Menkeu AS: Perjanjian Mineral Kirimkan Sinyal Kuat ke Rusia
EtIndonesia. Pada tanggal 1 Mei, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa perjanjian mineral antara Amerika Serikat dan Ukraina memiliki makna historis yang sangat besar. Pihak Gedung Putih turut menekankan bahwa perjanjian tersebut memperkuat kemitraan ekonomi antara kedua negara, dan dapat mempercepat berakhirnya perang.
Dalam sebuah video yang diunggah melalui platform Telegram, Zelenskyy menyebut kesepakatan ini sebagai “perjanjian yang benar-benar setara”. Dia menekankan bahwa perjanjian ini membuka peluang investasi bagi Ukraina, sekaligus mendorong modernisasi sektor industri dan reformasi sistem hukum di negaranya.
“Faktanya, ini adalah hasil nyata pertama dari pertemuan saya dengan Presiden Trump di Vatikan, dan perjanjian ini memiliki makna historis yang sesungguhnya,” ujar Zelenskyy.
Dari pihak Gedung Putih, disebutkan bahwa perjanjian kemitraan ekonomi yang ditandatangani bersama Ukraina sangat penting untuk mempercepat berakhirnya perang Rusia-Ukraina dan untuk mendukung proses rekonstruksi Ukraina pasca-konflik.
Juru bicara Gedung Putih, Levitt, menyatakan bahwa kemitraan ini menunjukkan komitmen Amerika Serikat dalam berinvestasi secara ekonomi, guna memastikan bahwa Ukraina memiliki masa depan yang bebas, damai, dan berdaulat. Dalam kerja sama tersebut juga dibentuk sebuah dana investasi bersama yang akan menerima kontribusi dari program eksploitasi sumber daya alam Ukraina. Dana ini akan mencakup 50% dari royalti paten, biaya lisensi, dan pembayaran serupa lainnya.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa kemitraan ini memungkinkan AS untuk berinvestasi bersama Ukraina dalam mengembangkan aset ekonomi negara tersebut, dengan mengerahkan sumber daya manusia, modal, serta standar tata kelola Amerika guna memperbaiki iklim investasi Ukraina dan mempercepat pemulihan ekonomi nasionalnya.
Menurut sejumlah pakar, saat ini sekitar 60% dari sumber daya logam tanah jarang Ukraina berada di wilayah yang saat ini diduduki oleh Rusia.
Trump Soroti Ekspansi Beijing dan Imbasnya pada Ambisi Putin
Pada tanggal 1 Mei, saat menghadiri acara Hari Doa Nasional di Gedung Putih, Presiden AS, Donald Trump menuding ekspansi kekuasaan Beijing sebagai faktor pemicu ambisi Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk menyerbu Ukraina.
“Saat ini, Tiongkok (komunis) telah menguasai Pangkalan Udara Bagram—dulu pangkalan militer AS di Afghanistan. Ini sungguh menyedihkan, bahkan gila. Pangkalan ini adalah salah satu yang terbesar dan paling kuat di dunia, dengan landasan pacu terpanjang di dunia,” kata Trump.
“Ketika Putin melihat semua ini, menurut saya itulah alasannya. Dia merasa semakin berani, dan akhirnya memutuskan masuk ke Ukraina,” tambahnya.
Menkeu AS: Perjanjian Mineral Ini Kirimkan Pesan Tegas ke Kepemimpinan Rusia
Menurut laporan Reuters, Trump mendorong agar konflik Rusia-Ukraina diselesaikan secara damai dan mendukung penuh perjanjian mineral yang baru ditandatangani di Washington. Perjanjian tersebut mencakup pembentukan dana investasi bersama untuk pembangunan kembali Ukraina, serta memberikan Amerika Serikat hak prioritas dalam partisipasi proyek-proyek pertambangan baru di Ukraina.
Dalam wawancara dengan Fox Business News, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa perjanjian ini memberikan pesan yang jelas kepada para pemimpin Rusia: “Perjanjian ini menunjukkan bahwa rakyat Ukraina dan rakyat Amerika memiliki tujuan yang sepenuhnya sejalan—tidak ada perbedaan di antara kami.”
Lebih lanjut, Bessent menyebut kesepakatan ini sebagai sinyal kuat kepada Kremlin, karena memperkuat posisi Presiden Trump dalam melakukan negosiasi dengan Rusia di masa mendatang: “Saya rasa ini adalah pesan yang sangat kuat bagi para pemimpin Rusia. Ini memberi Presiden Trump kekuatan baru untuk bernegosiasi dengan fondasi yang jauh lebih kokoh.”
Ukraina Tegaskan Kendali Penuh atas SDA dan Infrastruktur
Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, dalam pernyataannya di Kyiv menegaskan bahwa perjanjian ini bersifat “adil, setara, dan saling menguntungkan.” Dia menjelaskan bahwa AS dan Ukraina akan membentuk dana rekonstruksi bersama dengan hak suara yang setara. Ukraina juga tetap akan mempertahankan kendali penuh atas sumber daya bawah tanah, infrastruktur, dan kekayaan alamnya.
Shmyhal juga menekankan bahwa Ukraina tidak akan diminta untuk membayar utang kepada Amerika Serikat terkait bantuan besar-besaran yang telah diberikan sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Keuntungan yang dihasilkan dari dana investasi tersebut akan sepenuhnya digunakan kembali untuk kepentingan pembangunan Ukraina.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina, Yulia Svyrydenko, menambahkan bahwa perjanjian ini akan mendanai proyek-proyek pertambangan, minyak, dan gas alam, termasuk infrastruktur pendukung dan fasilitas pemrosesan terkait.
Namun, perjanjian ini tidak mencakup isu kendali atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia—yang merupakan fasilitas nuklir terbesar di Eropa dan saat ini berada di bawah pendudukan Rusia. Sebelumnya, dalam negosiasi informal, pihak AS sempat mengusulkan agar kontrol atas fasilitas nuklir tersebut menjadi bagian dari kesepakatan damai di masa mendatang.(jhn/yn)
Dua Negara Tetangga Tiongkok Terancam Perang Nuklir: Potensi Korban Tewas Mencapai 125 Juta Jiwa
EtIndonesia. Ketegangan antara India dan Pakistan mencapai titik panas dalam beberapa dekade, memicu kekhawatiran global akan potensi pecahnya perang nuklir di Asia Selatan. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, turun tangan sebagai mediator, melakukan pembicaraan telepon secara terpisah dengan para pejabat dari kedua negara pada 30 April. Dia mendesak India dan Pakistan untuk bekerja sama menurunkan eskalasi konflik yang semakin memanas.
Kedua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir dan kekuatan militer yang relatif seimbang ini telah lama berselisih, terutama soal wilayah Kashmir yang disengketakan. Para peneliti bahkan sudah memperingatkan sejak tahun 2019 bahwa jika terjadi perang nuklir antara India dan Pakistan, sebanyak 125 juta orang bisa tewas hanya dalam hitungan beberapa hari.
Insiden Teror Memicu Ketegangan
Menurut laporan Reuters, insiden terbaru yang memperkeruh suasana terjadi di kawasan wisata Pahalgam, Kashmir yang dikuasai India, pada bulan April. Dalam insiden itu, sekelompok pria bersenjata menembaki para wisatawan secara brutal, menewaskan sedikitnya 26 orang. India menuduh Pakistan berada di balik serangan ini, sementara Pakistan membantah keterlibatannya dan menyerukan dilakukannya penyelidikan independen oleh pihak netral.
Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menyampaikan kepada Rubio bahwa para pelaku, pendukung, dan perencana serangan itu harus dihukum secara hukum. Sebaliknya, Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mendesak Amerika Serikat untuk menekan India agar menurunkan eskalasi verbal dan bertindak lebih bertanggung jawab. Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan, Jenderal Asim Munir, juga menegaskan bahwa Pakistan berkomitmen pada perdamaian, namun tetap siap membela kepentingan nasionalnya jika diperlukan.
“Hanya Selangkah Lagi Menuju Perang”
Pakar identitas nasional dan kebijakan luar negeri India dari Universitas St. Gallen, Dr. Manali Kumar, menyatakan bahwa hubungan bilateral India dan Pakistan saat ini berada dalam kondisi terburuk selama puluhan tahun terakhir. Dia memperingatkan bahwa kedua negara hanya selangkah lagi dari pecahnya perang terbuka.
Menurut Daily Mail, India saat ini merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, sekaligus negara dengan populasi terbanyak. Militer India memiliki lebih dari 1,2 juta personel aktif, ditambah sekitar 250.000 personel angkatan laut dan udara. Sebagai perbandingan, militer Pakistan memiliki sekitar 700.000 personel aktif. Namun, para pakar pertahanan memperingatkan bahwa kekuatan militer Pakistan cukup seimbang dan tetap mampu menimbulkan kehancuran besar serta korban jiwa dalam jumlah masif jika konflik terjadi.
Keseimbangan Senjata Nuklir yang Gentar
Lebih mengkhawatirkan lagi, kedua negara memiliki persenjataan nuklir. Menurut data dari Arms Control Association, baik India maupun Pakistan masing-masing memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir. India secara resmi menganut doktrin “tidak akan menjadi yang pertama menggunakan” senjata nuklir, sementara Pakistan tidak menutup kemungkinan penggunaan nuklir terlebih dahulu dalam situasi tertentu.
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Bulletin of the Atomic Scientists pada tahun 2019 memperingatkan bahwa dalam konteks kepadatan populasi di wilayah tersebut, konflik nuklir akan menjadi bencana kemanusiaan dalam skala luar biasa. Diperkirakan antara 50 juta hingga 125 juta orang bisa tewas dalam waktu singkat, tergantung pada ukuran dan jumlah senjata nuklir yang digunakan, dengan daya ledak antara 15 kiloton hingga 100 kiloton.
Bencana Global Jika Perang Nuklir Terjadi
Studi tersebut juga menjelaskan bahwa dampak perang nuklir tidak akan terbatas pada India dan Pakistan saja. Kota-kota besar akan luluh lantak dan menjadi tidak layak huni. Asap tebal dan partikel radioaktif akan menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan minggu, menyebabkan penurunan suhu global, berkurangnya curah hujan, dan bahkan memicu bencana kelaparan global yang dapat menjerat ratusan juta hingga miliaran manusia.
Dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul akan berlangsung dalam jangka panjang, dan meninggalkan bekas luka permanen dalam sejarah umat manusia.
Kesimpulan: Krisis yang Perlu Diawasi Dunia
Di tengah krisis global lainnya, potensi konflik antara dua negara tetangga Tiongkok ini merupakan ancaman nyata yang tidak boleh diabaikan. Intervensi diplomatik internasional—seperti yang tengah diupayakan Amerika Serikat—mungkin menjadi satu-satunya harapan untuk menghindarkan Asia Selatan dari bencana nuklir yang tak terbayangkan.
Pertanyaannya kini adalah: Apakah dunia cukup sigap dan serius untuk mencegah tragedi ini sebelum terlambat?(jhn/yn)
CIA Luncurkan Video Bahasa Mandarin yang Membujuk Pejabat Tiongkok Agar Bekerja untuk Mereka
CIA mempublikasi dua video yang ditujukan untuk membujuk para pejabat Tiongkok agar membagikan rahasia negara dan perdagangan kepada Amerika Serikat.
EtIndonesia. Di tengah rumor mengenai perebutan kekuasaan di tubuh Partai Komunis Tiongkok (PKT), Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat atau CIA pada Kamis (1/5/2025) merilis dua video yang bertujuan membujuk para pejabat Tiongkok untuk membocorkan rahasia negara dan perdagangan kepada Amerika Serikat.
Kedua video tersebut berdurasi di bawah tiga menit dan diproduksi dengan kualitas sekelas Hollywood. Video tersebut menampilkan narator yang berbicara dalam bahasa Mandarin. Suara narasi menggambarkan seseorang yang ingin mengambil kendali atas masa depannya dan menyampaikan pesan yang mengajak para pejabat untuk menghubungi CIA dan bekerja untuk lembaga tersebut.
“Salah satu tugas utama CIA adalah mengumpulkan intelijen untuk presiden dan para pembuat kebijakan kami,” kata Direktur CIA John Ratcliffe kepada Fox News. “Salah satu cara kami melakukannya adalah dengan merekrut aset yang dapat membantu kami mencuri rahasia.”
Video-video tersebut tersedia di berbagai saluran media sosial CIA, termasuk YouTube, Facebook, Instagram, Telegram, dan X.
选择合作的原因:创造美好远景https://t.co/4BsFttl79P pic.twitter.com/nNrrf2SNus
— CIA (@CIA) May 1, 2025
Video pertama, berjudul “Alasan Memilih Bekerja Sama: Menjadi Tuan atas Takdirmu”, tampaknya ditujukan kepada para pejabat senior yang “mencari stabilitas dalam iklim politik yang berbahaya,” seperti dijelaskan dalam deskripsi video berbahasa Mandarin.
Narator menceritakan kisah seorang pejabat sukses yang merasa tidak nyaman dengan posisinya karena gosip, pengkhianatan, dan rekan kerja yang “menghilang begitu saja.”
“Pria ini telah bekerja keras seumur hidupnya untuk mencapai posisi tinggi, tetapi kini ia menyadari bahwa setinggi apa pun jabatannya, itu tidak cukup untuk melindungi keluarganya di masa-masa yang menakutkan dan penuh gejolak ini. Ia merindukan kendali atas takdirnya, mencari jalan untuk melindungi orang-orang yang ia cintai dan hasil kerja kerasnya seumur hidup,” lanjut deskripsi tersebut.
Video ini terhubung dengan halaman yang berisi petunjuk tentang cara menghubungi CIA melalui layanan Tor—saluran digital yang aman, anonim, dan terenkripsi.
Dengan narasi Mandarin, terdapat deskripsi singkat dalam bahasa Inggris yang berbunyi, “Misi global kami menuntut agar individu dapat menghubungi CIA dengan aman dari mana pun.”
选择合作的原因:成为命运的主宰者https://t.co/4BsFttl79P pic.twitter.com/mjA3wPJdzT
— CIA (@CIA) May 1, 2025
Video kedua, berjudul “Alasan Memilih Bekerja Sama: Menciptakan Masa Depan yang Lebih Baik”, menceritakan kisah seorang pejabat junior yang mempertanyakan hasil dari kerja kerasnya.
“Video ini menampilkan seorang pejabat Tiongkok yang belajar dan bekerja keras sepanjang hidupnya, namun jerih payahnya hanya menguntungkan karier atasannya,” demikian isi deskripsinya.
“Terperangkap dalam sistem yang sulit untuk dilepaskan dan dihimpit oleh persaingan yang ketat, ia mencari jalan lain untuk menghargai kerja kerasnya dan meraih tujuannya. Ia memilih mengambil keputusan yang sulit namun penting: menghubungi CIA dengan cara yang aman.”
Video kedua ditutup dengan pesan kepada penonton: “Takdirmu ada di tanganmu.”
Deskripsi dari kedua video tersebut menanyakan kepada audiens target apakah mereka memiliki informasi terkait “kebijakan ekonomi, fiskal, atau perdagangan” Partai Komunis Tiongkok.
“Apakah Anda bekerja di industri pertahanan? Apakah Anda bekerja di bidang keamanan nasional, diplomasi, sains, teknologi canggih, atau berurusan dengan orang-orang yang bekerja di bidang ini? Silakan hubungi kami,” demikian bunyi deskripsinya.
Video-video ini tampaknya berusaha memanfaatkan kondisi politik yang berbahaya di bawah PKT, yang memiliki sejarah panjang mengenai pertarungan kekuasaan internal yang sengit dan kadang mematikan sejak partai itu berkuasa pada tahun 1949.
Ketika Xi Jinping menjadi pemimpin Partai pada 2013, kampanye anti-korupsi besar-besaran diluncurkan dan sebagian besar menargetkan rival politiknya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, metode disipliner ini juga digunakan terhadap orang-orang yang diangkat oleh Xi sendiri, mencerminkan perebutan kekuasaan antar faksi yang masih berlangsung di dalam Partai.
Baru-baru ini, Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok juga menjadi sorotan karena kasus korupsi, dengan beberapa perwira tinggi dicopot dari jabatan mereka atau bahkan menghilang tanpa jejak.
Sumber: NTD News
Trump Tunjuk Mike Waltz sebagai Duta Besar AS untuk PBB, Marco Rubio Jadi Penasihat Keamanan Nasional
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunjuk Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio sebagai penjabat penasihat keamanan nasional Amerika Serikat
EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 1 Mei mengumumkan bahwa ia menunjuk penasihat keamanan nasional Gedung Putih Mike Waltz sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, setelah laporan menyebutkan bahwa Waltz akan meninggalkan posisinya sebagai penasihat.
Dalam unggahan di Truth Social pada 1 Mei, Trump menulis bahwa Waltz “telah bekerja keras untuk menempatkan Kepentingan Bangsa kita di atas segalanya.”
“Saya tahu dia akan melakukan hal yang sama dalam peran barunya,” tulisnya.
“Untuk sementara, Menteri Luar Negeri Marco Rubio akan menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional, sambil tetap memimpin Departemen Luar Negeri dengan kuat. Bersama-sama, kita akan terus berjuang tanpa lelah untuk Membuat Amerika, dan Dunia, AMAN KEMBALI.”
Menanggapi hal tersebut, Waltz menulis di platform X bahwa dirinya merasa “sangat terhormat” untuk terus “mengabdi kepada Presiden Trump dan negara besar kita.”
Penunjukan Rubio untuk memegang dua jabatan sekaligus—penasihat keamanan nasional dan menteri luar negeri—bukan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada tahun 1970-an, di bawah Presiden Richard Nixon dan Gerald Ford, Henry Kissinger menjabat sebagai menteri luar negeri dan penasihat keamanan nasional sekaligus.
“Ini adalah sosok yang telah memakai banyak ‘topi’ sejak hari pertama,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce kepada para wartawan pada 1 Mei, merujuk kepada Rubio. “Presiden membuat penilaian yang tepat tentang siapa yang bisa menjalankan agendanya.”
Pengumuman pada 1 Mei itu secara efektif mengakhiri spekulasi mengenai masa depan Waltz dalam pemerintahan setelah beberapa media, mengutip sumber anonim, melaporkan bahwa ia akan segera hengkang.
Pengumuman tersebut datang hanya beberapa minggu setelah Waltz mengakui bahwa ia secara tidak sengaja mengundang editor The Atlantic, Jeffrey Goldberg, ke dalam obrolan Signal yang berisi sejumlah pejabat tinggi dan membahas serangan udara di Yaman.
Waltz tmeminta maaf atas insiden tersebut dalam wawancara Maret dengan Laura Ingraham dari Fox News, dan mengatakan ia tidak mengenal Goldberg, yang mencantumkan detail obrolan Signal itu dalam artikelnya.
Pejabat lain dalam pemerintahan Trump yang ada di obrolan tersebut termasuk Menteri Pertahanan Pete Hegseth, Wakil Presiden JD Vance, dan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard. Hegseth telah beberapa kali menyatakan bahwa tidak ada “rencana perang” yang dibagikan dalam obrolan itu, membantah klaim yang dibuat dalam artikel Goldberg.
Sebelumnya, Trump sempat mencalonkan Perwakilan Elise Stefanik (R-N.Y.) sebagai duta besar AS untuk PBB, namun pencalonan itu akhirnya ditarik pada Maret.
Alasan penarikan tersebut, menurut Trump dalam unggahan Truth Social saat itu, adalah karena sangat “penting” bagi pemerintahannya untuk mempertahankan “SETIAP Kursi Partai Republik di Kongres,” mengingat mayoritas Partai Republik di DPR sangat tipis.
“Kita harus bersatu untuk mencapai Misi kita, dan Elise Stefanik telah menjadi bagian penting dari upaya kita sejak awal,” kata Trump saat itu. “Saya telah meminta Elise, sebagai salah satu sekutu terbesar saya, untuk tetap berada di Kongres.”
Stefanik mengatakan kepada Sean Hannity dari Fox News pada Maret bahwa ia mengundurkan diri dari proses konfirmasi Senat untuk jabatan duta besar PBB karena tipisnya mayoritas GOP di DPR dan dugaan “korupsi” di New York.
“Itu gabungan antara korupsi di New York yang kita lihat di bawah [Gubernur] Kathy Hochul, pemilu khusus, dan margin tipis di DPR,” katanya saat itu. “Saya sudah di DPR. Menghitung suara setiap hari itu sulit.”
Selama masa jabatan pertama Trump, Gubernur Carolina Selatan Nikki Haley—yang menjadi kandidat presiden GOP 2024—dan mantan diplomat Kelly Craft pernah menjabat sebagai duta besar AS untuk PBB.
Sejak 20 Januari, diplomat karier Dorothea Shea menjabat sebagai duta besar sementara AS untuk PBB di bawah pemerintahan Trump.
Kepala Staf Gedung Putih : Elon Musk Tak Lagi Bekerja dari Gedung Putih
‘Dia tidak sepenuhnya keluar. Dia hanya tidak hadir secara fisik seperti sebelumnya,’ kata Susie Wiles.
EtIndonesia. Seorang pejabat tinggi pemerintahan Trump mengonfirmasi bahwa CEO Tesla Elon Musk, yang juga merupakan penasihat senior Presiden Donald Trump, tidak lagi bekerja dari Gedung Putih.
“Alih-alih bertemu langsung dengannya, saya berbicara dengannya melalui telepon, tapi dampaknya sama saja,” kata Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles kepada New York Post dalam wawancara yang diterbitkan pada 29 April.
Musk, yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE), memang tidak hadir secara fisik di Gedung Putih, “tapi itu sebenarnya tidak terlalu penting,” ujar Wiles.
“Orang-orangnya tidak akan pergi ke mana-mana,” tambahnya.
Wiles menyebut bahwa tim Musk bekerja di Gedung Eksekutif Eisenhower yang terletak dekat dengan West Wing Gedung Putih.
“Dia tidak sepenuhnya keluar. Dia hanya tidak hadir secara fisik seperti sebelumnya,” kata Wiles. “Orang-orang yang mengerjakan hal ini ada di sini, melakukan pekerjaan yang baik dan memperhatikan detail. Dia akan sedikit mundur, tapi jelas tidak meninggalkannya. Dan timnya juga jelas tidak akan pergi.”
The Epoch Times edisi bahasa Inggris telah menghubungi Gedung Putih untuk mendapatkan komentar tambahan pada 30 April.
Pada 22 April, Musk mengatakan kepada para investor Tesla dalam sebuah panggilan bahwa ia akan mundur dari tugas-tugas DOGE dan pekerjaan di Gedung Putih mulai Mei. Sebagai pegawai pemerintah khusus, Musk diwajibkan meninggalkan pemerintahan dalam waktu 130 hari sejak mulai menjabat.
Dalam panggilan itu, Musk mengatakan ia akan terus mendukung pemerintahan Trump dan DOGE untuk memastikan bahwa “pemborosan dan penipuan” yang dicegah oleh DOGE “tidak kembali dengan liar.”
Pernyataan itu disampaikan saat perusahaannya melaporkan laba dan pendapatan bersih yang lebih rendah dari perkiraan untuk kuartal pertama 2025. Fasilitas Tesla dan banyak kendaraan Tesla juga menjadi sasaran serangkaian aksi pembakaran dan vandalisme sejak Musk bergabung dengan pemerintahan, yang menyebabkan beberapa penangkapan. Musk mengecam keras aksi kekerasan tersebut.
Pada 3 April, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa Musk akan keluar “dalam beberapa bulan” dan menekankan bahwa Musk memiliki “perusahaan yang harus dijalankan,” sambil menambahkan bahwa ia ingin miliarder teknologi itu “bertahan selama mungkin.”
Wakil Presiden AS, JD Vance dalam wawancara awal April dengan Fox News menyatakan bahwa setelah Musk mundur, ia akan tetap memberikan rekomendasi kepada pemerintahan karena “DOGE masih punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”
Sejak menjabat pada 20 Januari, Trump melakukan penghematan besar-besaran yang mengikuti rekomendasi dari DOGE, termasuk memangkas puluhan ribu pekerjaan federal dan mencoba membongkar berbagai lembaga pemerintah. DOGE dan pemerintahan Trump menghadapi sejumlah gugatan hukum, dan beberapa hakim sempat menghentikan sementara akses DOGE ke sejumlah lembaga.
Situs web DOGE yang memberikan pembaruan rutin menyatakan bahwa hingga kini sekitar $160 miliar telah dihemat, lebih dari 8.400 kontrak pemerintah dan lebih dari 9.600 hibah telah dibatalkan. Organisasi ini juga telah membatalkan sekitar 470.000 kartu kredit yang digunakan oleh puluhan lembaga federal sejak DOGE didirikan.
Namun, upaya pemangkasan anggaran pemerintah ini tidak lepas dari kritik. Partai Demokrat di Kongres AS pada 29 April, tanpa menyebut DOGE secara langsung, menyatakan bahwa Trump dan Musk telah memblokir lebih dari $400 miliar pendanaan yang menurut mereka telah disetujui oleh Kongres.
“Alih-alih berinvestasi untuk rakyat Amerika, Presiden Trump justru mengabaikan hukum kita dan mencabut sumber daya,” kata Senator, Patty Murray dan Perwakilan Rosa DeLauro, dua anggota Demokrat teratas di komite anggaran Senat dan DPR.
Anggota DPR AS dari Partai Demokrat dalam surat tertanggal 9 April juga mengingatkan Musk bahwa ia harus meninggalkan pemerintahan sebelum 30 Mei dan meminta konfirmasi bahwa ia akan melakukannya.
“Kami menuntut pernyataan publik segera dari pemerintahan Anda yang menyatakan dengan jelas bahwa Musk akan mengundurkan diri dan menyerahkan seluruh kewenangan pengambilan keputusan,” bunyi surat tersebut. (asr)
Sumber : Theepochtimes.com
Shen Yun Tampilkan Sang Pencipta Menyelamatkan Manusia, Tokoh Utama di Kentucky, AS : Seperti Mengintip Surga
Pada 29 April, pertunjukan Shen Yun Performing Arts dari grup “New World Company” di Whitney Hall, Kentucky Center, Amerika Serikat, menarik banyak penonton dari kalangan arus utama. Pertunjukan Shen Yun menampilkan kebesaran Sang Pencipta dan keindahan surga, yang membuat penonton merasa sangat terkesan dan tersentuh.
Mantan pilot Charlie Stevens berkata: “Ini benar-benar luar biasa. Semua elemen seni, kejernihan dari latar belakang animasi tiga dimensi, dan gerakan para penari — semuanya sangat presisi dan indah. Saya sangat menyukai pesan tentang ‘kebebasan berekspresi’ yang disampaikan dalam pertunjukan ini.”
Anna Stevens, putri dari Charlie Stevens, menambahkan: “Pertunjukannya sangat memukau. Saya sudah menantikan untuk menonton Shen Yun selama setidaknya sepuluh tahun. Semua warnanya, semua tarian… benar-benar indah! Favorit saya adalah tarian lengan air — itu salah satu yang paling saya sukai, dan saya sangat menikmatinya.”
Charlie Stevens juga mengatakan: “Saya bisa merasakan energi dari pertunjukan ini, sungguh saya sangat menyukainya. Rasanya seperti energi yang memancar dari bagian dari Tuhan, benar-benar menakjubkan.”
Charlie Stevens mengungkapkan kekagumannya: “Sebagai seorang Kristen, saya percaya bahwa tempat akhir saya adalah di surga. Pertunjukan yang begitu indah ini memungkinkan kita untuk mengintip surga dari dunia ini.”
Ia melanjutkan, “Melihat adanya Sang Pencipta dan menyadari keberadaan Tuhan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan saat ini. Banyak orang hanya memikirkan diri sendiri dan merasa tidak perlu peduli terhadap orang lain — inilah akar dari banyak masalah.”
“Tak peduli apa latar belakang budayamu, kamu harus bersyukur atas segala sesuatu yang kamu hadapi — semuanya adalah hal baik yang diberikan oleh Sang Pencipta.”
Dalam pertunjukan Shen Yun, ada adegan tentang praktisi Falun Gong yang tidak takut terhadap penganiayaan dari Partai Komunis Tiongkok dan tetap teguh pada keyakinannya hingga akhirnya diselamatkan oleh Sang Pencipta — bagian ini sangat mengharukan bagi penonton.
Charlie Stevens berkata: “Saya benar-benar tersentuh. Perjalanan para praktisi Falun Gong yang dianiaya oleh PKT penuh tantangan, dan akhirnya mereka diselamatkan oleh Sang Pencipta.”
“Itulah alasan saya datang ke sini. Saya pernah ke Tiongkok, tapi saya tidak melihat ada kebebasan di sana. Saya tahu tentang Falun Dafa, saya cukup mengenalnya. Jadi saya benar-benar senang bisa melihatnya di sini, dan orang lain juga bisa menyaksikannya.”
“Saya sungguh berterima kasih atas semua kerja keras dari direktur artistik yang telah menciptakan karya seni luar biasa ini dan membawanya kepada masyarakat.”
“Pertunjukannya luar biasa, saya rasa semua orang harus menontonnya. Sekarang Shen Yun sudah memiliki delapan grup pertunjukan — itu sangat luar biasa. Mereka sedang tur keliling dunia dan memberikan dampak yang besar.”
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs resmi Shen Yun untuk pembelian tiket
Laporan langsung oleh jurnalis Li Xin dan Annie dari NTD Television, Louisville, Amerika Serikat