dan Tiongkok merupakan tiga tujuan ekspor terbesar bagi California, menyumbang lebih dari sepertiga dari total nilai ekspor negara bagian tersebut yang mencapai 183 miliar dolar AS. Di saat yang sama, lebih dari 40% impor California juga berasal dari ketiga negara tersebut.
Setelah Trump mengumumkan kebijakan “tarif balasan” (reciprocal tariffs) pada awal April lalu, Newsom langsung menyatakan bahwa California akan membangun hubungan strategis dengan negara-negara mitra dan meminta agar produk asal California dibebaskan dari langkah pembalasan negara-negara tersebut.
Pada 16 April, Newsom bahkan mengumumkan bahwa pihaknya akan menggugat pemerintah federal AS atas kebijakan tarif tersebut, menuduh bahwa kebijakan itu merupakan penyalahgunaan wewenang dan melanggar hukum. Ini menjadikan California sebagai negara bagian pertama yang secara resmi menantang kebijakan tarif pemerintahan Trump. (jhn/yn)