Home Blog Page 1828

Walhi Khawatir Indonesia Terjebak Jeratan Utang Proyek OBOR Tiongkok

0

Epochtimes.id- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang merupakan sebuah organisasi lingkungan hidup independen menyatakan masih ragu Indonesia bakalan lolos dari jebakan utang dari proyek One Belt One Road atau OBOR Tiongkok.

Pemerintah Indonesia dengan Tiongkok telah resmi menandatangani kesepakatan proyek  OBOR dalam forum yang dilaksanakan pada tanggal 25-28 April 2019 di Beijing. Pertemuan yang sama sebelumnya juga dihadiri oleh pemerintah  pada Mei 2017.

Rombongan delegasi pemerintah Indonesia hadir dipimpin oleh wakil presiden Jusuf Kalla yang mewakili Presiden Joko Widodo. JK didampingi oleh Menteri koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri luar negeri Retno Marsudi, Menteri Ristek M.Nasir dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Lembong.

Koordinator Kampanye Walhi, Edo Rakhman mengatakan pihaknya tak mau terjebak pada istilah skema goverment to government (G to G) atau skema business to business (B to B) yang dilontarkan oleh pemerintah.

“Persoalannya, pemerintah mengklaim kita tak akan terjebak dengan persoalan utang, sebenarnya berbicara terjebak atau tidak dalam skema utang, memang utang Indonesia saat ini cukup bertambah,” katanya dalam jumpa pers di Kantor Walhi, Jalan Tegal Parang Nomor 14, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (29/4/2019) yang juga disiarkan secara live di channel Yotubenya.

Data  terakhir yang dirilis oleh Bank Indonesia melalui Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) April 2019, menunjukkan  status terakhir posisi utang luar  negeri pada Februari 2019 dari Pemerintah Tiongkok sebesar USD 17,7 Miliar atau setara dengan Rp 248,4 Triliun dengan kurs 14.000. Lebih spesifik dikelola Pemerintah sebesar Rp 22,8 Triliun dan Swasta sebesar Rp 225,6 Triliun. Sebagai catatan bahwa untuk BUMN  masuk  kategori swasta dalam catatan utang Indonesia.

Menurut Walhi, walaupun G to G atau B  to B tapi faktanya didominasi oleh BUMN. Maka akan tetap menjadi tanggungjawab Negara dan pasti menjadi Beban Rakyat Indonesia.

“Jadi artinya pemerintah ikut andil dalam bidang pertumbuhan utang swasta di Indonesia,” kritiknya.

Edo merinci sebenarnya sejak dahulu sudah terjadi dengan skema mendorong swasta untuk kemudian mengelola utang. Oleh karena itu, isu Business to Bussines yang kerap digembor-gemborkan bukanlah suatu hal yang baru.

Sebelumnya dalam kesempatan terpisah, Menko Maritim, Luhut B. Pandjaitan mengatakan Indonesia bisa terhindar dari apa yang disebut sebagai jebakan utang OBOR.  Luhut mengakui ada yang memperingati debt trap. Luhut mengatakan tidak melakukan perjanjian G to G tapi Skema B to B yang diklaim sangat baik untuk mengurangi resiko jebakan utang.

Senada dengan Edo, Manajer Kampanye dan Iklim Walhi, Yuyun Harmono mengatakan berbagai macam kritikan terkait proyek sudah muncul sejak pertama kali diluncurkan pada 2013 silam, salah satunya adalah jeratan hutang luar negeri seperti di Afrika maupun di Asia Selatan.

Yuyun mencontohkan seperti Sri Lanka yang mana tak mampu membayar utang. Hingga kemudian pada akhirnya harus mengadaikan pelabuhan Hambantota mereka yang mana sebagian besar dijual ke Tiongkok.

Bahkan, proyek-proyek tersebut dinilai tidak ramah terhadap lingkungan. Walaupun sebenarnya ada tekanan secara global untuk meninggal proyek-proyek itu seperti PLTU dan tambang batu bara.

Menurut Yuyun, hal yang menjadi perhatian Walhi bahwa jebakan utang adalah kenyataan yang dialami negara-negara lain. Dibandingkan kondisi saat ini, Indonesia pada faktualnya Indonesia sudah masuk dalam kerangka utang. Sehingga, kata Yuyun, atas dalih dengan B to B adalah persoalan problematik. Pasalnya, investasi selama ini yang melibatkan utang luar negeri sektor B to B selalu dijamin oleh pemerintah.

Walhi mencatat, Pada tahun 2017, tiga bank Tiongkok antara lain, China Contruction Bank, ICBC dan Bank of China termasuk dalam 10 Bank di dunia yang  paling buruk karena membiayai energi fosil.

Total pembiayaan tambang batu bara pada tahun 2015-2017 masing-masing adalah China Contruction Bank: USD 12.608 Juta, ICBC: USD 9.464 Juta, BoC:  USD 8.215 Juta. Sedangkan total Pembiayaan PLTU Batubara masing-masing bank adalah  ICBC: USD 13.463 Juta, China Contruction Bank: USD 13.264 Juta, BoC: USD 9.064 Juta.

Selain itu dari 28 Proyek senilai Rp 1.296 T yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia untuk didanai dalam kerangka OBOR juga masih terdapat proyek-proyek listrik energi kotor batubara antara lain: PLTU batubara berkapasitas 1.000 Mw Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI), Tanah Kuning, Mangkupadi di Kalimantan Utara. PLTU batubara berkapasitas 2×350 Mw di Celukan Bawang, Bali. PLTU Mulut Tambang Kalselteng 3 berkapasitas 2×100 Mw dan Kalselteng 4 berkapasitas 2×100 Mw, Kalimantan Tengah.

Berikut rincian proyek OBOR di Indonesia yang dihimpun Walhi :

Proyek di Sumatera Utara

1.Pelabuhan hub dan kawasan industri internasional Kuala Tanjung

2.Kawasan industri Sei Mangkei

3.Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sei Mangkei berkapasitas 250 megawatt (Mw)

4.Kemitraan strategis (strategic partnership) Bandara Internasional Kualanamu

 Proyek di Kalimantan Utara

1.Kawasan industri dan pelabuhan internasional Tanah Kuning

2.Zona ekonomi terpadu Indonesia Strategis Industri (ISI) Tanah Kuning

3.Taman indsutri ASK Gezhouba Tanah Kuning, Mangkupadi

4.Infrastruktur kawasan industri dan fasilitas publik Tanah Kuning

Kawasan Industri

5.Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning

6.SEB-KPP-state grid integrated solution: Mentarang Induk & Kabama Induk HEP’s

7.Kayan hydro energy, Kabupaten Bulungan

8.Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sembakung, Distrik Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan

9.PLTU batubara berkapasitas 1.000 Mw Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI), Tanah Kuning, Mangkupadi

10.Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Idehei & Gezhouba, Sungai Kayan dan Sungai Bahau

11.PT Prime Steel Indonesia, Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan

12.Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Dimetyl Ether (DME), Tanah Kuning, Mangkupadi, Kabupaten Bulungan

13.Proyek kluster alumunium PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), Tanah Kuning

Proyek di Sulawesi Utara

1.Kawasan pariwisata Likupang, Tanjung Pulisan, Minahasa Utara

2.Kawasan industri Bitung

Proyek di Bali

1.Taman teknologi Pulau Kura-Kura

Selain itu, pemerintah juga menyiapkan delapan proyek di luar empat koridor prioritas tersebut, meliputi:

1.Coal Fired Power Plant (CFPP) berkapasitas 2×350 Mw di Celukan Bawang, Bali

2.Pembangkit listrik skala menengah di berbagai lokasi di Pulau Jawa

3.Mine mouth Coal Fired Power Plant (CFPP) Kalselteng 3 berkapasitas 2×100 Mw dan Kalselteng 4 berkapasitas 2×100 Mw, Kalimantan Tengah

4.Pembangunan gedung Signature Tower

5.Kawasan ekonomi khusus Indonesia-Tiongkok di Jonggol, Jawa Barat

6.Kawasan industri terpadu Ketapang

7.Pengentasan kemiskinan dan penanaman kembali kelapa sawit

8.Kolaborasi internasional Meikarta Indonesia-Tiongkok

(asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=QzH1rujss6o

Simak yang Ini : 

https://www.youtube.com/watch?v=8iGqe0ytk2g

Pemungutan Suara Awal Pemilu Australia Dimulai

0

EpochTimesId – Pemungutan suara awal telah dibuka di lebih dari 500 tempat pemungutan suara di Australia. Sementara pemilihan umum akbar bagi warga Australia akan digelar serentak pada 18 Mei 2019 mendatang.

Orang-orang yang ingin menghindari keramaian pada hari pemungutan suara, sejak sekarang dapat memberikan suara mereka lebih awal untuk pemilu federal.

Lebih dari 500 pusat pemungutan suara awal akan dibuka di seluruh negara itu pada hari Senin (29/4/2019). Dengan tingkat pendaftaran yang tercatat 96,8 persen, lebih dari 16 juta warga Australia ditetapkan untuk ambil bagian dalam pemungutan suara nasional.

“Kami memiliki daftar pemilih terlengkap sejak (berdirinya) federasi dan kami menyediakan berbagai layanan pemungutan suara,” kata Komisaris Pemilihan Umum Australia, Tom Rogers.

“Tapi terserah orang Australia yang terdaftar untuk keluar, untuk memastikan mereka memiliki pendapat (menggunakan hak pilih) mereka.”

Hampir 52 juta kertas suara sedang dicetak. Surat suara via pos juga dibagikan kepada mereka yang telah mengajukan permohonan. (AAP/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

PM Spanyol Gagal Menang Mutlak Dalam Pemilu Parlemen

0

EpochTimesId — Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, memperoleh hasil yang tidak meyakinkan dalam pemilihan umum pada 28 April 2019. Walau partainya berhasil menjadi pemenang pemilu, Sanchez diprediksi akan kesulitan mempertahankan kekuasaannya.

Peluang politisi aliran sosialis itu untuk mendapatkan kembali kekuasaan memang terbuka lebar. Namun, dia diperkirakan membutuhkan waktu negosiasi hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk membentuk pemerintah dari parlemen baru yang terpolarisasi.

Pada salah satu pemilihan umum paling sengit di negara itu dalam beberapa dasawarsa, kebangkitan partai nasionalis Vox memecah suara sayap kanan. Situasi yang menggaungkan peta kekuatan parlemen yang terfragmentasi di seluruh Eropa, di mana kelompok-kelompok tradisional telah menyerah pada para pemula yang anti kemapanan.

Ini adalah pemilu nasional ketiga dalam empat tahun, setelah dua yang pertama mengikis dominasi selama berpuluh-puluh tahun dari dua partai terbesar, kaum Sosialis dan Partai Populer yang konservatif.

Baik blok politik sayap kanan atau kiri kini tidak memiliki suara mayoritas, menurut hasil penghitungan sementara dari Kementerian Dalam Negeri dengan 80 persen suara telah dihitung.

Partai kaum Sosialis Sanchez memimpin dengan 123 kursi di parlemen yang berisikan 350 kursi. Partai Rakyat konservatif arus utama (PP) diprediksi merebut 65 kursi, Ciudadanos kanan-tengah (‘Citizens’) di 57 kursi, Podidos Unidas paling kiri di 42 dan Vox kanan-kanan di 24 kursi.

Ada spekulasi sebelum pemilihan tentang kemungkinan koalisi antara kaum Sosialis dan Ciudadanos. Meskipun para pemimpin kedua partai mengesampingkan ikatan apa pun.

Jika mereka ingin membentuk aliansi, mayoritas parlemen mereka akan berarti bahwa Sanchez tidak perlu mencari dukungan dari partai-partai regional yang mendukung kemerdekaan Catalan.

Namun, Dia akan menghadapi blok besar anggota parlemen sayap kanan.

“Vox tanpa ragu adalah salah satu pemenang besar malam itu,” Narciso Michavila, kepala lembaga survei GAD3, mengatakan di televisi nasional.

Dalam pemilu yang didominasi oleh nilai-nilai budaya dan identitas nasional daripada ekonomi, kampanye Vox ditandai dengan referensi yang penuh semangat terhadap sejarah, adat istiadat, dan kelangsungan hidup Spanyol sebagai bangsa.

“Mereka mengatakan tidak mungkin bagi kita untuk sampai di sini, dan kita sudah melakukannya,” kata petinggi Vox terkemuka, Rocio Monasterio berbicara di televisi dari markas besar partai.

Kesulitan mengumpulkan koalisi pemerintahan dalam lanskap politik yang begitu retak berarti bahwa mungkin saja Spanyol bisa menuju pemilihan ulang yang terus berulang. (REUTERS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Wisatawan Diperingatkan Tidak Selfi di Tempat Berbahaya di Australia

0

EpochTimesId – Para model Instagram, turis, dan warga lainnya diperingatkan oleh para petugas untuk tidak mendekati tebing yang menyuguhkan pemandangan indah. Peringatan muncul setelah seorang Model Instagram, mempopulerkan Diamond Bay di Australia, setelah dia mengambil foto di tepi tebing.

Aksi selebgram itu mendorong seorang pejabat, Stephen Leahy dari Westpac Life Saver Rescue Helikopter, untuk mengeluarkan peringatan melalui media berita lokal.

https://www.instagram.com/p/Bu4rZChBf3G/?utm_source=ig_embed

“Sangat mudah untuk mengambil satu langkah terlalu jauh, untuk mendapatkan gambar yang sempurna dan Anda akan berada dalam kesulitan,” kata Stephen kepada Nine News Australia.

“Angin atau sandungan atau apa pun, (dan) itulah akhir dari (hidup) mereka karena tebing terjal,” seorang warga, Rona Kahn menimpali dalam pemberitaan Nine News tentang bahaya selfi di spot-spot terjal dan berbahaya.

“Kami melihat banyak turis yang lewat, saya meyakini ada bus wisata yang mengantar sekelompok orang dan itu wajar, pemandangan sangat indah di sini,” warga lainnya, Laura Dewit juga menambahkan.

https://www.instagram.com/p/BwzPfJxlIlP/?utm_source=ig_embed

Peringatan Tebing Lainnya
Beberapa bulan yang lalu, polisi Amerika Serikat mengeluarkan peringatan kepada wisatawan yang menjuntai di atas tebing.

Turis mencoba mengambil foto diri mereka dengan kaki tergantung di tebing pantai ‘Beachy Head’ setinggi 500 kaki di sepanjang Pantai Sussex. Mereka harus melewati pagar pembatas yang dibangun untuk menjauhkan orang dari daerah berbahaya tersebut.

“Kami mengalami hari yang menyenangkan di Beachy Head kemarin sampai kami melihat ini!! TOLONG jangan duduk di tepi atas tebing, itu sangat berbahaya. Anda tidak tahu apa yang Anda duduki,” tulis Direktorat Udara Polisi Nasional (NPAS) pada pertengahan Februari 2019.

Mereka menambahkan bahwa orang-orang berada di bagian berpagar di atas tebing. Pejabat NPAS tampaknya terbang di atas tebing ketika mereka mengambil foto.

‘Selfie Deaths’
Jurnal Kedokteran Keluarga dan Perawatan Primer (The Journal of Family Medicine and Primary Care) mengatakan bahwa sekitar 259 orang telah meninggal sejak 2011 saat mengambil foto narsis atau selfi (self fotografi). Sebagian besar korban berusia di bawah 30 dan sekitar 72 persen adalah laki-laki, menurut organisasi itu.

Tercatat bahwa pria lebih cenderung mengambil foto berisiko.

“Kematian akibat selfie telah menjadi masalah yang muncul dan kami melakukan penelitian ini untuk menilai epidemiologi kematian akibat selfie di seluruh dunia,” kata abstrak yang diterbitkan oleh Perpustakaan Kedokteran Nasional AS.

“Jumlah insiden dan selfi-mematikan tertinggi telah dilaporkan di India, dan diikuti oleh Rusia, Amerika Serikat, dan Pakistan,” menurut lembaga AS itu.

“Tenggelam, terbawa arus, dan jatuh, menjadi penyebab paling utama untuk kematian yang disebabkan oleh selfie. Kami juga mengklasifikasikan alasan kematian karena selfie sebagai perilaku berisiko atau perilaku tidak berisiko. Perilaku berisiko menyebabkan lebih banyak kematian dan insiden karena selfie daripada perilaku tidak berisiko. Jumlah kematian pada wanita lebih sedikit karena perilaku berisiko daripada perilaku tidak berisiko sementara itu sekitar tiga kali pada pria,” tutup mereka. (JACK PHILLIPS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Warga Australia Temukan Laba-Laba Sushi Aneh di Tangga Rumah

0

EpochTimesId – Sebuah foto laba-laba yang berwarna-warni membuat para pengguna internet bingung, ngeri, dan membuka ensiklopedia serangga. Itu setelah seorang pria melihat makhluk aneh yang tampak di tangga rumahnya di Sydney, Australia.

William Williamson memposting gambar ke grup Facebook komunitas, menurut Daily Mail. Dia berharap netizen dapat membantu mengidentifikasi makhluk itu.

Laba-laba, dengan bercak hijau dan bintik-bintik merah muda salmon pada latar belakang putih, dengan cepat dijuluki sebagai “laba-laba sushi” oleh beberapa warganet.

“Saatnya membakar rumah,” tulis seorang komentator.

Yang lain menambahkan, “Pada pandangan pertama, saya pikir ini adalah sepotong sushi.”

Sushi Nasi (Foto : Pixabay/The Epoch Times)

“Apakah ini yang kelinci atau anjing Paskah ludahkan? Yuk,” tulis warganet lain, seperti dilaporkan oleh News.com.au.

Menurut situs berita tersebut, laba-laba itu akhirnya diidentifikasi sebagai Laba-laba Magnificent.

“Laba-laba perempuan yang luar biasa ini sangat khas dalam ciri-cirinya,” menurut situs web the Australian Museum.

“Warnanya putih dengan dua tombol kuning cerah di perutnya, dan sejumlah bintik-bintik berwarna salmon dan bercak juga. Tubuh dan anggota badan ditutupi dengan rambut-rambut halus panjang, terutama kaki depan.”

Mereka tidak berbahaya, dan mereka tidak memutar jaring untuk menangkap mangsanya.

Laba-laba betina itu dapat tumbuh hingga 2,5 cm (satu inci) panjangnya. Tetapi jenis jantan hanya mencapai sebagian kecil dari ukuran itu, sekitar 1,4 mm (0,05 inci).

Laba-laba yang luar biasa ini, adalah salah satu dari tiga spesies laba-laba bolas. Nama ini diambil dari senjata lempar Amerika Selatan yang terbuat dari tali dan beban, yang disebut bolas, dan mengacu pada cara mereka memikat mangsa dengan gumpalan lengket di ujung garis sutra.

“Gumpalan sutra lengket ini mungkin mengandung feromon yang meniru aroma spesies ngengat noctuid betina tertentu, menarik ngengat jantan yang tidak waspada dalam jangkauan,” menurut the Australian Museum.

Laba-laba merasakan getaran sayap ngengat dan memutar benang saat mendekati ngengat.

“Ngengat itu akhirnya mengepak cukup dekat untuk ditabrak dan menjadi terjebak pada bola. Laba-laba kemudian menarik untaian, menggigit dan melumpuhkan ngengat, dan memakannya segera. Atau menyimpannya untuk dimakan nanti, dibungkus dengan sutra sebagai cadangan makanan.”

Laba-laba Bolas sangat sensitif terhadap getaran sehingga mereka dapat dibujuk untuk memutar-mutar jerat mereka dengan memetik senar gitar.

Tetapi, ketika laba-laba bola memburu ngengat, invertebrata yang lebih besar bahkan dapat menangkap mamalia.

Awal tahun ini, rekaman muncul dari tarantula (laba-laba raksasa berbulu) seukuran piring makan menyeret opossum (mammalia seukuran anak kucing) muda melintasi lantai serpihan daun hutan Amazon.

Pertemuan grizzly, yang didokumentasikan untuk pertama kalinya, ditampilkan dalam sebuah artikel jurnal yang menampilkan serangan terhadap mamalia kecil oleh arthropoda, sejenis laba-laba, yang disaksikan oleh ahli zoologi di hutan Peru.

Beberapa kali setahun, ahli biologi dari University of Michigan melakukan perjalanan ke Peru untuk mempelajari interaksi predator-mangsa, seringkali pada malam hari, ketika predator penyergap menjadi agresif.

Suatu malam, peneliti Michael Grundler mendengar beberapa gesekan di serasah daun.

“Kami melihat ke atas dan kami melihat tarantula besar di atas opossum,” kata Grundler, rekan penulis makalah itu dalam sebuah pernyataan. “Opossum sudah ditangkap oleh tarantula dan masih berjuang dengan lemah pada saat itu, tetapi setelah sekitar 30 detik, mangsa itu berhenti meronta.”

Adik Grundler, Maggie mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto serta beberapa video.

Pertemuan itu adalah salah satu kasus yang ditampilkan dalam artikel yang diterbitkan di media Amphibian & Reptile Conservation.

Tarantula itu seukuran piring makan, dan opossum tikus muda itu seukuran softball, menurut pernyataan universitas. (SIMON VEAZEY/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Agen Rusia Divonis Penjara oleh Pengadilan Amerika Karena Tidak Melapor

0

EpochTimesId – Seorang hakim federal di Washington memvonis agen Rusia, Maria Butina selama 18 bulan penjara pada akhir pekan lalu. Warga Rusia itu pernah menyatakan penyesalannya karena tidak mendaftar sebagai agen asing di Amerika Serikat.

Butina juga mengakui tuduhan berkonspirasi dengan pejabat asing untuk mempengaruhi organisasi politik Amerika Serikat. Maria Butina mengaku bersalah atas satu tuduhan konspirasi untuk bertindak sebagai agen Rusia di AS tanpa mendaftar ke Departemen Kehakiman, sehingga menghadapi ancaman hukuman 5 tahun penjara.

Hakim Pengadilan Distrik AS, Tanya S. Chutkan memerintahkan hukuman 18 bulan. Namun, dia menambahkan bahwa hukuman itu akan mencakup 9 bulan yang telah dijalani sejak penangkapannya pada Juli 2018.

Di pengadilan, Butina mengatakan Dia menyesal telah ‘melukai rakyat Amerika’ dengan tidak mendaftar sebagai agen asing. Dia mengatakan, akan mendaftar jika dia tahu itu diperlukan, NPR melaporkan.

“Karena semua skandal internasional yang disebabkan oleh penangkapan saya, saya merasa malu dan memalukan. Orang tua saya mengajari saya kebajikan pendidikan tinggi, cara menjalani kehidupan secara sah, dan bagaimana menjadi baik dan ramah kepada orang lain. Saya memiliki tiga gelar, tetapi sekarang saya adalah penjahat terpidana tanpa pekerjaan, tanpa uang dan tanpa kebebasan,” mantan mahasiswa pascasarjana American University di Washington itu mengatakan, seperti dilansir Reuters.

Butina mengaku berkonspirasi dengan seorang pejabat Rusia, Alexander Torshin, yang merupakan wakil gubernur bank sentral Rusia dan juga dua warga Amerika dari tahun 2015 hingga penangkapannya pada tahun 2018. Dia bekerja dengan orang-orang untuk mencoba menyusup ke National Rifle Association, sebuah organisasi yang sangat selaras dengan konservatif Amerika dan politisi Republik termasuk Presiden Donald Trump. Bahkan, Trump berpidato di konferensi NRA sekitar satu jam setelah Butina dihukum hari ini.

Kasus pidana terhadap Maria Butina terpisah dari investigasi selama 22 bulan oleh Penasihat Khusus FBI, Robert Mueller, tentang campur tangan Rusia dalam pemilihan umum AS 2016, yang merinci serangkaian kontak antara tim kampanye Trump dan pejabat Rusia.

Reuters sebelumnya melaporkan bahwa Butina adalah pendukung Trump yang diduga mengatakan kepada orang-orang di pesta-pesta di Washington bahwa ia dapat menggunakan koneksi politiknya untuk membantu mereka mendapatkan pekerjaan di pemerintahannya. Jaksa federal menyimpulkan bahwa untuk sementara Butina tidak terlibat dalam spionase, dia bekerja atas kemauannya sendiri di belakang layar dalam lingkaran politik konservatif untuk menjalin hubungan dan meningkatkan hubungan AS-Rusia.

Itu termasuk tindakan seperti menghadiri acara di Washington dan New York untuk bertemu politisi terkenal dan mengatur makan malam bersama mereka. Banyak dari peristiwa ini telah didokumentasikan di halaman media sosial Butina, yang mencakup foto-foto dia menghadiri konferensi NRA dan doa tahunan profil tinggi di Washington.

Pengacara Butina berpendapat bahwa kegiatan politiknya dilakukan di tempat terbuka dan tidak dilakukan dengan penyimpangan, mereka mengatakan bahwa satu-satunya kejahatannya adalah dia tidak mengetahui hukum dan karena itu, tidak mendaftar dan memberi tahu Departemen Kehakiman, bahwa dia bekerja untuk mempengaruhi opini publik yang mendukung Rusia.
Kasus Butina, sejak semula disensorisasi oleh pers sebagai contoh ‘spycraft cabul’ Rusia, yang menghubungkannya dengan kampanye infiltrasi Rusia yang lebih luas ke dalam politik Amerika. Jaksa federal awalnya menuduh bahwa Maria Butina adalah agen rahasia Rusia yang menawarkan seks untuk mendapatkan akses ke tokoh-tokoh penting dalam gerakan konservatif.

Namun, mereka kemudian mengakui bahwa mereka salah dalam anggapan itu, setelah salah paham dengan berbagai pesan yang Butina kirim kepada orang-orang penting. Butina terlibat dalam hubungan romantis dengan Paul Erickson, yang menghadapi dakwaan terpisah atas penipuan kawat dan pencucian uang yang tidak terkait dengan kasus Butina. Butina telah melakukan kontak dengan Erickson sejak penangkapannya, tetapi menurut pengacaranya, dia tidak yakin mengenai masa depan hubungan mereka karena Butina akan dilarang memasuki AS setelah dia dideportasi ke Rusia, Washington Examiner melaporkan.

Setelah penangkapan dan interogasinya sepanjang tahun lalu, kisah nyata Maria Butina menjadi kurang menarik dan kurang relevan bagi pers karena tidak ada bukti yang muncul bahwa Dia bertindak sebagai bagian dari beberapa konspirasi besar yang melibatkan Rusia.

“(Dia) bukan mata-mata dalam arti tradisional dalam mencoba mendapatkan akses ke informasi rahasia untuk dikirim kembali ke negara asalnya. Dia bukan perwira intelijen terlatih,” demikian tertulis dalam dokumen putusan pengadilan. (KRISTIAN KAFOZOFF dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Sebuah Wajah yang Hancur: Kisah di Balik Foto yang Menunjukkan Kebrutalan Rejim Tiongkok kepada Dunia

0

EpochTimesId – Tidak butuh waktu lama hingga kulit Gao Rongrong rusak.

Tujuh jam setelah penjaga penjara memborgolnya ke radiator dan mulai menyetrum wajahnya dengan tongkat listrik bertegangan tinggi, darah dan rambut menempel di kulitnya yang terbakar, wajahnya bengkak parah, dan kulit di seluruh wajah dan lehernya lecet.

Itu hanyalah sebagian kecil dari penyiksaan kejam yang dijatuhkan kepada Gao Rongrong setelah ia ditahan karena berlatih Falun Dafa, sebuah latihan meditasi tradisional yang praktisinya telah menjadi sasaran penganiayaan tanpa henti di Tiongkok sejak tahun 1999.

Meskipun penyiksaan dan penganiayaan yang dialami Gao Rongrong saat dipenjara karena keyakinannya adalah cerita kelabu, namun ada sisi positifnya.

Foto-foto wajahnya yang hangus menyeramkan yang beredar telah mengejutkan dunia dan melakukan banyak hal untuk menunjukkan kekejaman yang menjijikan terhadap penindasan Falun Dafa oleh Partai Komunis Tiongkok. Foto-foto tersebut menarik perhatian masyarakat internasional dan Gao Rongrong menjadi contoh yang terkenal dari kampanye rezim Tiongkok terhadap praktisi Falun Dafa.

Foto Gao Rongrong diambil pada tanggal 7 Mei 2004, 10 hari setelah wajahnya disetrum berulang kali dengan tongkat listrik selama lebih dari tujuh jam oleh penjaga di Kamp Kerja Paksa Longshan. (Minghui.org)

Gagal Dalam Usaha Melarikan Diri

Setelah Partai Komunis Tiongkok memulai kampanye penganiayaan pada bulan Juli 1999, Gao Rongrong, yang bekerja sebagai akuntan Akademi Seni Rupa Luxun di Kota Shenyang, pergi ke Beijing untuk mengajukan petisi mengenai hak untuk berlatih Falun Dafa, sehingga ia ditangkap, ditahan, dan dikirim ke kamp kerja paksa beberapa kali — seperti yang juga dialami oleh banyak rekan praktisi Falun Dafa lainnya.

Pada bulan Juni 2003, Gao Rongrong dikirim ke Kamp Kerja Paksa Longshan selama tiga tahun, di mana ia menjadi sasaran kerja paksa, kurang tidur, pemukulan brutal, dan disetrum dengan tongkat listrik.

Di Longshan pada tanggal 7 Mei 2004, terjadi serangan di wajahnya. Segera setelah itu, karena tidak dapat menahan siksaan lagi, ia mencoba melarikan diri dengan melompat dari jendela di lantai dua (jendela kantor tanpa jeruji).

Namun usahanya gagal: Ia menderita kedua tulang panggul patah, kaki kiri patah, dan tumit patah karena jatuh.

Setelah itu, ia dipindahkan ke Rumah Sakit Keamanan Umum Shenyang di mana ia dijaga. Ketika akhirnya kedua saudarinya, Gao Weiwei dan Gao Lili, diizinkan untuk mengunjunginya, mereka menangis saat melihat wajah Gao Rongrong. Gao Rongrong pun menangis.

Dengan suara lirih, Gao Rongrong memberitahu kedua saudarinya bagaimana dua penjaga menyetrumnya berulang kali di wajah, tangan, kaki, dan kaki selama lebih dari tujuh jam. Satu-satunya alasan mereka berhenti menyetrumnya adalah karena seorang napi sedang syok menderita serangan jantung. Tetapi salah satu penjaga mengancam Gao Rongrong bahwa ia akan kembali untuk menyetrumnya lagi.

“Ketika kami menjenguk Gao Rongrong pada tanggal 14 Mei, ia sangat kesakitan,” tulis kedua saudarinya menulis dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Minghui.org, sebuah situs web yang mengumpulkan informasi mengenai penganiayaan Falun Dafa.

“Ia disisipi kateter, dan luka di tangan dan kakinya masih parah. Kami bahkan tidak mampu membayangkan nyeri yang disebabkan oleh luka bakar di wajahnya — masih ada banyak lepuhan dan lepuhan yang bernanah di sekitar daging yang terbakar bahkan setelah seminggu kejadian. Ia juga mengalami patah tulang kaki dan tulang panggul.”

Penjaga penjara mengklaim luka bakar di wajah Gao Rongrong disebabkan oleh lompatannya dari jendela.

Keluarga yang pernah bahagia: Gao Rongrong (kiri) dengan orangtua dan kedua saudarinya. (Minghui.org)

Gao Rongrong Ingin Wajahnya yang Rusak Parah Dilihat Oleh Dunia

Gao Rongrong memberitahu saudarinya  bahwa ia ingin mereka mengambil gambar wajahnya dan menggunakannya untuk memberitahu dunia mengenai penganiayaan.

“Praktisi Falun Gong biasanya disiksa di sudut-sudut gelap kamp-kamp kerja paksa, disembunyikan oleh pihak berwenang. Ketika saya memutuskan untuk melompat keluar jendela, saya berpikir bahwa saya harus tetap hidup. Saya perlu melarikan diri dan menunjukkan luka bakar dan cedera yang saya derita kepada dunia untuk memperlihatkan tindakan jahat mereka kepada dunia,” kata Gao Rongrong.

Keesokan paginya, Weiwei berhasil membawa kamera dan dengan cepat mengambil beberapa foto tanpa diketahui oleh penjaga.

Keluarga Gao Rongrong dan beberapa rekan praktisi Falun Gong khawatir bahwa mempublikasikan foto-foto wajahnya yang cacat akan menempatkan Gao Rongrong dalam bahaya yang lebih besar, tetapi Gao Rongrong tidak ragu-ragu.

“Kita harus mengekspos penganiayaan. Selama bertahun-tahun, begitu banyak praktisi Falun Gong menderita penyiksaan yang mengerikan, tetapi sulit untuk mengungkap penganiayaan. Kini praktisi Falun Gong yang meningkatkan kesadaran akan hal ini berada di New York City. Tolong berikan foto-foto itu kepada mereka,” kata Gao Rongrong.

Pada tanggal 7 Juli 2004, foto-foto luka bakar di wajah Gao Rongrong diterbitkan di situs web Minghui. Dari sana, para praktisi yang tinggal di Barat memperlihatkannya di pawai dan demonstrasi untuk meningkatkan kesadaran mengenai penganiayaan terhadap rekan-rekan mereka di Tiongkok.

Selain itu, kasus Gao Rongrong menjadi studi kasus pertama dalam Laporan Hak Asasi Manusia PBB 2004 mengenai Penganiayaan Tiongkok terhadap Falun Gong.

Dalam sebuah video, Gao Rongrong berbicara mengenai cobaannya yang juga direkam selama waktu itu. Ia menggambarkan beberapa penyiksaan dan penganiayaan yang dideritanya dan dialami oleh praktisi lain di kamp kerja paksa.

“Mereka tidak memperlakukan kita seperti manusia. Praktisi Falun Gong semuanya adalah orang baik, orang-orang yang berlatih Sejati, Baik, dan Sabar, tetapi para penganiaya memperlakukan kami dengan sangat mengerikan sehingga seolah-olah mereka tidak memiliki hati nurani. Mereka dengan kejam melukai dan menyiksa kami tanpa penyesalan,” kata Gao Rongrong.

“Saya di sini, dan saya berharap kami  mendapatkan kebebasan. Saya berharap orang-orang yang baik hati di dunia dapat memperhatikan penganiayaan terhadap Falun Gong ini.”

Gao Rongrong sebelum penganiayaan. (Minghui.org)

‘Gao Rongrong Si Pemberani’

Kemudian, Gao Rongrong dipindahkan ke rumah sakit lain sebagai hasilnya permintaan yang berulang kali dari keluarganya, tetapi ia terus dipantu. Meskipun demikian, pada tanggal 5 Oktober 2004, entah bagaimana caranya, beberapa rekan praktisi Falun Gong berhasil menyelamatkan dan mengeluarkannya dari rumah sakit di bawah pengawasan polisi. Kemudian Gao Rongrong bersembunyi.

Pihak berwenang sudah sangat marah karena foto wajah cacat Gao Rongrong telah muncul di komunitas internasional, maka pihak berwenang melacak semua halte untuk menemukannya. Bahkan Luo Gan, yang saat itu menjadi ketua Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok dan orang yang bertanggung jawab untuk mengawasi kampanye penganiayaan, terlibat.

Tidak hanya Gao Rongrong, tetapi juga para praktisi Falun Gong yang membantunya juga diburu. Seluruh keluarga mereka juga diawasi dan dilecehkan.

Enam bulan kemudian, Gao Rongrong ditangkap kembali dan dikirim ke pusat pencucian otak di Kamp Kerja Paksa Zhangshi, dan dari sana dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Masanjia yang terkenal sangat sadis, yang di kalangan praktisi Falun Dafa dikenal sebagai “sarang gelap kejahatan” karena kebrutalan penjaga.

Tidak banyak yang diketahui apa yang terjadi padanya di sana, tetapi pada tanggal 6 Juni 2005, Gao Rongrong dikirim ke departemen darurat Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tiongkok di Shenyang.

Pada tanggal 12 Juni 2005, orangtua Gao Rongrong diberitahu bahwa mereka dapat mengunjunginya. Mereka bergegas ke rumah sakit dan mendapati bahwa Gao Rongrong tidak sadarkan diri dan bernapas melalui mesin. “Ia tiba dalam kondisi parah,” kata seorang dokter kepada mereka, menurut Minghui.

Praktisi Falun Dafa bermeditasi di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Denmark sebagai bagian dari protes terhadap Partai Komunis Tiongkok atas kematian Gao Rongrong karena penyiksaan, pada tanggal 21 Juni 2005. (Minghui.org)

Tiga hari kemudian, pada usia 37 tahun, Gao Rongrong meninggal dunia. Tetapi foto wajahnya yang hancur yang ia ingin dilihat oleh masyarakat internasional akan terus mengungkap kebiadaban dan kesia-siaan penganiayaan.

“Gao Rongrong adalah pemberani. Ia mengabdikan hidupnya untuk menunjukkan kepada dunia mengenai kebenaran kebrutalan  dan kekejaman rezim komunis di Tiongkok,” tulis saudarinya.

“Mungkin para pelaku ini tidak akan pernah mengerti mengapa Gao Rongrong begitu gigih dalam keyakinannya. Tetapi beberapa hal dapat menggerakkan seseorang begitu ia  menemukan imannya yang sebenarnya.” (Joan Delaney/ Vv)

VIDEO REKOMENDASI

Sumber Yang Dapat Dipercaya: Kementerian Luar Negeri Tiongkok Menawarkan Layanan Seksual untuk Menyuap Pejabat Asing

0

EpochTimesId – Ini adalah rahasia umum sudah pernah didengar oleh banyak orang di Tiongkok. Kementerian Luar Negeri Tiongkok menawarkan layanan seksual kepada diplomat asing sebagai bentuk suap, sehingga mereka akan melakukan penawaran dengan Tiongkok.

Contoh spesifik diceritakan oleh seorang pengusaha Tiongkok yang kini tinggal di pengasingan di Amerika Serikat. Sejak itu ia menggambarkan banyak contoh korupsi dan pelecehan yang ia saksikan sendiri saat bekerja di Tiongkok.

Hu Liren, 52 tahun, adalah penemu dan pengusaha dari Shanghai, Tiongkok. Perusahaannya, Shanghai Guren Environmental Protection Technology Co., memiliki beberapa paten pada sistem pendingin udara hemat-energi yang memanfaatkan energi panas bumi.

Pada tahun 2017, Hu Liren menemukan bahwa pipa yang dipasok oleh pabrik yang didukung pemerintah di Provinsi Shandong kepada perusahaannya adalah rusak. Hu Liren meminta ganti rugi hukum dari beberapa lembaga dan departemen pemerintah daerah, namun tidak berhasil. Setelah sekitar satu tahun upaya tersebut sia-sia, Hu Liren memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat pada bulan September 2018 dan mencari keadilan di kedutaan besar Tiongkok di Washington D.C.

Hu Liren dan lisensi paten intelektual yang dimilikinya. (Disediakan untuk Epoch Times berbahasa Mandarin oleh orang yang diwawancarai)

Suap Seksual

Hu Liren pertama kali memposting di Twitter tanggal 19 April 2019 sebuah tuduhan yang berani: “Kementerian Luar Negeri Tiongkok memiliki tim kerja khusus di Beijing, yang ditugaskan untuk menemukan wanita cantik dan mengirimkannya ke politisi asing yang berkunjung untuk melakukan suap seksual.”

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Epoch Times berbahasa Mandarin pada tanggal 23 April 2019, Hu Liren menjelaskan kisah di balik tweetnya.

Hu Liren mengatakan bahwa salah satu teman wanitanya pernah direkrut oleh Kementerian Luar Negeri Tiongkok untuk memberikan layanan seksual kepada presiden sebuah negara Afrika. Namun, presiden tersebut telah melakukan kekerasan seksual kepada wanita tersebut. Waita tersebut memberitahu insiden itu kepada Hu Liren dan empat teman lainnya.

“Teman saya berasal dari timur laut Tiongkok. Ia berusia 40-an, cantik dan menawan,” kata Hu Liren.

“Saya benar-benar ingin memberitahu namanya pada anda dan menunjukkan fotonya kepada anda, tetapi saya tidak boleh melakukannya,” kata Hu Liren, yang menyatakan bahwa temannya masih berada di Tiongkok dan dapat mengalami hal yang tidak diinginkan jika identitasnya terungkap.

Untuk melindungi identitas wanita tersebut, Hu Liren menggunakan nama samaran Candy.

Hu Liren mengatakan seorang wanita berusia 50-an adalah mucikari yang dibayar oleh Kementerian Luar Negeri untuk menyediakan pelacur. “Mucikari tersebut bukanlah pegawai Kementerian Luar Negeri, tetapi memiliki hubungan baik dengan beberapa pejabat [di tim khusus],” Hu Liren menjelaskan.

Beberapa tahun yang lalu, ketika seorang presiden negara Afrika mengunjungi Tiongkok, staf presiden tersebut menyampaikan kepada Kementerian Luar Negeri bahwa sang presidem menginginkan layanan seksual, tetapi tidak ingin mempekerjakan seorang pelacur.

Mucikari menghubungi Candy, karena pada saat itu Candy menganggur dan membutuhkan uang.

Setelah mucikari dan Kementerian Luar Negeri menyepakati perjanjian layanan seksual sebesar 100.000 yuan (14.880 dolar Amerika Serikat), Candy terbang ke kota Guangzhou di Provinsi Guangdong, selatan Tiongkok untuk menemani sang pemimpin Afrika tersebut selama dua malam.

“Setelah Candy terbang kembali dari Guangzhou, kami makan malam bersama, ia menangis dan menangis setelah banyak minum arak,” kata Hu Liren. Ketika teman-teman Hu Liren dan Candy mencoba menghiburnya, Candy menceritakan kisah bagaimana pemimpin Afrika tersebut memaksanya untuk melakukan tindakan seks yang tidak ia setujui.

Candy berkata bahwa ia merasa amat sangat terhina.

“Kasus ini bukanlah kasus pribadi. Tim layanan seksual di Kementerian Luar Negeri bertanggung jawab atas penyuapan seksual ini,” kata Hu Liren.

Kasus ini bukanlah pertama kalinya diplomat asing dilaporkan terjebak dalam perangkap madu.

Dalam skandal seks pada tahun 2011, pihak berwenang Korea Selatan mengungkapkan bahwa lebih dari 10 diplomat Korea Selatan yang bekerja di Tiongkok melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita Tiongkok bernama Deng Xinmin, yang mampu mengekstraksi informasi intelijen utama dari mereka.

Deng Xinmin, yang berasal dari Shanghai, adalah perangkap madu. Suaminya, adalah seorang warganegara Korea Selatan yang oleh media disebut sebagai Tuan J, adalah orang yang mengungkapkan kesalahan istrinya.

Tuan J menghubungi pihak berwenang Korea Selatan setelah ia menemukan informasi sensitif pada stik USB istrinya, termasuk nomor telepon 200 pejabat tinggi pemerintah dan anggota kongres Korea Selatan; kontak darurat konsulat Korea Selatan di Shanghai; dan catatan visa yang dikeluarkan.

Pemerintah Seoul mengatakan pada konferensi pers pada bulan Maret 2011 bahwa para diplomat yang terlibat termasuk mantan konsul jenderal di Shanghai, Kim Jung Ki. (Nicole Hao/ Vv)

VIDEO REKOMENDASI

https://www.youtube.com/watch?v=EIJ5s9yhPUA

Korban Penganiayaan di Tiongkok Yang Selamat Memperingatkan Mengenai Perlakuan Rezim Tiongkok terhadap Kaum Uighur

0

EpochTimesId – Seorang pengungsi dari Tiongkok baru-baru ini melaporkan mengenai penganiayaan terhadap minoritas kaum Muslim Uyghur, menceritakan penjara-penjara yang penuh sesak, pelecehan, penyiksaan, dan kemungkinan pembantaian tahanan hati nurani melalui pengambilan organ.

Yu Ming adalah seorang pengusaha sukses yang dipenjara selama hampir 12 tahun di kamp kerja paksa dan penjara di Tiongkok karena berlatih disiplin spiritual Falun Gong. Pada bulan Januari 2019, berkat bantuan pemerintah Amerika Serikat, ia berhasil datang ke Amerika Serikat, bergabung dengan istri dan dua anaknya.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh kelompok pembela demokrasi, Inisiatif Kekuasaan Warganegara untuk Tiongkok di Washington pada tanggal 22 April 2019, Yu Ming menceritakan apa yang telah ia ketahui  dari anggota keluarga praktisi Falun Gong yang dipenjara yang mengunjungi penjara setiap bulan: Beberapa penjara telah dikosongkan untuk membuat ruang bagi kaum  Uyghur, sekarang fasilitas tersebut penuh di daerah asalnya Xinjiang.

Akun Yu Ming menguatkan laporan Radio Free Asia pada bulan Oktober 2018 bahwa pemerintah di wilayah Otonomi Uyghur Xinjiang barat laut Tiongkok “secara diam-diam memindahkan tahanan Uyghur ke penjara di provinsi Heilongjiang dan daerah lain di seluruh negeri untuk mengatasi ‘luapan’ tahanan politik yang penuh sesak di ‘kamp pendidikan-ulang’ di wilayah Uyghur.”

Yu Ming mengatakan bahwa orang-orang yang anggota keluarganya pernah ditahan di Penjara Tailai, di Provinsi Heilongjiang, timur laut Tiongkok, mengatakan penjara itu dikosongkan, lalu digunakan untuk memenjarakan tahanan Uyghur. Praktisi Falun Gong yang pernah ada di sana telah dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, dan dipindahkan ke berbagai penjara, demikian kata pemberi informasi.

Pengalaman Yu Ming dengan penjara rezim Tiongkok dimulai setelah diktator Jiang Zemin melancarkan kampanye pada bulan Juli 1999 untuk membasmi latihan Falun Gong, yang juga dikenal sebagai Falun Dafa.

Falun Gong menerapkan hidup sesuai dengan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar dan berlatih latihan meditasi. Segera setelah pengenalan praktik ini kepada publik Tiongkok pada tahun 1992, Falun Gong menjadi populer di seluruh negeri Tiongkok.

Dalam sebuah surat kepada Politbiro elit Partai Komunis Tiongkok pada bulan April 1999, Jiang Zemin meramalkan penganiayaan yang akan datang. Ia mengeluhkan banyaknya orang yang berlatih Falun Gong – pada tahun 1999, sumber-sumber rezim Tiongkok mengatakan 100 juta rakyat Tiongkok telah berlatih Falun Gong – dan menyatakan keprihatinannya bahwa ajaran moral tradisional Falun Gong mungkin terbukti lebih populer daripada ideologi materialis dan ateis Partai Komunis Tiongkok.

Metode yang Sama

Yu Ming mengatakan bahwa dari beberapa laporan yang tersebar mengenai apa yang telah terjadi di “kamp pendidikan-ulang” di Xinjiang, ia dapat mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok menggunakan metode yang sama yang telah digunakan terhadap praktisi Falun Gong untuk memaksa mereka melepaskan keyakinannya.

Misalnya, tahanan Uyghur tidak diizinkan menggunakan kamar kecil untuk jangka waktu yang lama, tidak diizinkan menemui dokter bila sakit, dipaksa berdiri untuk waktu yang lama sebagai hukuman, dan dipaksa untuk melakukan latihan seperti tentara.

Bahkan kebohongan, slogan, dan propaganda adalah sama, kata Yu Ming. Kamp pendidikan-ulang digambarkan sebagai “sekolah yang indah” dengan “ruang kelas yang cerah, rerumputan  dan pepohonan yang hijau,” dengan “petugas polisi yang pengasih” merawat semua orang, dan sebagainya.

Bahkan, siapa pun yang tidak taat sedikit akan dihukum berat dan disiksa. Yu Ming mengatakan ia telah mengalami berbagai macam penyiksaan, dan hampir disiksa sampai mati.

Video Rahasia

Yu Ming memutar rekaman video yang diambilnya dengan kamera tersembunyi di dalam Kamp Kerja Paksa Masanjia dan Penjara Benxi di Provinsi Liaoning di Tiongkok. Dalam rekaman itu, para tahanan tampak melakukan kerja paksa, terluka dan terbaring di tempat tidur karena penyiksaan yang parah, dan, dalam satu kasus, terbaring mati di ranjang penjara.

Setelah Yu Ming dibebaskan dari penjara pada tahun 2017, ia menyelidiki tuduhan bahwa rumah sakit Tiongkok mengambil organ dari tahanan hati nurani yang masih hidup untuk dipanen organnya untuk transplantasi. Ia merekam secara diam-diam di dalam beberapa rumah sakit di Beijing, yang menunjukkan penderita mengakui bahwa mereka dapat memperoleh organ dalam waktu tiga bulan.

Yu Ming mengatakan bahwa dalam satu contoh, seorang penderita mengatakan kepadanya bahwa ia dapat memperoleh satu  ginjal lagi hanya satu hari setelah transplantasi ginjal yang pertama, ginjal tersebut gagal berfungsi dengan baik.

Para peneliti yang menyelidiki transplantasi organ di Tiongkok telah menyimpulkan bahwa waktu tunggu yang sangat singkat untuk organ hanya mungkin terjadi jika rumah sakit memiliki sistem donor hidup di mana orang dapat dibunuh berdasarkan permintaan ketika organnya diperlukan.

Yu Ming mengatakan ia telah menjalani uji darah setidaknya tiga kali saat dipenjara, dan jumlah darah yang diambil darinya jauh di atas jumlah normal yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kesehatan rutin.

Mengingat bahwa kaum Uyghur juga menjadi sasaran uji darah dan DNA, Yu Ming mengatakan ia sangat khawatir bahwa kaum Uyghur juga menjadi target pengambilan organ secara paksa.

Dibutuhkan Tindakan yang Kuat

Kyle Olbert, direktur operasi Gerakan Kebangkitan Nasional Turkistan Timur, yang membela hak asasi manusia dari orang-orang yang tinggal di wilayah Xinjiang, mengatakan bahwa kesaksian Yu Ming adalah sangat kuat.

“Sejauh mana Partai Komunis Tiongkok menganiaya Falun Gong, Falun Dafa, benar-benar mengerikan, dan Partai Komunis Tiongkok harus bertanggung jawab untuk itu,” kata Kyle Olbert.

Kyle Olbert meminta Kongres Amerika Serikat  dan otoritas lain di seluruh dunia bebas untuk bersatu dalam mengutuk penganiayaan Partai Komunis Tiongkok terhadap etnis minoritas dan agama dan “siapa pun yang menolak untuk menjadi roda penggerak dalam mesin kejam Partai Komunis Tiongkok.”

Kyle Olbert percaya pemerintahan Donald Trump harus menjatuhkan sanksi UU Global Magnitsky yang kuat terhadap pejabat Partai Komunis Tiongkok yang secara langsung bertanggung jawab atas kekejaman tersebut. UU Global Magnitsky memungkinkan pemerintah Amerika Serikat untuk memberi sanksi kepada pejabat di negara lain yang bersalah atas pelanggaran hak asasi manusia.

“Kita tidak dapat terus duduk diam. Kita perlu menggunakan sarana yang dapat kita gunakan, yang mencakup sanksi, tarif, boikot konsumen terhadap barang-barang buatan Tiongkok, serta melepaskan kelembagaan dari perusahaan yang dikelola Partai Komunis Tiongkok – khususnya, perusahaan milik negara Tiongkok,” kata Kyle Olbert.

Perang Dagang Donald Trump

Yang Jianli, presiden Inisiatif Kekuasaan Warganegara untuk Tiongkok, mengatakan bahwa penting agar korban penyiksaan yang selamat seperti Yu Ming diberi forum untuk berbicara, karena pengalaman mereka menawarkan informasi langsung mengenai  penjara rezim Tiongkok.

Yang Jianli mengatakan ia berharap bahwa pertimbangan hak asasi manusia dan keamanan nasional dapat dihubungkan kembali dengan perang dagang, karena masalah ini saling terkait. Menurut Yang Jianli, kesalahan terbesar yang dibuat Amerika Serikat dalam 30 tahun terakhir adalah memutuskan hak asasi manusia dari perdagangan. Kekuatan ekonomi yang diperoleh rezim komunis Tiongkok melalui perdagangan telah meningkatkan kapasitasnya untuk penganiayaan dan pengendalian.

Pada saat yang sama, ketakutan Partai Komunis Tiongkok akan kehilangan kekuasaannya telah mendorongnya ke langkah-langkah yang lebih ekstrim untuk mengendalikan dan menekan rakyatnya, Yang Jianli mengatakan.

Kini banyak orang Amerika menyadari bahwa mereka membuat kesalahan besar dengan percaya bahwa melibatkan Tiongkok dan membantu Tiongkok untuk berkembang secara ekonomi terlebih dahulu akan “secara otomatis” mendorong demokrasi dan kebebasan di sana, kata Yang Jianli. Namun, memperbaiki kesalahan tersebut akan memakan waktu.

Perang dagang Presiden Donald Trump dengan Tiongkok telah membuka wawasan bagi Amerika Serikat untuk mengkonfigurasi ulang hubungannya dengan Tiongkok dan membuat banyak orang mengevaluasi kembali hubungan kedua negara, Yang Jianli mengatakan.

“Karena evaluasi ulang ini, orang-orang menjadi sadar bahwa kami bertindak terlambat. Tiongkok telah menjadi ancaman terbesar bagi Amerika Serikat. Dan alasan Tiongkok menjadi ancaman terbesar bukanlah akibat kekuatan ekonomi Tiongkok, namun diakibatkan oleh sistemnya, demikian kata Yang Jianli.

“Sifat sistem politiknya tidak berubah. Itu adalah rezim otokratis. Setelah memiliki lebih banyak uang, maka akan menjadi semakin mirip fasisme.”

Yang Jianli mengatakan bahwa meskipun Donald Trump tidak secara terbuka menyatakan niatnya untuk mengubah sistem politik Tiongkok, semakin banyak orang Amerika menyadari bahwa pertempuran ideologis dengan Partai Komunis Tiongkok adalah tak terhindarkan. Sementara itu, masyarakat umum memiliki tanggung jawab untuk mendorong perubahan, kata Yang Jianli. (Jennifer Zeng/ Vv)

VIDEO REKOMENDASI

https://www.youtube.com/watch?v=Uv1RJYlnXnE&t=40s

Alibaba Tetap Berada Dalam Daftar Hitam Pembajakan Pemerintah Amerika Serikat

0

EpochTimesId – Raksasa e-niaga Tiongkok, Alibaba Group, tetap berada dalam daftar hitam tahunan milik pemerintah Amerika Serikat yang menjajakan produk palsu.

Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat mengatakan pada tanggal 25 April 2019 bahwa Taobao.com, pasar online Alibaba, terus menjual barang-barang bajakan dengan “volume tinggi,” menurut perusahaan-perusahaan yang mengatakan mereka telah menjadi korban.

Dikatakan juga bahwa Alibaba memiliki prosedur yang “tidak efektif” untuk mengeluarkan produk palsu.

Kantor perdagangan juga menambahkan Arab Saudi ke “daftar pantauan prioritas” tahunan dari negara-negara yang tidak memadai untuk melindungi kekayaan intelektual, mengutip kegagalannya untuk melindungi obat-obatan dari persaingan palsu dan pembajakan film dan acara televisi yang berkelanjutan pada layanan BeoutQ.

Yang juga termasuk dalam “daftar pantauan prioritas” tahun ini adalah Aljazair, Argentina, Chili, Tiongkok, India, Indonesia, Kuwait, Rusia, Ukraina, dan Venezuela.

Kanada dan Kolombia tahun ini telah dihapus dari daftar hitam. Tahun lalu Kanada setuju untuk meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual sebagai bagian dari negosiasi ulang perdagangan bebas Amerika Utara dengan Amerika Serikat dan Kanada.

Kolombia memperbarui undang-undang hak ciptanya dan meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual.

Tiongkok, termasuk wilayah otonomnya Hong Kong, terus bertanggung jawab atas sebagian besar penyitaan barang-barang palsu oleh Bea Cukai Amerika Serikat, menurut catatan kantor perdagangan.

Daftar pantauan prioritas dan daftar hitam pasar-pasar yang buruk diterbitkan setiap tahun dan tidak secara langsung terhubung dengan sengketa perdagangan selama setahun antara Amerika Serikat dengan Tiongkok.

Dua negara ekonomi terbesar di dunia ini telah mengenakan pajak impor masing-masing senilai 360 miliar dolar Amerika Serikat. Amerika Serikat menuntut Tiongkok untuk mengakhiri kebijakan yang merugikan perusahaan Amerika Serikat – termasuk subsidi industri, transfer teknologi secara paksa, dan hambatan akses pasar.

Pembicaraan untuk mengakhiri pertikaian tersebut dijadwalkan akan dilanjutkan minggu depan di Beijing. (Associated Press/ Vv)

VIDEO REKOMENDASI

https://www.youtube.com/watch?v=7CbfATVuHb0

Kecerdasan Buatan, Merobohkan Sistem Otoriter Komunis Tiongkok

0

Gongzi Chen

Seiring dengan kemajuan pesat kecerdasan buatan atau Artificial Inteligence – AI, maka revolusi teknologi baru akan segera tiba. Baru-baru ini AlphaGo telah mengalahkan Ke Jie anak ajaib permainan ‘Go’. Itu hanya merupakan sebuah awal kecil AI memamerkan kekuatannya.

Perpaduan kecerdasan buatan dan robot akan mengubah seluruh masyarakat umat manusia dalam beberapa dekade mendatang. Gambaran dalam film-film fiksi ilmiah seperti “Dunia Barat” adalah dunia nyata di masa depan.

Menurut survei gabungan dari media Jepang dan Inggris, dalam 820 profesi dan 2.069 jenis pekerjaan di dunia, terdapat 710 jenis diantaranya akan digantikan oleh robot. Itu berarti menduduki 34% dari total pekerjaan. Diantaranya di Jepang, Amerika Serikat dan berbagai negara di Eropa pada dasarnya bakal ada sekitar setengah dari jenis pekerjaan yang ada akan digantikan oleh robot.

Dapat dilihat bahwa kematangan dan kepopuleran kecerdasan buatan bukan hanya akan menciptakan kekayaan yang luar biasa besar, namun di saat yang sama juga akan membawa risiko besar yang tak dapat diduga misalnya seperti pengangguran dalam skala besar.

Hal itu mutlak bukan isapan jempol belaka. Belum lama ini, para pengusaha bisnis dan sains sukses seperti Bill Gates, Elon Musk, Stephen Hawking, Mark Cuban dan lainnya mengeluarkan peringatan yang sama.

Digerakkan oleh ekonomi pasar, kekayaan baru yang diciptakan oleh A.I. akan masuk ke dalam pundi pundi sekelompok kecil orang. Misalnya saja seperti investor A.I. yang memiliki kedudukan dan modal, lembaga pemerintah dan para manajer perusahaan yang menggunakan kecerdasan buatan, insinyur, pengacara dan para analis yang terlibat dalam industri terkait dan lain-lain.

Pada saat yang sama, hampir seluruh kerah biru dan sejumlah besar pekerjaan kerah putih akan sepenuhnya digantikan oleh A.I.

Jika tidak dapat mengatur secara efektif kelompok lemah yang tersingkirkan oleh revolusi teknologi maka kemungkinan akan menyebabkan kekacauan besar di negara dan masyarakat.

Sebenarnya dari sejarah revolusi industri di abad ke-19 bisa dilihat pertandanya. Pada awal abad ke-19, ketika revolusi industri sedang berkobar-kobar, para penenun di seluruh Inggris mengatasnamakan “Luddite” melakukan aksi-aksi pengrusakan dan penjarahan terhadap peralatan pabrik tenun. Aksi-aksi itu untuk menunjukkan protes terhadap mesin yang menggantikan tenaga manusia.

Sebenarnya para pekerja pada saat itu tidak sepenuhnya menolak mesin tenun, karena pengembangan mesin tenun sangat meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan daya saing perusahaan dan merupakan hal yang baik bagi para pekerja perusahaan.

Para pekerja menuntut “laba yang adil” karena keuntungan baru yang didapat perusahaan dari produksi mesin besar tidak masuk ke dalam kantong pekerja.

Pada tahun 1812, otoritas Inggris memberlakukan undang-undang yang melarang merusak mesin pabrik dan mengirim puluhan ribu tentara untuk menindas.

Pada akhirnya, 24 orang ludditers dihukum gantung dan puluhan orang dipenjara,  51 orang diasingkan ke Australia.Gerakan Luddite dalam sejarah hanya terbatas pada industri tenun Inggris, tetapi cakupan A.I. di masa depan akan jauh lebih besar dari industri tertentu melainkan adalah keseluruhan profesi dalam masyarakat dari ratusan juta populasi pekerja.

Pada saat itu tak peduli seseorang adalah pelayan restoran, kurir, sopir taksi, agen real estat, bankir, atau pekerja manufaktur yang tersebar di jalan besar dan kampung kecil, mereka semua menghadapi akhir yang pasti yakni tidak luput dari pengangguran yang tak terhindarkan.

Khususnya adalah para muda-mudi yang masuk dalam profesi ini dalam 10 tahun ke depan. Setelah bekerja selama bertahun-tahun, mereka menerima surat pemberitahuan Pemberhentian Kerja maka mereka akan menemukan bahwa dunia tiba-tiba berubah. Mereka tersingkir dalam usia paruh baya yang masih sehat dan kuat.

Anak-anak mereka sejak baru lulus sudah menemukan bahwa struktur pengetahuan dalam buku pelajaran di universitas sudah tak berarti sama sekali. Semua mata pelajaran dikalahkan sepenuhnya oleh operasi mesin.

Apakah mereka akan seperti para ludditers ketika kehilangan pekerjaan dan kebencian ekstrim lantas melakukan serangan secara berkelompok?

Namun ada pendapat bahwa dalam populasi pionir A.I. di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa, karena model politik representatif yang terbuka dan inklusif, struktur sosial yang stabil, tingkat pendidikan warganya yang cukup tinggi dan saluran informasi yang lancar, pemerintah terpilih akan menyesuaikan kebijakan pada waktunya.

Misalnya seperti Bill Gates yang mengusulkan mengenakan pajak pendapatan pada robot cerdas yang menggantikan tenaga kerja manusia. Kemudian melalui distribusi kekayaan yang relatif terbuka, transparan dan masuk akal, mengeluarkan sebagian dari laba baru untuk menunjang kelompok lemah dalam membantu mereka mengatasi kesulitan hidup secara bertahap.

Krisis global yang disebabkan oleh kecerdasan buatan dalam taraf tertentu akan mendapatkan penguraian dan peredaan jangka panjang hingga menemukan kesempatan dan jalan keluar di negara-negara itu.

Karena itu harus bersikap optimis dan berhati-hati terhadap perkembangan kecerdasan buatan di negara maju. Oleh karena sifat manusia, langkah laju ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan terhenti hanya karena ditentang oleh beberapa orang. Orang  hanya dapat menerima kenyataan dan menggunakan kecerdasan umat manusia untuk mengantisipasi krisis yang terpendam dan menemukan solusinya.

Lagi pula di negara maju dengan sistem terbuka dan inklusif, mereka juga memiliki kesempatan membuat eksperimen yang salah. Bagaimanapun buruknya kebijakan itu juga memiliki keseimbangan dan pengawasan, kekuatan publik yang bagaimanapun buruknya juga memiliki peluang diubah dan diperbaiki.   

Tetapi bagi sejumlah negara di dunia yang sedang bangkit tidak memiliki kesempatan untuk mencoba kesalahan semacam itu.  Begitu gagal pasti menjadi penyesalan untuk selamanya.

Negara-negara seperti itu yang diwakili oleh Tiongkok, umumnya tujuan utama dari otoritas adalah untuk melindungi vested interest dan mengejar “stabilitas diatas segalanya”.

Mereka tidak bertanggung jawab kepada publik dan ingin mempertahankan sistem struktural yang “diri sendiri makan kenyang, orang lain kekurangan”, asalkan warga yang kekurangan dapat mencapai taraf “hidup cukup dan tidak mengacau” sudah boleh. Operasional dan kebijakan pemerintah sulit untuk mencerminkan lebih jauh aspirasi dan keinginan mayoritas warganya pada semua tingkatan.

Penulis Gongzi Chen berpandangan, pada saat itu, ketika negara seperti itu menghadapi kemajuan iptek kecerdasan buatan, hanya ada dua jalan yang dapat ditempuh:

Pertama: Untuk menghindari tekanan pengangguran yang tak tertahankan dan faktor pergolakan yang laten, menolak seluruhnya atau menolak sebagian revolusi baru A.I. dan melanjutkan pengembangan industri yang sesuai dengan langkah sendiri.

Akibat langsung dari hal itu adalah: negara-negara lain berkembang dengan cara melompat karena revolusi iptek sedangkan di Tiongkok berhenti dan tak mau maju sehingga menyebabkan kesenjangan semakin jauh saja.

Di dalam dunia “digital social Darwinism” yang mengusung hukum rimba, ekonomi, teknologi dan militer berkembang dengan kecepatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Setiap penolakan terhadap penerapan teknologi baru sama dengan pengabaian diri, dan pengabaian diri sama dengan penghancuran diri.

Kedua: Benar-benar merangkul revolusi baru kecerdasan buatan dan mengikuti langkah perkembangan negara-negara maju dengan sikap strategis. Akibat langsung dari hal itu adalah: bahwa tekanan internal dalam segala aspek  seperti peluang kerja dan lain-lain yang sudah ada dalam masyarakat akan meningkat dengan kelipatan eksponensial dalam waktu singkat. Mobilisasi dan daya memaksa mesin negara semakin tidak bisa mengikuti, tidak dapat melakukan pengepungan dan pengejaran yang kuat dan menerapkan kebijakan bumi hangus.

Pada saat yang sama, karena bentuk sistem korupsi dan nepotisme yang bersifat kaku, tidak dapat melakukan pengerukan dan drainase yang berbiaya rendah dan efisiensi tinggi seperti negara maju yang terbuka dan inklusif.

Meskipun sistem otoritatif akan menggunakan kecerdasan buatan sampai batas tertentu, tetapi karena kemampuannya yang terbatas untuk mengendalikan dan ketidakmampuan untuk sepenuhnya mengendalikan teknologi AI Barat, lagi pula karena nilai-nilai yang berbeda tidak dapat memperoleh bantuan yang kuat dari negara maju mana pun. Pada akhirnya akan diterjang runtuh oleh air bah zaman walau sudah meronta dengan sengsara.

Dapat dilihat bahwa kedua jalan itu pada akhirnya memiliki tujuan yang sama. Apakah tidak ada pilihan jalan ketiga?

Ada, hanya dalam teori; tidak ada adalah realitas objektif. Ketika meninjau arus besar sejarah musim peradaban sedang mendulang emas dari pasir, mungkin kecerdasan buatan bagaikan batang jerami terakhir yang merobohkan sistem Komunis Tiongkok. (Lin/whs/rp)

Video Rekomendasi : 

Atau Simak yang Ini : 

https://www.youtube.com/watch?v=WET0mybwAgc

Terduga Anggota ISIS Ditangkap Ketika Rencanakan Serangan di Australia

0

EpochTimesId – Seorang tersangka teroris ISIS ditangkap di Turki pada 23 April karena dicurigai berencana menyerang acara peringatan Perang Dunia I di Gallipoli. Acara Peringatan tersebut rencananya akan dihadiri oleh ratusan warga Australia dan Selandia Baru.

Tersangka disebut oleh media lokal sebagai Abdulkerim Hilef. Sementara otoritas Turki mengatakan bahwa dia adalah warga negara Suriah berusia 26 tahun. Sebuah gambar yang beredar online menunjukkan seorang pria muda dengan rambut pendek dan brewok.

Sebuah sumber mengatakan pada Herald Sun bahwa polisi menduga Hilef berencana untuk mengebom peringatan pada 25 April 2019 atau mengendarai mobil ke kerumunan.

Pria itu ditangkap di Tekirdag, beberapa jam dari Gallipoli, setelah serangan polisi terhadap sel ISIS di Ismaniye, dekat perbatasan Suriah, menghasilkan informasi tentang serangan yang direncanakan. Info ini diperoleh dari ponsel dan kartu SIM.

Sumber-sumber keamanan Turki mengatakan kepada Australian Broadcasting Corporation bahwa serangan yang direncanakan itu sebagai balasan atas serangan baru-baru ini terhadap masjid-masjid di Christchurch, Selandia Baru.

Ancaman itu muncul setelah Turki melarang warga mereka menghadiri peringatan Hari Anzac pada 25 April 2019 karena masalah keamanan. Dan juga setelah pihak berwenang Turki menangkap empat warga Suriah pada 16 April, yang diduga anggota ISIS lainnya pada 18 April 2019.

Setiap tahun, warga Australia dan Selandia Baru melakukan perjalanan ke Turki untuk upacara peringatan memperingati kampanye militer 1915 yang gagal oleh ANZAC dan pasukan sekutu untuk mengusir pasukan Ottoman dari Gallipoli dan wilayah Dardanelles.

Kegiatan peringatan dijadwalkan untuk hari Rabu dan Kamis.

Angkatan Pertahanan Selandia Baru mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diperoleh media ‘1 News’ bahwa pihaknya mengetahui laporan bahwa tersangka anggota ISIS ditangkap.

“Ini masalah bagi Otoritas Turki,” kata pasukan pertahanan dalam sebuah pernyataan.

Beberapa pemandu wisata di situs Anzac Cove mengatakan kepada Stuff, media Selandia Baru, bahwa banyak orang yang berencana menghadiri peringatan tersebut telah membatalkan perjalanan mereka setelah serangan Christchurch.

Salah satu agen perjalanan wisata mengatakan perusahaan tempat dia bekerja melakukan sejumlah pembatalan dari orang-orang yang mengatakan mereka khawatir dengan keamanan. Mereka mengatakan selalu menghadiri peringatan selama 22 tahun terakhir, namun tidak jadi mengikuti agenda tahun ini.

“Sedih. Ini tempat saya, ini hidup saya,” katanya.

Turki mengatakan ISIS bertanggung jawab atas beberapa pemboman yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016, yang totalnya menewaskan sekitar 200 orang. Meskipun kelompok teroris belum aktif di Turki akhir-akhir ini, pihak berwenang masih melakukan operasi rutin terhadap tersangka anggota ISIS.

Layanan ANZAC tahun ini datang sebulan setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadapi kritik dari Australia dan Selandia Baru. Kritik Australia dan Selandia Baru menanggapi komentar yang dia buat setelah seorang pria bersenjata menewaskan 50 orang di dua masjid di kota Christchurch pada 15 Maret 2019.

Erdogan memutar video dari penembakan pada kampanye pemilihan lokal. Dia mengatakan pria bersenjata itu menargetkan Turki dengan mengatakan dalam sebuah manifesto yang diposting online, bahwa orang Turki harus dikeluarkan dari separuh bagian Istanbul yang terletak di teritorial Eropa.

Dia juga mengancam akan mengirim kembali peti mati siapa pun yang mencoba membawa pertempuran ke Istanbul.

Seorang warga Australia, Brenton Tarrant, 28 tahun, yang diduga penganut ‘supremasi kulit putih’, didakwa dengan 50 dakwaan pembunuhan atas penembakan massal pada masa damai yang terburuk di Selandia Baru. Lima puluh orang lainnya terluka dalam serangan itu. (ZACHARY STIEBER, Reuters, dan NTD.com/The Epoch Times)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Ratusan Migran Termasuk dari Asia Afrika Masuk Meksiko Dengan Tujuan Akhir AS

0

EpochTimesId – Sekitar 300.000 migran dari seluruh dunia memasuki Meksiko. Mereka memiliki tujuan akhir menyeberang secara ilegal ke Amerika Serikat dalam tiga bulan pertama tahun 2019, menurut data otoritas Meksiko.

Menteri Dalam Negeri negara itu, Olga Sánchez Cordero mengatakan pada konferensi pers pada 23 April 2019, bahwa Meksiko telah mengalami peningkatan migran dari Honduras dan jumlah yang lebih kecil dari Guatemala, El Salvador, dan Kuba. Ada pula imigran dari negara-negara Afrika dan Asia, menurut laporan berita situs berita lokal, Mexico News Daily.

Sánchez Cordero menggambarkan aliran migrasi ini sebagai “belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak biasa” dan menambahkan bahwa “enam karavan madrecitas” atau karavan ibu kecil yang memiliki sekitar 2.000 orang di setiap memasuki Meksiko dalam beberapa bulan terakhir.

“Diperkirakan bahwa selama tiga bulan pertama tahun ini, lebih dari 300.000 migran telah transit di Meksiko untuk memasuki Amerika Serikat secara ilegal,” kata Sánchez Cordero, seperti dilaporkan stasiun radio KJZZ. “Ada perubahan dalam aliran migran yang memasuki negara kita.”

Sánchez Cordero tidak merinci bagaimana rencana, jalur, dan cara para migran ini ingin memasuki Amerika Serikat secara ilegal.

Pada tanggal 18 April, seorang reporter Epoch Times yang berada di perbatasan melaporkan bahwa agen Patroli Perbatasan telah menangkap tujuh etnis Tionghoa, satu orang Meksiko, dan satu anak El Salvador yang melintasi perbatasan secara ilegal di Mission, Texas.

“Pergi bersama #BorderPatrol di Mission, Texas, dan baru saja menangkap 7 orang China, 1 orang Meksiko, dan 1 anak El Salvador. Semua berusaha menghindari penangkapan. Pria China itu mengatakan dia membayar US$ 15 ribu untuk seluruh paket (penerbangan ke Meksiko, dan diselundupkan melintasi perbatasan),” tulis reporter The Epoch Times, Charlotte Cuthbertson.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Marcelo Ebrard mengatakan bahwa mereka tidak menahan migran dalam menanggapi tekanan dari Amerika Serikat. Dia menambahkan bahwa kebijakan imigrasi Meksiko tidak berubah dan tidak akan pernah berubah.

Pihak berwenang Meksiko telah menahan 371 migran termasuk wanita dan anak-anak di Mapastepec, Chiapas, pada 22 April. Akan tetapi, Sánchez Cordero mengatakan ini terjadi karena para migran bertindak agresif terhadap personel National Immigration Institute (INM), seperti dilaporkan oleh Mexico News Daily.

Peningkatan migran yang mencoba memasuki Amerika Serikat juga dikuatkan oleh data Customs and Border Patrol (CBP).

Awal bulan ini, CBP mengatakan para agen bertemu dengan lebih dari 103.000 orang di perbatasan barat daya pada bulan Maret. Dari jumlah tersebut, 92.000 adalah kekhawatiran Patroli Perbatasan, yang merupakan peningkatan 35 persen dibandingkan Februari 2019.

Badan itu juga mengatakan bahwa untuk paruh pertama tahun fiskal 2019, agen menangkap lebih dari 385.000 alien ilegal di perbatasan barat daya, yang lebih dari dua kali lipat dari penangkapan selama periode yang sama tahun fiskal lalu.

Kasus Penipuan Rombongan Keluarga
Dalam konferensi pers baru-baru ini, penjabat Menteri Keamanan Keamanan Dalam Negeri AS, Kevin McAleenan mengatakan Patroli Perbatasan telah mengidentifikasi lebih dari 3.000 kasus unit keluarga yang ‘curang’ (palsu) dalam enam bulan terakhir.

“Sangat jelas bahwa kartel dan penyelundup mengetahui kelemahan dalam hukum kita. Mereka tahu bahwa unit keluarga dan anak-anak yang tidak didampingi akan dibebaskan tanpa konsekuensi untuk ‘entri ilegal’ mereka,” kata McAleenan pada 17 April selama turnya di McAllen, Texas, dikutip dari KVEO.

Dia mengatakan imigran ilegal akan berusaha keras untuk mencari suaka di Amerika Serikat, dengan terlibat dalam apa yang disebutnya ‘sindikat daur ulang anak’, lapor Texas Public Radio.

“Anak yang sama dibawa melintasi perbatasan dengan orang dewasa beberapa kali untuk mencoba dan mendapatkan pembebasan bahwa unit keluarga diperlukan di bawah perintah pengadilan,” kata McAleenan.

“Dalam sebuah tweet pada tanggal 23 April, McAleenan terus menyoroti masalahnya, dengan mengatakan, “Anak-anak yang melakukan perjalanan ke utara adalah yang paling rentan. Mereka tiba dalam kondisi lebih tersiksa setelah melalui perjalanan brutal. Penyelundup menyadari celah dalam hukum kita dan mengeksploitasi mereka untuk mendapat untung. @DHSgov melakukan segala yang kami bisa untuk menghadapi epidemi berbahaya ini.”

Selain itu, CBP terus memperingatkan tentang ‘upaya sistematis’ dalam penyelundup manusia untuk membawa orang-orang masuk ke Amerika Serikat.

Pada 24 April, agensi merilis sebuah video yang memperlihatkan para lelaki bersenjata lengkap mengawal seorang wanita dan putranya melintasi perbatasan barat daya.

“Kamera #BorderPatrol mengamati para lelaki bersenjata yang mengawal seorang ibu dan putranya yang berusia 8 tahun ke perbatasan int’l di sebelah barat Lukeville, AZ,” tulis badan federal itu pada 23 April. “Para lelaki bersenjata itu meninggalkan pasangan itu di suatu titik. Biasanya digunakan oleh penyelundup untuk membawa kelompok besar orang Amerika Tengah ke negara itu secara ilegal.” (JANITA KAN/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Reporters Without Borders : Laporan The Epoch Times Tentang Tiongkok Sangat Penting

0

oleh Liang Zhen dan Wu Xueer

Setelah laporan Jaksa khusus penyelidikan Amerika Serikat, Robert Mueller selama 2 tahun tentang dugaan Kolusi dengan Rusia terkait Pilpres AS 2016 dirilis, pelanggan Epoch Times berbahasa Inggris melonjak. Sedangkan di Hong Kong, Epoch Times juga telah sepenuhnya dikonversikan menjadi surat kabar harian yang berbayar, juga cukup menjadi perhatian masyarakat.

Direktur Reporters Without Borders Biro Asia Timur, Cedric Alviani  memuji Epoch Times karena memainkan peran vital dalam melaporkan berita-berita Tiongkok.

Reporter Without Borders sebelumnya menerbitkan laporan yang mengungkap pengaruh dan kendali media berbahasa Mandarin di luar negeri.

Epochtimes versi bahasa Indonesia

Alviani dalam sebuah wawancara eksklusif di Hongkong mengatakan bahwa kontrol bicara akan diperketat oleh komunis Tiongkok pada tahun 2019.

Alviani mengatakan : “Yang lebih buruk adalah bahwa komunis Tiongkok sekarang mencoba untuk mengekspor model sensor online mereka, dan mereka juga mencoba untuk mengekspor mode mereka dalam meninjau media.”

Namun, laporan itu menyebutkan bahwa masih ada beberapa media Tiongkok independen di luar negeri, termasuk Epoch Times dan NTDTV yang membantu masyarakat untuk klarifikasi fakta.

“The Epoch Times memainkan peran penting dalam melaporkan berita-berita Tiongkok, karena topik yang independen dari pengaruh komunis Tiongkok menjadi semakin langka”, kata Alviani.

Direktur Reporters Without Borders Biro Asia Timur, Cedric Alviani

Setelah 18 tahun penerbitan, The Epoch Times Hongkong mulai 1 April tahun ini telah menjadi media cetak harian berbayar yang diminati oleh kaum arus utama.

Alviani mengungkapkan sangat senang melihat surat kabar baru yakni Epoch Times Hongkong berjajar di stan-stan toko swalayan di Hongkong.

Menurut dia, terutama di lingkungan Hongkong, semakin banyak media yang mendapat tekanan dari komunis Tiongkok, merupakan hal yang penting dengan munculnya media yang berani menyajikan perbedaan yang sesuai dengan faktanya. (jon/asr)

Iran Ancam Blokir Selat Hormuz, AS Kerahkan Dua Kapal Induk ke Laut Mediterania

0

Epochtimes.id- Gedung Putih mengumumkan pada Senin 2 April lalu, bahwa pemerintah AS akan mengakhiri pembebasan sanksi importir minyak Iran mulai Mei 2019.

Pada hari yang sama Korps Garda Revolusi Iran yang telah diklasifikasikan sebagai organisasi teroris meresponnya dengan ancaman akan memblokir Selat Hormuz. Langkah Iran ini bertujuan memotong rute pengiriman minyak utama, sebagai pembalasan atas segala tindakan bermusuhan dari AS.

Sikap Iran tak membuat Amerika berdiam diri, Angkatan Laut AS langsung mengerahkan dua gugus tempur kapal induk ke Laut Mediterania, dan tidak ragu untuk meluncurkan perang.

Menurut laporan resmi terbaru yang dikeluarkan oleh Angkatan Laut AS, saat ini gugus tempur dari kapal induk USS John C. Stennis John the Stanislas telah menetap di Laut Mediterania. Kapal induk ini bergabung dengan gugus tempur dari kapal induk Abraham-Lincoln dan bekerja dengan sekutu dan mitra utama di kawasan operasional dari Armada ke-6 AS.

Langkah AS ini adalah pertama kalinya sejak 2016 silam saat Departemen Pertahanan AS mengerahkan dua kapal induk bertenaga nuklir dan gugus tempur mereka di Laut Mediterania.

Beberapa orang mengatakan bahwa langkah ini akan meningkatkan kekuatan penggentar pemerintahan Trump terhadap Iran di Timur Tengah.

Sebelumnya, ketika pemerintahan Trump pada November 2018 lalu mengumumkan bahwa mereka akan kembali menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap ekspor minyak Iran. Ini setelah memberikan keringanan dari sanksi ekonomi tersebut diberikan kepada delapan pembeli utama minyak mentah Iran seperti Taiwan, Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, Turki, Yunani dan Italia.

Sekarang pemerintah AS mengumumkan bahwa mereka akan membatalkan pengecualian ini, yang berarti bahwa semua pembeli minyak harus berhenti mengimpor minyak dari Iran dalam 8 hari ke depan, jika tidak mereka akan dikenai sanksi oleh pemerintah AS.

Sebagai serangan balik, pihak Iran berjanji untuk meningkatkan ekspor minyak untuk mengimbangi kerugian yang disebabkan oleh sanksi AS.

Seorang pejabat Kementerian Perminyakan Iran mengumumkan melalui Kantor Berita Tasnim Iran bahwa blokade AS terhadap ekspor minyak Iran tidak akan berhasil karena Iran memiliki pengalaman bertahun-tahun dan dapat menyingkirkan upaya musuh untuk memberikan pukulan kepada negari para mullah itu.  (Jonny/asr)

Foto : Kapal induk Abraham Lincoln berlayar di perairan Pasifik barat (21/4/2004). (Patrick M. Bonafede / U.S Navy via Getty Images)