Penularan Terbaru! Kasus Pertama Flu Burung H10N3 Menginfeksi Manusia Dilaporkan di Tiongkok
Jack Phillips
Seorang pria di Tiongkok timur tertular apa yang tampaknya menjadi kasus pertama kalinya H10N3 pada manusia, sejenis flu burung, menurut pejabat rezim Tiongkok.
Pria berusia 41 tahun yang tak disebutkan namanya itu, dirawat di rumah sakit pada akhir April dengan H10N3 di Zhenjiang, Provinsi Jiangsu, yang terletak di dekat Shanghai, menurut Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok dalam sebuah pernyataan di situsnya. Lembaga itu menyatakan, tidak ada kasus lain yang dilaporkan.
“Infeksi ini adalah penularan lintas spesies yang tak disengaja,” demikian pernyataan resminya, sementara itu juga mengklaim “risiko penularan skala besar rendah,” menurut terjemahan dari bahasa Mandarin.
Badan tersebut menyatakan, pria yang dimaksud mengalami demam dan gejala lainnya. Dia didiagnosis dengan H10N3 sekitar sebulan kemudian yakni pada 28 Mei.
Filip Claes, dari Organisasi Pangan dan Pertanian di kantor regional untuk Asia dan Pasifik kepada Reuters mengatakan bahwa, Strain flu burung ini “bukan virus yang biasa.”
Selama bertahun-tahun, beberapa jenis flu burung ditemukan di antara hewan di Tiongkok, meskipun laporan wabah secara massal di antara manusia jarang terjadi.
Epidemi manusia terakhir terkait jenis flu burung, H7N9, terjadi di daratan Tiongkok pada 2016 dan 2017. H7N9, memiliki tingkat kematian yang relatif tinggi, telah menginfeksi sekitar 1.700 orang dan menewaskan 613 orang sejak 2013, menurut organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau United Nations’ Food and Agriculture Organization (FAO).
Tahun lalu, pejabat kesehatan Tiongkok melaporkan wabah flu burung H5N1, termasuk pemusnahan 18.000 akor yam di Provinsi Hunan.
Laporan penularan kasus H10N3 di Tiongkok, muncul ketika Komunis Tiongkok menghadapi meluasnya sorotan dari pejabat AS tentang asal-usul virus Komunis Tiongkok, atau dikenal sebagai virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19, dan apakah virus itu bocor atau sedang diteliti di laboratorium di Wuhan.
Pejabat partai Komunis Tiongkok sudah lama mengklaim virus tersebut ditularkan dari hewan ke manusia di pasar basah Wuhan. Akan tetapi, rezim tidak memberikan bukti atas klaim tersebut dan belum mengidentifikasi hewan yang dimaksud.
Akhir bulan lalu, Presiden Joe Biden merilis pernyataan yang mengatakan bahwa banyak di antara 17 agen komunitas intelijen AS percaya virus tersebut berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium keamanan tertinggi. Biden meminta mereka untuk merilis laporan dalam waktu dekat tentang asal-usul virus Komunis Tiongkok.
Sebelumnya, sepanjang tahun 2020, outlet media perusahaan dan situs web pengecekan fakta berusaha memperkecil pernyataan tentang virus itu mungkin berasal dari lab, terkadang melabeli klaim tersebut sebagai “teori konspirasi.”
Tetapi selama akhir pekan, jurnalis top termasuk Jonathan Karl dari ABC News mengakui teori kebocoran laboratorium Wuhan masuk akal. Ia mengatakan hal demikian tidak dianggap serius hanya karena Presiden Donald Trump dan pejabat pemerintah sering membuat klaim tersebut.
“Ya, saya pikir banyak orang malu dengan mereka, ini adalah ide yang pertama kali dikemukakan oleh Mike Pompeo, menteri luar negeri, Donald Trump, dan lihat, beberapa hal mungkin benar, bahkan jika Donald Trump mengatakannya. Karena Trump mengatakan begitu banyak hal lain yang di luar kendali. Da mengatakan dengan datar ini berasal dari lab itu, dan ditolak secara luas. Akan tetapi sekarang orang-orang yang serius mengatakan perlu penyelidikan secara serius.”
Pejabat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) tidak segera menanggapi permintaan komentar dari The Epoch Times. (asr)
Fasilitas Medis Runtuh, Terungkap Keluarga di India Melempar Jenazah Korban Covid 19 ke Sungai
NTDTV.com
Epidemi virus Komunis Tiongkok atau Covid 19 di India semakin parah dan fasilitas perawatan medisnya runtuh. Dilaporkan bahwa sejumlah besar mayat mengambang di sungai. Baru-baru ini, beberapa orang menyaksikan jenazah itu dibuang ke sungai oleh anggota keluargnya. Belakangan dipastikan bahwa yang meninggal dunia adalah pasien COVID-19.
Hal itu memicu perbincangan yang hangat di kalangan netizen di internet. Pemerintah daerah akan menggugat keluarga mendiang dan memperkuat patroli sungai.
Menurut laporan media asing yang komprehensif, insiden itu terjadi di Distrik Balrampur, Uttar Pradesh. Laporan menyebutkan, terlihat bahwa seorang pengemudi yang sedang melintasi jembatan melihat seorang pria yang mengenakan pakaian pelindung dan seorang berbaju hitam, yang hendak melempar mayat ke Sungai Rapti. Terlihat mereka mencoba mengeluarkan mayat dari kantong mayat.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa jenazah adalah orang yang terinfeksi virus Komunis Tiongkok. Dia dirawat di rumah sakit untuk perawatan pada tanggal 5 Mei lalu, tetapi sayangnya meninggal tiga hari kemudian. Rumah sakit mengembalikan jenazah ke kerabatnya.
Kepala petugas medis Distrik Barrampur menyatakan bahwa pihak berwenang akan mengajukan gugatan terhadap kerabatnya itu karena membuang jenazah ke sungai.
Selama puncak epidemi baru-baru ini di India, terdapat lebih dari 400.000 kasus baru setiap hari. Menurut statistik dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan India pada 29 Mei lalu, jumlah kasus baru dalam 24 jam terakhir adalah 173.790 kasus. Itu merupakan angka terendah dalam 45 hari. Namun karena kurangnya pasokan medis di berbagai tempat, dalam keadaan tersebut, jumlah kematian belum turun, dan 3.617 kasus kematian baru telah ditambahkan.
Gelombang infeksi virus Komunis Tiongkok ini tidak hanya memenuhi rumah sakit di India, tetapi juga menyebabkan kekurangan oksigen dan obat-obatan utama.
Krematorium dan tempat pemakaman juga kelabakan. Muncul antrian panjang yang mengerikan dan tumpukan mayat dalam antrean panjang. Pada saat yang sama, masyarakat juga menemukan mayat-mayat yang diduga terinfeksi penyakit tersebut, terapung di Sungai Gangga, atau dikuburkan di kuburan dengan kedalaman yang dangkal. (hui)
KPI Ingatkan Prinsip Perlindungan Anak dan Remaja Soal Sinetron “Suara Hati Istri” dengan Aktris Berusia 15 Tahun
ETIndonesia- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meningatkan kembali tentang prinsip perlindungan anak dan remaja. Hal demikian disampaikan saat sinetron berjudul “Suara Hati Istri” yang tayang di stasiun Indosiar menjadi sorotan publik. Pasalnya, aktris bernama Lea Ciarachel dijadikan memainkan peran sebagai istri ketiga. Walaupun diketahui, ia baru berusia 15 tahun.
Aturan yang dimaksud adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2012.
Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan Nuning Rodiyah mengingatkan agar semua rumah produksi yang menjadi penyedia konten siaran untuk lembaga penyiaran memahami betul aturan yang ada dalam P3 & SPS, khususnya terkait perlindungan terhadap anak. Pasal 15 ayat (1) SPS KPI 2012 menyebutkan bahwa lembaga penyiaran wajib memperhatikan dan melindungi kepentingan anak dan/ remaja.
“Jangan sampai diberi peran-peran yang akan berpengaruh secara negatif bagi tumbuh kembang dan psikologis anak,” tegasnya dikutip dari situs resmi KPI, Rabu (2/6/2021).
Ia juga menekan, agar tidak menampilkan materi yang menstimulasi pernikahan usia muda dalam program siaran. Menurut dia, lembaga penyiaran justru arus mendukung upaya pemerintah menekan angka pernikahan di bawah usia dewasa yang masih tinggi di Indonesia.
Selain itu, lembaga penyiaran dan rumah-rumah produksi dapat menyesuaikan konten siaran yang dibuat agar mendukung anak-anak Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik, sebagai upaya menghadirkan generasi muda bangsa yang unggul dan berkualitas. (KPI/asr)
Protes Penyusupan 16 Jet Tempur Tiongkok, Malaysia Panggil Dubes Tiongkok
oleh Reuters
Kementerian luar negeri Malaysia mengatakan, akan memanggil utusan Tiongkok untuk menjelaskan “penyusupan” sebanyak 16 pesawat angkatan udara Tiongkok ke wilayah udaranya. Militer Malaysia sebelumnya mendeteksi aktivitas “mencurigakan” di wilayah Laut China Selatan.
Angkatan udara Malaysia mengatakan, pihaknya mengerahkan jet tempurnya pada Senin (31/5/2021) sebagai konfirmasi visual setelah terdeteksi pesawat dalam jarak 60 mil laut dari negara bagian Sarawak.
Angkatan udara Malaysia mengatakan pesawat tersebut terdiri dari pesawat pengangkut strategis Ilyushin il-76 dan Xian Y-20 sedang dalam formasi “in-trail” di antara 23.000 dan 27.000 kaki.
Otoritas Malaysia menggambarkan insiden itu sebagai “ancaman serius terhadap kedaulatan nasional dan keselamatan penerbangan.”
Angkatan Udara Malaysia menyatakan pesawat Angkatan Udara Tiongkok tak menghubungi kontrol lalu lintas udara regional meskipun sudah diinstruksikan beberapa kali.
Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein mengatakan Malaysia akan mengeluarkan nota protes diplomatik dan meminta Duta Besar Tiongkok untuk Malaysia menjelaskan “pelanggaran wilayah udara dan kedaulatan Malaysia.”
“Sikap Malaysia jelas—memiliki hubungan diplomatik yang bersahabat dengan negara mana pun, tak berarti kami berkompromi dengan keamanan nasional kami,” kata Hishammuddin dalam sebuah pernyataan.
Kedutaan Tiongkok sebelumnya mengklaim pesawatnya hanya menggelar latihan penerbangan rutin dan “dipatuhi secara ketat” atas hukum internasional tanpa melanggar wilayah udara negara lain.
Rezim Komunis Tiongkok mengklaim ekspansif atas Laut China Selatan, yang dilalui perdagangan kapal senilai sekitar $3 triliun setiap tahunnya. Bahkan, rezim Tiongkok sudah membangun fasilitas militernya di pulau-pulau buatan.
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam adalah negara-negara yang memiliki klaim atas berbagai pulau dan fitur di daerah tersebut. Selain itu, Kapal Penjaga Pantai Tiongkok kerap memperingatkan kapal dan pesawat asing untuk meninggalkan yang diklaim sebagai wilayahnya.
Tahun lalu, kapal survei Tiongkok juga terlibat kebuntuan dengan kapal eksplorasi minyak Malaysia di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia.
Protes dari Malaysia yang terbaru ini menyusul kecaman Filipina atas kehadiran ratusan kapal penangkap ikan Tiongkok di Zona Ekonomi Eksklusifnya. Kapal-kapal tersebut diawaki oleh milisi Tiongkok. Sebagian besar rezim Tiongkok mengabaikan protes yang disampaikan. (asr)
Laboratorium Institut Virologi Wuhan, Tiongkok Masih Beroperasi
Samuel Allegri / disusun oleh Gaoshan
Institut Penelitian Virus Wuhan Komunis Tiongkok tempat awal mula virus Komunis Tiongkok (COVID-19) muncul, ternyata masih beroperasi. Diduga kegiatan kontroversialnya mungkin masih berlangsung di sana.
Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo dan Senator Republik Kentucky Rand Paul memberikan peringatan kepada publik bahwa Institut Penelitian Virus Wuhan dari Komunis Tiongkok masih beroperasi dan kegiatan kontroversialnya mungkin masih berlangsung di sana.
“Saya sangat khawatir bahwa hal semacam ini masih terjadi, dan pemerintah AS telah mendanainya,” kata Senator Republik Kentucky Rand Paul dalam sebuah penampilan di Fox TV.
Pekan lalu, Paul mengusulkan amandemen yang disahkan di Senat yang melarang penggunaan uang pembayar pajak Amerika Serikat untuk mendanai penelitian “keuntungan fungsi” Komunis Tiongkok. Partai Demokrat Amerika Serikat menyetujui Rancangan undang Undang – RUU tersebut.
“Setahun yang lalu, siapa pun yang menyebutkan bahwa virus itu mungkin berasal dari laboratorium Wuhan akan dianggap sebagai orang gila sayap kanan atau ahli teori konspirasi. Tapi sekarang, sayap kiri juga mulai bertanya-tanya tentang ini. Ketika amandemen diusulkan untuk mengatakan bahwa kita harus berhenti mendanai penelitian ini di Tiongkok, akhirnya semua anggota partai Demokrat mengikuti,” kata Paul.
Paul menjelaskan bahwa berita yang terungkap minggu lalu menyebutkan tiga anggota staf laboratorium Wuhan ditemukan sakit pada November tahun lalu, dengan gejala yang mirip dengan infeksi COVID atau virus Komunis Tiongkok.
“Ini adalah pengenalan awal dari penyakit ini. epidemi di pihak Tiongkok. Itu pernah terjadi sebelumnya. Ini masalah besar. Oleh karena itu, menurut saya tidak ada lagi yang menyangkal kemungkinan ini. Kami belum yakin, tetapi sekarang kami memiliki banyak bukti yang mengarah ke laboratorium ini,” jelas Paul.
Sementara itu menurut Mike Pompeo, ada hubungan antara laboratorium dan militer Tiongkok dan bahwa laboratorium Wuhan masih beroperasi dan mungkin masih melakukan jenis eksperimen yang sama.
“Laboratorium virus masih berjalan. Penelitian yang sama mungkin masih berlangsung,” kata Pompeo.
Pompeo yakin, Komunis Tiongkok melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan Tentara Pembebasan Rakyat di laboratorium Virologi Wuhan itu. Jadi Komunis Tiongkok melakukan apa yang mereka klaim sebagai penelitian sipil dan pekerjaan militer yang baik.
“Mereka menolak untuk memberitahu. Apa yang kami katakan. adalah, mereka menolak untuk menjelaskan sifat keduanya, mereka menolak untuk membiarkan Organisasi Kesehatan Dunia masuk ke sana,” kata Pompeo.
Sebagai informasi, belum lama ini, di banyak platform media sosial, postingan yang menunjukkan bahwa virus Komunis Tiongkok yang berasal dari laboratorium virus Komunis Tiongkok dilarang dan ditandai sebagai informasi palsu. (hui)
Ledakan Pandemi di Asia Tenggara dan Sejumlah Negara Asia, Varian Strain Mutan Bermunculan
Ye Yifan
Virus varian Komunis Tiongkok (COVID-19) yang menyebar dengan cepat (B.1.617) di India kini telah menyebar ke 44 negara dan wilayah. Di negara-negara dan wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, situasi epidemi mengalami ledakan. Ada beberapa kasus yang dikonfirmasi dari strain varian India dan Inggris yang sangat menular di Tiongkok selatan.
Pada 31 Mei 2021, India telah menambahkan lebih dari 165.000 kasus pneumonia Corona baru yang dikonfirmasi dalam sehari. Meskipun jumlah kasus yang dikonfirmasi menurun menjadi paling rendah dalam satu setengah bulan, jumlah total infeksi telah melebihi 28 juta kasus, dengan 3.460 kasus kematian baru. Secara total 329.000 orang yang meninggal dunia.
Saat ini, Inggris Raya, Amerika Serikat, Jepang, Uganda, Hong Kong, dan negara serta kawasan lain telah mengadopsi langkah-langkah untuk membatasi masuknya penumpang yang berangkat dari India.
Jumlah kasus yang dikonfirmasi dan kematian di Malaysia memecahkan rekor
Saat ini, Malaysia sedang menghadapi gelombang epidemi ketiga. Negara tersebut melaporkan pada 29 Mei bahwa ada 9.020 kasus baru virus Komunis Tiongkok yang dikonfirmasi dalam 24 jam terakhir. Angka yang dilaporkan terbesar sejak wabah. Malaysia mencatatkan rekor tertinggi untuk hari kelima berturut-turut, dengan total 558.534 kasus yang dikonfirmasi dan 2.650 kasus kematian.
Rata-rata 63 orang meninggal setiap hari minggu ini, dengan kasus yang dikonfirmasi dan jumlah korban tewas memecahkan rekor.
Menteri Kesehatan Malaysia, Adham Baba membenarkan bahwa Malaysia memiliki lebih banyak kasus virus Komunis Tiongkok yang dikonfirmasi per satu juta orang per hari daripada India. Ia mengatakan, virus yang bermutasi sudah ada di komunitas Malaysia, termasuk yang ditemukan di Afrika Selatan, Inggris, India, Nigeria, dan tempat lain.
Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin dengan segera mengumumkan pada 28 bahwa dari 1 Juni hingga 14 Juni, negara itu akan “lockdown”, hanya membuka area ekonomi dan layanan yang diperlukan, dan semua kegiatan sosial dan ekonomi akan dihentikan sepenuhnya.
Pada 24 Mei, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit -CDC- A.S. mencantumkan Malaysia di situs resminya sebagai negara siaga tingkat keempat dengan wabah terburuk. AS menyarankan warganya untuk menghindari mengunjungi negara tersebut.
Di Vietnam ditemukan campuran virus varian India dan Inggris
Reuters mengutip Vietnam Express (VnExpress) melaporkan bahwa Menteri Kesehatan Vietnam, Nguyen Thanh Long mengatakan pada Sabtu (29 Mei) bahwa negara tersebut menemukan varian baru dari virus Komunis Tiongkok, yang merupakan campuran varian India dan Inggris, yang dapat dengan cepat menyebar melalui udara.
Nguyen Thanh Long mengatakan bahwa kultivasi laboratorium dari varian baru menunjukkan bahwa virus mereplikasi diri dengan sangat cepat, yang menjelaskan mengapa begitu banyak kasus baru muncul di tempat yang berbeda dalam waktu singkat. Tenaga transmisi dari strain varian baru, lebih kuat dari pada varian yang telah diketahui sebelumnya.
Vietnam sebelumnya telah melaporkan 7 varian virus, termasuk 4 varian Inggris (B.1.222, B.1.619, D614G, B.1.1.7) dan 3 varian India (B.1.351, A.23.1 dan B.1.1.7). 1.617.2).
Sejauh ini, Vietnam telah melaporkan 6.396 kasus virus Komunis Tiongkok dan 47 kematian.
Thailand, Empat Varian Virus yang Bermutasi Muncul
Sejak April, gelombang ketiga epidemi virus Komunis Tiongkok di Thailand telah menyebar, dan jumlah diagnosis yang dikonfirmasi telah meningkat lebih dari tiga kali lipat.
Empat virus Corona baru mutan yang pertama kali ditemukan di Inggris, Brasil, India, dan Afrika Selatan, kini telah muncul di Thailand.
Dr Somsak Akksilp, Direktur Departemen Medis Kementerian Kesehatan Thailand, mengungkapkan pada 28 Mei, bahwa setelah 62 kasus infeksi virus Komunis Tiongkok yang bermutasi yang muncul di India di lokasi konstruksi di distrik Langsi, Bangkok, penyelidikan menemukan bahwa virus bermutasi telah menyebar.
Pada 31 Mei, laporan konferensi pers epidemi COVID (virus komunis Tiongkok) Thailand menunjukkan bahwa, Thailand menambahkan 5.485 kasus yang dikonfirmasi pada hari itu, yaitu 3.475 kasus baru di luar penjara, 1.953 kasus baru di dalam penjara, dan 57 kasus baru importir adalah 19 kasus kematian.
Saat ini, total 159.792 kasus telah dikonfirmasi gelombang tiga epidemi di Thailand, dan total 1.031 kasus kematian.
Filipina memiliki lebih dari 1,22 juta kasus yang dikonfirmasi
Filipina mengumumkan sebanyak 7.443 kasus baru terkonfirmasi pada 29 Mei, dan 156 orang meninggal dunia, per 31 Mei, jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi mencapai 1.223.627 kasus, dengan total 20.860 kasus kematian.
Kementerian Kesehatan Filipina mengkonfirmasi pada 11 Mei, bahwa strain virus mutan yang ditemukan di India telah muncul di Filipina.
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen: Kamboja “di Ambang kematian”
Ada lonjakan kasus yang tiba-tiba di Kamboja bulan lalu. Perdana Menteri Hun Sen mengatakan bahwa Kamboja “di ambang kematian”. Meski jumlah kasus baru mengalami penurunan, per 31 Mei total kasus menjadi 29.404 kasus, dan angka awal April hanya satu persen dari jumlah saat ini.
Per 31 Mei, jumlah kasus yang dikonfirmasi di ibu kota Phnom Penh adalah 28.825 kasus, dan jumlah kematian 203 orang, meningkat lebih dari 15% dari minggu lalu.
Or Vandine, juru bicara Kementerian Kesehatan Kamboja, mengkonfirmasi pada 11 Mei bahwa Kamboja telah menemukan kasus virus Komunis Tiongkok yang terinfeksi virus mutan India.
Pembatalan Obor Olimpiade di Prefektur Ishikawa, Jepang
Hingga malam 31 Mei waktu setempat, ada 742.386 kasus yang dikonfirmasi dan 12.933 kasus kematian di Jepang.
Untuk mencegah penyebaran epidemi, deklarasi darurat ketiga yang diterapkan di Tokyo, Osaka, Kyoto, Aichi, Hyogo, Okayama, Hiroshima, Fukuoka, Okinawa, Hokkaido, dan tempat lain juga telah mengumumkan perpanjangan hingga 20 Juni.
Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga menyatakan keprihatinan tentang dampak virus mutan pada 7 Mei. Saat ini proporsi virus mutan sekitar 80% di Kansai, 60% di Tokyo, dan 70% di Aichi, menunjukkan tren peningkatan.
Obor Olimpiade Tokyo yang dimulai di Prefektur Ishikawa pada awalnya direncanakan akan dibawa oleh 190 pembawa obor melalui 19 kota besar dan kecil pada 31 Mei. Namun, karena dampak epidemi virus Komunis Tiongkok, semua obor estafet di jalan umum dibatalkan. Acara digantikan oleh upacara penyalaan obor yang diadakan di Sanomaru Plaza di Taman Kastil Kanazawa di Kota Kanazawa.
Saat ini, virus mutan utama di Jepang adalah virus mutan yang dikonfirmasi di Inggris (VOC-202012/01), virus mutan yang dikonfirmasi di Afrika Selatan (501Y.V2), virus mutan yang dikonfirmasi di Brasil (501Y.V3), dan virus mutan dikonfirmasi di Filipina.
Korea Selatan, penyebaran virus Komunis Tiongkok telah melonjak dalam seminggu terakhir
Menurut berita pada 12 Mei, Korea Selatan memperkirakan bahwa tingkat deteksi mutasi besar yakni varian Inggris, Republik Afrika Selatan, Brasil, dari penyebaran virus Komunis Tiongkok di Korea Selatan menunjukkan tren kenaikan dalam seminggu terakhir, sampai 25%. Sedangkan virus mutasi India terjadi dua kali di Korea Selatan, ada juga 7 kasus penularan.
Pada malam 31 Mei, Korea Selatan memiliki 430 kasus yang baru dikonfirmasi, dengan total 140.340 kasus yang dikonfirmasi dan 1.959 kasus kematian.
Strain varian di Guangzhou dan Shenzhen, Tiongkok
Pada tanggal 30 Mei, pejabat Guangzhou dan Shenzhen, masing-masing mengakui bahwa gelombang baru orang yang terinfeksi terinfeksi virus Komunis Tiongkok varian India di Guangzhou. Sedangkan yang terinfeksi oleh epidemi Shenzhen, semuanya telah terinfeksi virus Komunis Tiongkok varian Inggris.
Konferensi pers pencegahan dan pengendalian epidemi Guangzhou menunjukkan bahwa pada 29 Mei, Guangdong menambahkan 13 infeksi lokal baru, termasuk 12 kasus di Guangzhou dan 1 kasus di Foshan.
Chen Bin, wakil direktur Komisi Kesehatan Kota Guangzhou, melaporkan bahwa dari 21 Mei hingga 30 Mei, hasil pengurutan genom yang terdeteksi dari orang terinfeksi di Guangzhou sangat homolog, dan semuanya adalah virus Komunis Tiongkok varian India.
Di Shenzhen, Chang Juping, wakil direktur Komisi Kesehatan Kota Shenzhen, melaporkan pada malam 30 Mei bahwa kasus putaran epidemi ini berkisar dari 1 hingga 11 Mei, dan hasil pengujian genetik virus dan sekuensing sangat homolog, dan mereka termasuk dalam strain mutan yang ditemukan di Inggris (B117).
Selain itu, pada 30 Mei, dua kasus tambahan yang dikonfirmasi dikonfirmasi di Shenzhen, yaitu Xia, seorang pekerja berusia 52 tahun di Zona Perdagangan Bebas Komprehensif Pelabuhan Yantian, dan istrinya yang berusia 50 tahun.
Karena otoritas Komunis Tiongkok selalu menyembunyikan kebenaran tentang epidemi, sulit bagi dunia luar untuk mengetahui berapa banyak orang yang sebenarnya terinfeksi.
Asia Selatan menunjukkan tren yang memburuk
Di Asia Selatan, negara-negara tetangga di India, termasuk Nepal, Bangladesh dan Pakistan, juga menunjukkan tren epidemi yang memburuk.
Nepal, yang berbatasan dengan Tiongkok dan India, menewaskan lebih dari 3.500 orang yang terinfeksi, termasuk 400 orang yang meninggal akibat virus Komunis Tiongkok dalam dua minggu terakhir.
Menurut laporan dari Australian Broadcasting Corporation (ABC), Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengeluarkan pengarahan berita Asia Selatan minggu lalu bahwa Presiden Palang Merah Nepal percaya bahwa Setelah epidemi di Nepal lepas kendali, situasinya kemungkinan akan mendekati India saat ini.
Dua dari mutasi virus corona baru yang dilaporkan pertama kali di India, telah ditemukan di Nepal sebelumnya.
Pengarahan tersebut juga menyebutkan bahwa jumlah kasus yang tercatat di Nepal bulan ini, adalah 57 kali lipat dari periode yang sama di bulan April. Sebanyak 44% penduduk negara tersebut telah dites positif yang menunjukkan bahwa sejumlah besar orang yang terinfeksi belum didiagnosis.
Perbatasan antara Tiongkok dan Nepal adalah 1.389 kilometer panjang dan membentang di sepanjang Himalaya di barat laut dan tenggara, termasuk puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest. (hui)
Komunis Tiongkok Memaksa Warganya yang Terdampar di Myanmar untuk Pulang dengan Dalih Menindak Para Penjahat Penipuan
Sejak Mei tahun ini, banyak provinsi di daratan Tiongkok telah mengeluarkan “Pemberitahuan tentang Membujuk Kembalinya Orang yang Terdampar di Myanmar Utara.” Mulai 30 Juni mendatang, mereka yang tidak mau kembali akan dibatalkan kartu keluarganya dan rekening bank akan dibekukan.
Seorang warga bernama samaran Liu Jun, yang bekerja sebagai sopir taksi menyelundupkan ke Mongla utara beberapa tahun yang lalu. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa mereka masih tidak tahu mengapa mereka harus kembali ke Tiongkok.
Pihak berwenang Tiongkok mengatakan bahwa ada banyak penipu di Myanmar utara, tetapi bahkan orang Tiongkok orang-orang yang terlibat dalam bisnis yang serius juga diminta pulang ke rumah.
Menurut Liu Jun hampir semua orang Tionghoa di Myanmar utara telah menerima telepon dari kepala desa atau kantor polisi. Mereka menuntut semua orang Tionghoa di Myanmar utara, termasuk mereka yang dari Xiaomeng, Kokang, dan Wa, mendesak untuk pulang dalam waktu yang ditentukan.
Warga bernama samaran Wang Hong, yang kembali dari Negara Bagian Wa mengatakan, “Mereka diberitahu oleh Biro Keamanan Umum yang menelepon untuk menanyakan, apa yang Anda lakukan, Anda harus kembali, atau keluarga Anda akan menghubungi Anda.”
Wang Hong menyatakan bahwa banyak orang takut untuk kembali karena mereka mendengar bahwa mereka disiksa untuk mendapatkan pengakuan ketika mereka kembali ke Majelis Nasional.
“Saya mendengar banyak orang mengatakan bahwa beberapa orang kembali. Tidak peduli bisnis apa yang Anda lakukan di sini, banyak orang disiksa untuk mendapatkan pengakuan. Mereka dipukuli selama tiga hari tiga malam,” kata Wang Hong.
Dia menambahkan, “Mereka yang mengakui bahwa Anda berbisnis di sini akan memukul Anda. Anda hanya harus mengakuinya. Misalnya, jika Anda narkoba atau melakukan penipuan di sini, selama Anda mengakuinya, Anda tidak akan dipukuli dan Anda akan dibebaskan. Mereka sepertinya punya tugas, yaitu setiap tempat harus mendapatkan beberapa orang.”
Wang Hong memperoleh foto dari seorang teman yang menunjukkan bahwa seseorang di telapak kakinya dipukuli dengan tongkat karet oleh polisi Komunis Tiongkok yang memaksanya untuk mengakui bahwa dia melakukan bisnis ilegal di utara Myanmar.
Wang Hong mengaku dirinya dikarantina di Negara Bagian Wa selama tiga hari dalam kondisi yang sangat buruk. Saat ini, dia dikarantina di suatu tempat di Yunnan. Ada sekitar 450 orang yang telah kembali ke Tiongkok dalam kelompok yang sama dengannya.
Tidak jelas apakah kebijakan pemerintah Tiongkok ini terkait dengan situasi di Myanmar yang berada di ambang perang saudara.
Sementara “Front Persatuan Myanmar Utara” yang dibentuk oleh Tentara Kemerdekaan Kachin dan Tentara Rakhine baru-baru ini mengalami banyak konflik bersenjata dengan pasukan keamanan Myanmar. (hui)
Terungkap, Seorang Anggota Keluarga Institut Virologi Wuhan Meninggal karena Virus Khusus Tahun 2019
He Yating
Seorang mantan pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas penyelidikan asal mula epidemi virus Komunis Tiongkok atau Covid 19 mengungkapkan kepada media bahwa seorang anggota keluarga peneliti dari Institut Virologi Wuhan, Tiongkok, meninggal karena virus khusus pada Desember 2019 silam dengan menunjukkan gejala. Gejalanya sama dengan Pneumonia virus Komunis Tiongkok atau COVID-19. Hal itu memberikan petunjuk penting bahwa penularan virus dari manusia ke manusia telah disembunyikan oleh Komunis Tiongkok. .
“Sound of Hope”, pada 29 Mei melaporkan bahwa David Asher, mantan kepala investigasi asal muasal wabah di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, melapor ke News Foundation, yang termasuk dalam situs konservatif Amerika “The Daily Caller .
Asher mengungkapkan bahwa data intelijen yang diperoleh badan intelijen Amerika Serikat menyebutkan bahwa istri seorang peneliti yang mengkhususkan diri dalam penelitian virus corona di laboratorium Institut Angkatan Bersenjata Institut Virologi Wuhan meninggal karena virus khusus pada Desember 2019 silam. Gejalanya mirip dengan gejala pneumonia Komunis Tiongkok.
Ini awalnya merupakan petunjuk penting tentang “penularan dari manusia ke manusia” dari virus di hari-hari awal wabah, tetapi pejabat Komunis Tiongkok menyembunyikan informasi yang relevan itu.
Tidak sampai sebulan setelah kasus muncul, otoritas lokal mengumumkan bahwa pneumonia Komunis Tiongkok bisa menular “dari orang ke orang.” Itu adalah penyembunyian yang disengaja oleh otoritas Tiongkok atas petunjuk penting yang menyebabkan meledaknya penyebaran epidemi global.
Selama pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Departemen Luar Negeri Amerika mengeluarkan pemberitahuan pada awal Januari 2020 silam. Pemberitahuan itu mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa tiga pekerja laboratorium Wuhan dirawat di rumah sakit pada November 2019 karena gejala yang mirip dengan pneumonia Komunis Tiongkok.
Belum lama, “Wall Street Journal” menyebutkan pesan penting ini lagi dan mengungkapkan rincian yang lebih rinci tentang insiden tersebut. Hal itu menimbulkan kekhawatiran luas di masyarakat Amerika bahwa epidemi pneumonia Komunis Tiongkok mungkin berasal dari kebocoran laboratorium Angkatan Bersenjata Institut Virologi Wuhan.
Menanggapi pemberitaan di atas, Asher lebih lanjut mencontohkan bahwa staf Institute Virologi yang sakit parah pada November 2019 kebetulan berada di laboratorium virus yang sedang melakukan percobaan peningkatan virus Corona RaTG13. Asher mempertanyakan seberapa besar kemungkinan beberapa orang yang bekerja bersama seperti ini “kebetulan” sakit parah bersama?
“Berapa banyak orang normal berusia 30-an hingga 40-an yang begitu sakit sehingga mereka harus dirawat di rumah sakit karena flu? Saya diberi tahu bahwa staf laboratorium hampir pasti telah divaksinasi untuk melawan flu,” kata Asher.
Menurut informasi publik, strain RaTG13 diduga dikumpulkan oleh personel Institut Virus Wuhan dari Gua Kelelawar di Yunnan beberapa tahun yang lalu. Strain tersebut lebih dari 96% mirip dengan strain yang menyebabkan epidemi virus Komunis Tiongkok global.
Berita tentang kemungkinan merebaknya virus Komunis Tiongkok di Wuhan pertama kali diungkapkan oleh beberapa dokter garis depan di Wuhan pada akhir Desember 2019, tetapi berita tersebut segera diblokir oleh otoritas Komunis Tiongkok.
Para dokter yang pertama kali mengungkap berita tersebut kepada dunia luar bahkan pernah ditahan oleh polisi dan dipaksa menandatangani pengakuan untuk memastikan bahwa mereka tidak akan merilis berita apapun ke dunia luar. Baru pada 20 Januari 2020 Komunis Tiongkok secara resmi mengakui wabah epidemi di Wuhan untuk pertama kalinya.
Amerika Serikat menyatakan bahwa soal peneliti Institut Virologi telah terinfeksi wabah, Komunis Tiongkok selalu membantahnya dan bersikeras bahwa tidak ada peneliti di Institut Virologi yang terinfeksi virus Komunis Tiongkok.
Namun, ketika epidemi meletus dalam skala besar di seluruh dunia, pihak berwenang Tiongkok telah berulang kali menolak organisasi investigasi internasional untuk pergi ke Wuhan guna melakukan penyelidikan independen terhadap sumber epidemi. Komunis Tiongkok dituding sengaja menutupi fakta.
Tidak sampai setahun setelah wabah, Komunis Tiongkok mengizinkan tim ahli yang dikirim oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memasuki Institut Virologi Wuhan pada Januari tahun ini. Akan tetapi, Komunis Tiongkok masih menolak untuk mengizinkan ahli asing dari tim investigasi memiliki akses ke data utama apa pun dari laboratorium.
Para ahli juga tidak diizinkan mengunjungi gua kelelawar di Yunnan, tempat strain RaTG13 dikatakan pertama kali ditemukan. Tidak hanya itu, seluruh proses penyelidikan tim ahli WHO di Tiongkok daratan juga telah berada di bawah pengawasan otoritas Komunis Tiongkok. (hui)
Pemimpin Tiongkok Semakin Mencengkeram Kekuasaan Melalui Jaringan Lembaga yang Luas Mengajarkan ‘Pemikiran Xi Jinping’
Nicole Hao
Pemimpin partai Komunis Tiongkok Xi Jinping memperkuat kendalinya atas para pejabat Partai Komunis Tiongkok dan masyarakat luas, dengan mendirikan lembaga-lembaga di seluruh negeri untuk menyebarkan dogma eponim miliknya — yang dikenal sebagai “Pikiran Xi Jinping.”
Sejak menjadi pemimpin terpenting Partai Komunis Tiongkok pada tahun 2012, Xi Jinping beralih ke memusatkan kekuasaan dan mendorong sebuah kultus kepribadian, bergema kembali ke penguasa pertama Partai Komunis Tiongkok Mao Zedong, kata para analis. Sebuah rencana dari strategi ini adalah penyebaran ideologi politik Xi Jinping sendiri, secara resmi disebut “Pemikiran Xi Jinping untuk Sosialisme dengan Karakteristik Tiongkok untuk sebuah Era Baru.”
Konsep tersebut pertama kali diuraikan dalam sebuah pidato yang diberikan oleh Xi Jinping selama Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok pada tahun 2017, di mana doktrin tersebut diabadikan dalam konstitusi Partai Komunis Tiongkok–—menjadikan Xi Jinping sebagai pemimpin pertama sejak Mao Zedong memiliki sebuah ideologi yang membawa namanya untuk diadopsi ke dalam piagam Partai saat Mao Zedong masih menjabat.
Pemikiran Xi Jinping, dikemas dalam sebuah kumpulan tulisan dan “pidato-pidato penting” yang diberikan oleh Xi Jinping, yang menyerukan untuk secara drastis memajukan kekuatan ekonomi dan teknologi Tiongkok pada tahun 2035.
Pemikiran Xi Jinping juga membayangkan militer “kelas dunia” yang dapat menandingi angkatan bersenjata Amerika Serikat pada pertengahan abad.
Tujuan akhirnya adalah mengubah Tiongkok menjadi sebuah “negara sosialis modern yang hebat” pada tahun 2049—–peringatan 100 tahun Partai Komunis Tiongkok berkuasa.
Sejak lahirnya ideologi Xi Jinping, lembaga-lembaga penelitian mendedikasikan untuk penelitiannya dan promosi telah disiapkan di lebih dari 20 universitas di seluruh Tiongkok. Mata kuliah juga sudah menjadi pembelajaran wajib bagi para mahasiswa di puluhan perguruan tinggi dan universitas. Rezim Tiongkok bahkan, telah merilis sebuah aplikasi seluler yang mengajarkan Pemikiran Xi Jinping, yang disebut-sebut sebagai salah satu aplikasi seluler yang paling populer.
Para pejabat Partai Komunis Tiongkok juga telah diperintahkan untuk mempelajari Pikiran Xi Jinping. Untuk mencapai hal ini, rezim Tiongkok telah menyiapkan ratusan lembaga-lembaga Pikiran Xi Jinping di seluruh Tiongkok dari kota-kota besar hingga desa-desa, yang berjauhan untuk menanamkan ideologi tersebut pada semua pejabat, menurut bocoran dokumen-dokumen pemerintah baru-baru ini diperoleh The Epoch Times.
Dokumen-dokumen tersebut, yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi di barat daya Tiongkok, Provinsi Guangxi, mengungkap cara kerja lembaga-lembaga Pikiran Xi Jinping dan luasnya jangkauan geografis lembaga-lembaga Pikiran Xi Jinping, informasi yang sebelumnya tidak diungkapkan secara umum oleh rezim Tiongkok.
“[Semua pejabat] harus secara sadar menggunakan Pemikiran Xi Jinping untuk Sosialisme dengan Karakteristik Tionghoa untuk sebuah Era Baru untuk mempersenjatai pikiran anda, latihan panduan anda, dan memajukan tugas-tugas anda,” demikian pemerintah regional Guangxi memerintahkan para pejabat dalam sebuah dokumen bocor yang dikeluarkan pada 15 Juli 2018.
Para pejabat yang berpangkat lebih tinggi juga ditugaskan untuk memantau kemajuan pembelajaran para pejabat, yang mana berpangkat lebih rendah mengenai Pemikiran Xin Jinping, dokumen-dokumen tersebut menunjukkan.
Lembaga-Lembaga Pemikiran Xi Jinping
Menurut sebuah dokumen internal pemerintah Provinsi Guangxi yang dikeluarkan pada November 2019, rezim Tiongkok mulai menggelar lembaga-lembaga Pemikiran Xi Jinping pada Juli 2018.
Dokumen itu mengatakan bahwa Guangxi, yang berpenduduk sekitar 50 juta, telah mendirikan 138 lembaga-lembaga Pemikiran Xi Jinping di kota-kota, distrik-distrik dan kantor-kantor pemerintah di wilayahnya. Lembaga-lembaga tersebut secara resmi disebut “Pusat Praktik Peradaban Era Baru.”
Sementara itu, 21.294 stasiun yang mengajarkan pemikiran Xi Jinping, yang secara resmi disebut “Stasiun Latihan Peradaban Era Baru,” didirikan di desa, kota kecil, dan lingkungan sekitar Guangxi.
Dokumen lain dari bulan Juli 2018 merinci bagaimana pusat-pusat tersebut harus dijalankan. Dokumen itu mengatakan bahwa, pusat-pusat tersebut harus memperlakukan ajaran pemikiran Xi Jinping sebagai “tugas terpenting”. Bahkan, bekerja untuk menyebarkan pemikiran tersebut secara mendalam dan mengklarifikasi kebermaknaan sejarahnya.
Pusat-pusat tersebut diinstruksikan untuk mengatur ruang-ruang kelas yang cukup besar untuk menampung 100 orang, mencetak materi-materi pembelajaran dan mendistribusikannya ke seluruh pejabat, mengatur uji-uji, dan mengatur kegiatan-kegiatan setidaknya sekali seminggu.
Dokumen tersebut tidak hanya meminta para pejabat untuk mempelajari pemikiran Xi Jinping, tetapi juga memerintahkan para pejabat untuk menyebarkan ideologi tersebut melalui media dan platform -platform media sosial seperti melalui video dan pesan.
Stasiun-Stasiun Pemikiran Xi Jinping yang berjalan di komunitas-komunitas yang lebih kecil, sementara itu, diperintahkan dalam sebuah dokumen bulan Mei 2018 untuk mengatur pembelajaran dalam format-format yang disukai orang-orang, seperti seminar, lingkaran belajar, kompetisi, dan kuis. Stasiun-Stasiun Pemikiran Xi Jinping juga didorong untuk mengorganisir kelas-kelas di rumah, tanah pertanian, atau pabrik-pabrik milik orang-orang.
Stasiun-stasiun tersebut juga diminta untuk mengubah aspek-aspek Pemikiran Xi Jinping menjadi lagu-lagu yang dapat dinyanyikan oleh penduduk setempat. Para pejabat ditugaskan untuk memastikan setiap penduduk di desa atau lingkungan sekitar, mempelajari ideologi dengan cara melacak kemajuan belajar mereka.
Mempelajari Sejarah Partai Revisionis
Menjelang seratus tahun berdirinya Partai Komunis Tiongkok pada 1 Juli, rezim Tiongkok memulai kampanye nasional untuk mempelajari sejarah Partai Komunis Tiongkok, seperti yang ditafsirkan oleh Xi Jinping.
Dua buku yang baru diterbitkan yang menandai Xi Jinping sebagai penulisnya, “Sebuah Ringkasan Sejarah Partai Komunis Tiongkok” dan “Mengenai Sejarah Partai Komunis Tiongkok,” menutupi kekejaman-kekejaman yang dilakukan selama pemerintahan Mao Zedong serta memuliakan pencapaian dan ideologi yang dianut oleh Xi Jinping.
Dalam sebuah dokumen April, pemerintah daerah Guangxi memerintahkan semua pejabat untuk mempelajari sejarah versi terbaru ini, dengan membaca dua buku ini serta membaca beberapa buku resmi Xi Jinping lainnya.
Dokumen tersebut juga mengatur 15 tim inspeksi tingkat provinsi untuk memantau para pejabat yang bekerja di berbagai departemen pemerintah, universitas, stasiun televisi, surat kabar, radio, akademi, asosiasi, perusahaan BUMN, dan pemerintah kota. Tim-tim tersebut ditugaskan untuk memeriksa kemajuan belajar para pejabat, serta menguji mereka.
“[Tim-tim inspeksi] perlu berkeliling [departemen-departemen pemerintah yang berpangkat lebih rendah] dan membimbing [para pejabat], memeriksa departemen-departemen tersebut secara acak, melakukan penyelidikan dengan berbicara dengan orang-orang yang berbeda, dan mengamati [para pejabat yang berpangkat lebih rendah] sedang belajar,” kata dokumen itu.
Pada Maret, lebih dari 100 pejabat di berbagai departemen di pemerintah Provinsi Guangxi, membagikan pembelajaran utamanya dari kelasnya mengenai Pemikiran Xi Jinping, menurut dokumen itu. Dalam berbagi hal ini, semua pejabat mengungkapkan kesetiaannya kepada Xi Jinping dan pemerintahan Xi Jinping.
Huang Jinqiu (samaran), seorang jurnalis senior di Tiongkok Daratan, mengatakan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin, bahwa para pejabat tidak punya pilihan selain menyatakan kesetiaan kepada Xi Jinping.
“Sudah menjadi kebudayaan Partai Komunis Tiongkok bahwa semua pejabat harus mengekspresikan kesetiaannya kepada Xi Jinping dan Partai Komunis Tiongkok di depan umum,” kata Huang Jinqiu.
Huang Jinqiu berkata bahwa para pejabat Tiongkok berupaya keras untuk menggambarkan bahwa “mereka sangat kiri, mereka sangat setia, dan mereka mendukung aturan Partai Komunis Tiongkok untuk melindungi diri dari keberadaan diselidiki atau dipecat.”
“Tidak peduli seberapa korupnya anda, anda akan aman jika anda setia kepada Xi Jinping,” tambah Huang Jinqiu. (sin)
Komunis Tiongkok Memberlakukan Kebijakan 3 Anak Tetapi Hanya Menimbulkan Ramai Komentar di Jejaring Sosial
oleh Zheng Gusheng
Segera setelah pemerintah komunis Tiongkok melakukan Sensus Penduduk Nasional ke-7 pada tahun 2020 yang hasilnya baru diumumkan pada pertengahan bulan Mei tahun ini, pertemuan Politbiro langsung “menyambutnya” dengan mengumumkan kebijakan yang mengizinkan warga daratan Tiongkok memiliki 3 orang anak.
Kebijakan tiga anak yang diberlakukan komunis Tiongkok dianggap menyoroti intensifikasi krisis populasi Tiongkok yang terjadi saat ini. Berita tersebut dengan cepat masuk ke dalam daftar pencarian teratas di Weibo, tetapi banyak netizen khususnya yang masih muda menanggapi secara negatif.
Para anak muda mengatakan tidak mampu untuk menanggung beban mengasuh, memelihara, melindungi, dan mendidik anak. Selain itu, mereka juga tidak bersedia untuk bersusah payah memelihara anak, yang kemudian hanya dijadikan sebagai sapi perah bagi pemerintah komunis Tiongkok.
Ini bermula dari laporan media corong Partai Komunis Tiongkok, ‘Xinhua’ pada hari Senin 31 Mei melaporkan, bahwa dalam pertemuan Politbiro dari Komite Sentral PKT pada hari itu, setelah para peserta mendengarkan laporan ‘Repelita ke-15’ tentang perlunya mengambil langkah, guna mengatasi masalah penuaan populasi yang kini sedang mengancam Tiongkok.
Laporan media PKT itu mengklaim, para peserta pertemuan merasa perlunya untuk mendesak pihak berwenang secepatnya menerapkan kebijakan tentang satu pasangan, dapat memiliki tiga orang anak beserta mengeluarkan beberapa tindakan pendukung guna mensukseskan kebijakan.
Berita itu memicu diskusi panas di antara para netizen muda di daratan Tiongkok dan dengan cepat menduduki tempat teratas dalam peringkat pencarian panas Internet.
Namun, jumlah netizen yang mendukung jauh lebih sedikit daripada mereka yang berantusias untuk menyampaikan keluhan.
Postingan netizen
Seorang netizen muda yang memposting tulisan di atas, dengan mengasumsikan dirinya yang sudah berusia 63 tahun dan memiliki 3 orang anak yang masing-masing juga memiliki 3 orang anak.
Saat itu kedua orang tua dan mertuanya masih hidup dan menjadi tanggungannya. Tulisan yang diposting di media sosial menyebutkan : Suatu pagi di usia 63 tahun, ketika alarm berbunyi pada jam 7 pagi, ia mendatangi ketiga kamar yang masing-masing dihuni oleh anaknya untuk melihat apakah mereka masih sedang tidur. Lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan buat 9 orang cucunya.
Setelah itu mendatangi kamar dari kesembilan orang cucunya untuk melihat apakah mereka masih tertidur pulas ? Lalu mendatangi 2 kamar yang dihuni oleh kedua orang tua dan mertuanya, juga untuk melihat apakah mereka masih belum bangun ? Setelah itu ia baru dapat dengan tenang berangkat kerja dengan naik kereta api bawah tanah yang berdesakan. Pada postingan berikutnya ia bertanya : Dengan kondisi seperti diatas berapa kamar yang ia butuhkan ?
Banyak netizen mengkritik bahwa, rakyat jelata bahkan tidak mampu membiayai kewajibannya untuk membesarkan satu orang anak pun. Jika pihak berwenang masih saja tidak secara serius memperbaiki kenyataan ini, maka situasinya yang dijumpai masyarakat adalah “bisa melahirkan tetapi tidak bisa memelihara”. Bahkan, jika pembatasan kesuburan dicabut sepenuhnya pun tidak akan berpengaruh banyak terhadap angka kelahiran nasional.
Ada juga netizen yang menyindir dengan tulisan: Bagaimana dengan pasangan yang kelahiran tahun 80-an dan 90-an, yang dibebani dengan biaya membesarkan 3 orang anak dan merawat 4 orang tua, untuk itu mereka bekerja mati-matian untuk memenuhi kewajiban, lalu sakit dan meninggal dunia sebelum berumur 65 tahun. Dimana uang pensiun pun belum turun, belum bisa dinikmati….. Apakah para ahli kemudian akan memberikan mereka masing-masing piagam penghargaan sebagai pahlawan bangsa, karena mereka telah lahir dan mati demi kepentingan negara.
Ada pula netizen yang mengkritik bahwa kebijakan satu anak di masa lalu telah menimbulkan ketidakseimbangan populasi Tiongkok.
Setelah para ahli berulang kali memperingatkan, pemerintah baru bersedia secara perlahan dan pasif memberlakukan kebijakan 2 anak. Kemudian setelah masyarakat Tiongkok berkembang menjadi lingkungan yang tidak kondusif untuk memiliki anak, pihak berwenang baru mau membuka kesempatan kepada pasangan muda untuk memiliki 3 orang anak. Namun, jelas nasi sudah menjadi bubur.
Netizen pun banyak yang meninggalkan pesan. Mereka menyebutkan bahwa kini banyak anak muda yang memilih untuk bersikap apatisme, memutuskan untuk tidak menikah dan tidak mau punya anak. Tidak ingin memiliki anak yang hanya dijadikan sapi perah oleh pemerintah.
Pemerintah komunis Tiongkok baru menerapkan kebijakan 2 anak pada tahun 2015. Namun, angka kelahiran bayi kecuali pada tahun 2016 mengalami sedikit peningkatan, 4 tahun berikutnya justru terus menurun. Pada tahun 2020, jumlah bayi baru lahir telah menurun sebanyak hampir 15% dibandingkan dengan tahun 2019. (Sin)
Satgas Pusat Asesmen Pendirian Rumah Sakit Lapangan khusus COVID-19 di Kudus
ETindoensia- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Ganip Warsito akan melakukan asesmen pendirian Rumah Sakit Lapangan khusus COVID-19 di Kabupaten Kudus sekaligus penentuan dukungan fasilitas karantina/isolasi mandiri terpusat pada tiap-tiap kecamatan atau desa.
Hal demikian dilakukan saat ia berada di Kudus, Jawa Tengah. Kedatangannya dalam rangka kunjungan kerja ini yang juga mengemban tugas sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 tersebut merupakan bentuk respon cepat Pemerintah untuk melindungi segenap warganya, sekaligus menindaklanjuti perintah Presiden Joko Widodo yang meminta laporan khusus mengenai lonjakan kasus COVID-19 di Kudus, dalam rapat terbatas pada Senin (31/5).
Adapun Ketua Satgas bertolak ke Kudus melalui Semarang menggunakan pesawat TNI AU dari Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta, Rabu (2/6) siang.
Setelah mendarat di Semarang, Ketua Satgas akan melakukan rapat koordinasi bersama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Jawa Tengah dan unsur Forkopimda serta komponen terkait.
Selanjutnya, Ketua Satgas Ganip Warsito dijadwalkan akan melakukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kudus beserta Forkopimda setempat, apel penambahan personel Satgas sebanyak 450 orang untuk membantu dan pendampingan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis Mikro, penegakan Prokes 3M serta penyelenggaraan 3T.
Dalam hal ini, Ganip Warsito juga akan menyerahkan dukungan penanganan COVID-19 bagi Pemerintah Kabupaten Kudus berupa tenda isolasi 2 buah, masker kain 20 ribu lembar, masker kain anak 10 ribu lembar dan handsanitizer sebanyak 20 jerigen dengan kapasitas 4 liter. (BNPB/asr)