Pemindaian Isu Terkini
Iran menyatakan perang, tetapi Israel mengeluarkan selembar gambar (peta); pemerintah Bangladesh runtuh dan perdana menterinya melarikan diri, serta “Belt and Road Initiative (BRI)” berubah menjadi “rencana penenggelaman kapal”.
Surat pernyataan perang Iran, negara-negara tetangga Arab menyiramkan air dingin terlebih dahulu
Timur Tengah, yang selama ini selalu disebut sebagai “tong mesiu” dunia, ia benar-benar akan meledak. Pada 5 Agustus, Iran secara resmi menyatakan perang terhadap Israel. Sebagai awalan, kubu Iran memberikan tantangan langsung, dan Iran menyampaikannya kepada Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, melalui Menteri Luar Negeri Hungaria: “Tunggu saja, kami akan menggebukmu!”
Berita terbaru: Ketua DPR AS, Mike Johnson baru saja mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat (AS) akan menyatakan perang terhadap Iran, jika Iran menyerang Israel.
Yang menarik adalah bahkan mantan Presiden AS, Donald Trump juga cawe-cawe dalam masalah ini. Pada 5 Agustus lalu, ketika Trump sedang mengobrol langsung dengan Ross, selebritas internet gen. Z dari AS, ia tiba-tiba mengabarkan bahwa Iran mungkin akan melancarkan serangan terhadap Israel. Tak lupa Trump juga menekankan: “Jika saya menjadi presiden, tidak seorang pun akan membicarakannya sama sekali, karena hal ini tidak akan terjadi.”
Yang lebih menarik lagi adalah bahwa Iran baru saja mengeluarkan deklarasi perang terhadap Israel, sebelum Israel mengatakan apa pun, dua tetangga Arab dari Iran telah menuangkan dua ember air dingin, yakni Yordania dan Arab Saudi telah bersuara: “Secara resmi meminta Iran bahwa jika Anda ingin melawan Israel, maaf, jangan terbang melintasi wilayah udara kami.”
Arab Saudi dan Yordania diapit oleh Israel dan Iran, dan sebagian besar perbatasan timur Yordania dan Israel terhubung. Yordania mengirim wakil perdana menterinya langsung ke Iran untuk menyampaikan pesan bahwa Yordania tidak akan mengizinkan mereka memasuki wilayah udaranya. Arab Saudi bahkan lebih ekstrem lagi, mereka secara langsung memberi tahu media Israel bahwa rudal atau pesawat nirawak Iran yang menargetkan Israel tidak diizinkan melewati wilayah udara Saudi, dan mereka akan ditembak jatuh begitu muncul. Sekarang, jika Iran ingin menyerang Israel, jika tidak melewati kedua negara ini, maka mereka hanya bisa menyerang dalam lingkup area yang sempit antara Irak dan Suriah.
Israel mengunggah gambar disertai ancaman “Anda akan menyesal”
Pendekatan Israel adalah langsung menohok titik mematikan Iran: Israel telah merilis selembar peta, dengan ditambahkan kalimat: “Setiap serangan Iran terhadap objek sipil Israel akan menyebabkan Israel untuk segera menghancurkan semua fasilitas nuklir Iran.”
Jangan hanya melihat selembar gambar (peta) atau sebuah kalimat, tanpa melihat dengan betul apakah gambar tersebut. Ternyata peta yang dirilis Israel ini menandai semua fasilitas nuklir Iran, di sini adalah Teheran, ibu kota Iran, yang ternyata juga memiliki pangkalan nuklir. Israel di sana memberi tahu Iran bahwa jika Anda berani menjajal saya, maka saya akan meledakkan fasilitas nuklir Anda dan mengubah Iran menjadi tanah tak bertuan. Kali ini Iran benar-benar berada di punggung harimau dan kesulitan untuk turun darinya. Jika tidak dimulai, hal itu akan memalukan, namun jika benar-benar dimulai, mereka akan kehilangan nyawa.
Perang psikologis Israel tidak berhenti di situ saja, baru-baru ini, seorang perwira intelijen Mossad Israel dengan jelas memberi tahu dunia luar, dan di dalam sebuah wawancara dengan TV Al Jazeera, ia melontarkan sesuatu yang mengejutkan: “Dari sudut pandang teknis, tidak ada kesulitan teknis dalam menghabisi Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei!”
Sedangkan di saat itu pula, mantan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu pergi ke Iran, dan menurut laporan media, Shoigu tidak pergi untuk menyampaikan belasungkawa, pesawat angkut militer Rusia mendarat di Iran tanpa gangguan, dan membawa senjata pertahanan udara yang sangat dibutuhkan oleh Iran. Menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis, Angkatan Udara Iran hanya memiliki beberapa lusin jet tempur, termasuk di antaranya jet tempur Rusia dan jet tempur tua AS yang dibeli sebelum Revolusi Iran 1979. Satu-satunya sistem pertahanan udara mereka adalah sistem pertahanan udara S-300 domestik lisensi Rusia.
Israel memiliki salah satu angkatan udara terbaik di dunia, dengan ratusan jet tempur siluman F-15, F-16, dan F-35 bikinan AS. Sedangkan mengenai sistem pertahanan rudal tiga lapis buatan sendiri, yang bahkan militer AS harus mengimpornya dan belajar darinya. Sistem tersebut masing-masing adalah: Sistem “Arrow-3” jarak jauh, “David’s Sling” jarak menengah, dan sistem rudal pertahanan udara jarak pendek yang paling terkenal, yakni “Iron Dome”.
Baru-baru ini, terdapat dua berita baru yang mengejutkan banyak orang dari semua lapisan masyarakat. Pertama, pasukan keamanan Iran mengklaim telah mengidentifikasi seorang warga negara Jepang yang bertugas sebagai agen Mossad Israel sebagai tersangka pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, yang tak lama setelah operasi itu, ia tercatat dalam daftar evakuasi dalam penerbangan ke Tokyo. Penulis merasa agak bingung saat melihat berita ini bahwa Mossad Israel memiliki agen Jepang, yang menyusup ke Timur Tengah dan menghabisi pemimpin Hamas, apakah ini merupakan plot baru animasi Jepang, atau apakah orang Iran terlalu banyak menonton film ninja Jepang?
Berita lainnya, pada 5 Agustus lalu, PBB memecat sembilan pegawai UNRWA di Gaza. Hasil investigasi internal PBB menunjukkan bahwa para pegawai tersebut memang diduga turut serta dalam pembantaian Hamas terhadap warga Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Pada Januari tahun ini, Israel pernah mengungkapkan bahwa pegawai UNWRA terlibat dalam aksi teror, kini, hal itu sama saja telah diakui oleh PBB sendiri. Dilaporkan sejak tahun ini, makin banyak pemerintah dan organisasi sipil yang membatalkan donasinya untuk PBB di Gaza. Banyaknya anggota UNWRA PBB yang terlibat dalam organisasi militan telah mencoreng nama baik PBB.
Situasi di Bangladesh Berubah Drastis, “Belt and Road Initiative” Berubah Menjadi “Proyek Kapal Tenggelam”
Awalnya, penulis mengira Venezuela dari Amerika Selatan akan menjadi domino pertama yang runtuh dari rezim kediktatoran di seluruh dunia. Tak dinyana, Bangladesh yang pada periode sebelumnya pernah dilanda gerakan mahasiswa, tiba-tiba telah menjadi pelopor.
Pada 5 Agustus lalu, situasi unjuk rasa mahasiswa di Bangladesh berubah drastis. Perdana Menteri Sheikh Hasina tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya, lalu buru-buru melarikan diri ke India bersama saudara perempuannya dengan helikopter Angkatan Udara Bangladesh. Banyak pejabat di pemerintahan dan militer Bangladesh juga susul menyusul melarikan diri. Seseorang diam-diam merekam PM Hasina ketika melarikan diri di bandara.
Bangladesh telah menyaksikan protes besar-besaran selama beberapa minggu terakhir. Massa demonstran menuntut diakhirinya sistem kuota dalam pekerjaan publik di tengah meningkatnya pengangguran. Tindakan keras oleh militer dan polisi Bangladesh telah mengakibatkan kematian sedikitnya 135 orang dan penangkapan puluhan ribu orang. Atas kejadian ini, PM Hasina yang berusia 76 tahun memikul tanggung jawab yang tidak dapat dielakkan, dan orang ini telah berkuasa di Bangladesh selama lebih dari 20 tahun. Pemerintahannya dituduh semakin lama semakin otoriter. Kekosongan politik yang disebabkan oleh pelariannya menjerumuskan Bangladesh ke dalam keadaan anarki sementara, para pengunjuk rasa menyerbu Kantor Perdana Menteri, berbaring di tempat tidur Perdana Menteri, dan mengevakuasi hampir semua barang di Kantor Perdana Menteri.
Dunia luar awalnya menganggap bahwa tanpa kendali pemerintahan kekacauan akan terus berlanjut di Bangladesh, tetapi ketertiban pada dasarnya telah dipulihkan sehari setelah Hasina melarikan diri, dan ada fenomena orang-orang muda yang secara sukarela mengatur lalu lintas di jalan-jalan.
Seorang etnis Tionghoa perantauan yang tinggal di Bangladesh menyatakan: “Tentara membentuk pemerintahan sementara, tetapi tanpa struktur pemerintahan. Sebagian besar pejabat telah melarikan diri. Rakyat jelata bersemangat seolah-olah mereka telah diberi doping, dan tidak dapat mengendalikan diri.” Yang lain menanggapi: “Ini adalah akibat kekejaman pemerintah sebelumnya, yang menggunakan Proyek Kapal Tenggelam [Belt and Road Initiative (BRI)], untuk menghancurkan sebuah negara sepenuhnya.” Betul, partai yang berkuasa telah memerintah selama lebih dari 20 tahun, dan semua pejabat menjadi serakah, dan sebagian besar aset mereka telah dipindahkan, serta yang tersisa sekarang adalah negara yang penuh dengan kemiskinan.
Apakah kedengarannya agak mirip dengan negara besar tertentu? Omong-omong, Sheikh Hasina, Perdana Menteri yang melarikan diri, baru saja pergi ke RRT untuk mengunjungi Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada 10 Juli lalu, yang memuji “Belt and Road Initiative (BRI)”, dan kemudian menandatangani lebih dari 20 perjanjian serta mengantoni USD 5 miliar (80 triliun rupiah) dari PKT.
Yang menggelikan adalah: Pada 30 Juli, Kementerian Luar Negeri RRT baru saja menyampaikan “kelegaan” kepada pemerintah Bangladesh karena telah mengendalikan situasi, namun belum lagi senyum kelegaannya menghilang, orang yang membuat PKT merasa sangat senang telah melarikan diri. Sheikh Hasina telah terseret ke dalam parit oleh “Belt and Road Initiative”, sementara itu Nicolás Maduro, teman lama lainnya dari “Belt and Road Initiative” PKT di negeri Venezuela, di seberang lautan, juga telah diseret oleh BRI dengan terpincang-pincang. Sebenarnya, yang paling diinginkan kebanyakan orang adalah bahwa pemimpin “Belt and Road Initiative (BRI)” juga terjegal jatuh oleh Belt (sabuk)-nya sendiri. (Osc/whs)