Home Blog Page 1925

Jackie Chan, Gao Zhisheng, dan Arti Sejati dari Keberanian

0

Oleh: D.J. McGuire

Kebanyakan orang tidak akan menanamkan rasa “pengecut” dan Jackie Chan juga begitu. Keberanian secara fisik Chan-dia melakukan sendiri adegan ketankasan untuk film-filmnya, yang mana tak seorangpun yang yakin bisa melakukannya-ini adalah yang sudah di kenal.

Namun demikian, ada sebuah keberanian yang lebih dari hanya sekedar berani menanggung risiko cedera dalam pembuatan film. Ketika akan berhadapan dengan hal yang paling penting untuk dilakukan, Jackie Chan berani meninggalkannya, berbeda dengan keberanian Gao Zhisheng.

Di Pulau Hainan, Chan di tanyakan tentang sensor Beijing yang melarang film terbarunya. Di mana sebagai Perdana Menteri Wen Jiabao duduk sebagai penonton, Chan membelot menjadi anti-kebebasan berkata: “saya tidak yakin apakah baik memiliki kebebasan atau tidak,” dia mengatakan. “Sekarang saya sangat bingung. Kalau anda terlalu bebas, anda akan seperti Hong Kong sekarang. Adalah sangat kacau. Taiwan juga kacau.”

Dia menambahkan: “Saya bertahap mulai merasakan kita orang Tiongkok perlu dikontrol. Kalau tidak dikontrol kita akan melakukan apa yang ingin kita lakukan.”

Teori Chan yang sejalan dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT): untuk memoles PKT agar film berikutnya tidak bermasalah, pandangan kaum elit pada orang Tiongkok yang miskin dan lain-lain. Apapun dampaknya itu sangat jelas Chan mengetehui di sebelah mana rotinya dioles. Dia meletakkan kepentingan finansial di atas kebenaran, kebebasan dan rekan sesama orang Tiongkok. Sangat menyakitkan untuk dilihat.

Keberanian Gao

Sementara itu beberapa mil jauhnya, di sebuah penjara yang tidak di ketahui orang-orang, Gao Zhisheng terus dan terus menderita di tangan polisi.

Seperti Chan, di mata PKT Gao berada di puncak kejayaannya-dalan kasus Gao, profesinya legal. Seperti Chan, Gao mengahadapi pilihan: berlanjut menuruti garis PKT atau menerima kebenaran tentang rejim dan menentang demi keadilan. Tidak seperti Chan, Gao memilih jalan kedua.

Gao mulai ingin tahu mengapa rejim ini begitu kejam terhadap praktisi Falun Gong dan pemeluk Kristen yang menolak untuk meletakkan Partai diantara Tuhan mereka. Sangat buruk (bagi rejim), dia ingin tahu secara terbuka mengapa ini terjadi. Waktu itu dia menjadi orang terdepan untuk membela (secara legal, politik dan dengan vokal) para korban dari penindasan Komunis.

Sebagai pengharapan orang-orang tidak lama lagi dia akan mengikuti mereka.

Keluarga Gao berhasil untuk kabur awal tahun ini; ketika PKT mengetahui ini,  Gao menghilang. Sampai hari ini tidak seorangpun tahu dimana dia berada, sebetapa buruk dia telah dianiaya, bahkan apa dia masih hidup atau tidak.

Kita tahu ini, bagaimanapun : Gao Zhisheng adalah pahlawan. Dia mempertaruhkan keahliannya, reputasinya, karirnya, kehidupannya bahkan jiwanya untuk membantu yang tertindas dan berbicara kebenaran untuk kekuatan.

Pandangan para elit

Jackie Chan, secara kontras bermain di keramaian, bersenang-senang diantara tepuk tangan, dan tidak beresiko apapun. Seperti John Pomfret mencatat dengan fakta,  Chan selalu membeo digaris PKT yang kaum “elit” yang telah digumakan beberapa waktu: “Reaksi saya, dalam hal ini: Chan hanya mengatakan apa yang dirasakan oleh kebanyakan orang-orang Tiongkok yang kaya. Sejak 20 tahun peristiwa Tiananmen, masyarakat Tiongkok telah berubah banyak.

“Salah satu yang paling mencolok adalah kembalinya mayarakat kelas dan meremehkan cara pandang orang Tiongkok kaya terhadap orang Tiongkok miskin. Ketika Chan mengatakan bahwa orang Tiongkok perlu ‘dikontrol’ sangat jelas dia berbicara tentang orang miskin. Dia tidak seharusnya mengatakan itu.

“Tetapi itulah yang penonton di Boao dengar dan itu sebabnya mereka menyanjungnya. Siapa saja yang secara mendalam membicarakan tentang kaum elit Tiongkok telah mendengar argumentasi ini sebelumnya. ‘Kualitas dari rata-rata orang Tiongkok sangat rendah,’ yang mana kwalitas dasarnya telah hilang. (Zhongguoren de suzhi tai di le.) ‘Tentu saja kita tidak akan pernah memiliki kebebasan penuh.’

“Tentu saja para elit menjadi semakin bebas. Tetapi mereka juga semakin banyak yang tergantung alat negara untuk melanggengkan kebebasannya dan mempertahankan keuntungan lebih dari Hoi polloi Tiongkok (Tiongkok kebanyakan).”

Gao Zhisheng juga termasuk pada kaum elit yang sama. Tetapi dia memandang secara berbeda. Itu yang membuatnya sangat berbahaya bagi rejim, dan sangat gagah berani bagi kita semua. Gao Zhisheng menolak untuk di beli oleh PKT.

Karena hal ini generasi yang akan datang akan mengingat lama Gao Zhisheng setelah Jackie Chan pensiun, perusahaan filmnya memudar, dan filmya tersimpan berdebu di lemari Blokbuster.

Jackie Chan berakting gagah berani di layar lebar; Gao Zhisheng membubuhkan keberanian aslinya dalam kehidupan yang nyata. Sekali lagi minggu ini Gao Zhisheng menunjukkan dia adalah pahlawan sejati; Chan hanya mementaskannya sekali dalam televisi.

D.J. McGuire adalah peserta pendiri dari Tiongkok e-lobby dan pengarang dari Naga dalam kegelapan: Bagaimana dan mengapa Tiongkok membantu musuh kita dalam perang melawan teroris.

Fakta Xinjiang Sejak Beberapa Tahun Silam

0

Oleh Robert Burns

Selama bertahun-tahun, penderitaan etnis minoritas Turkistan Timur (Xinjiang), kelompok terbesar suku Uyghurs, sudah hampir seluruhnya terkubur oleh Tibet dan warganya. Hal itu tampaknya hanya dikarenakan kekerasan baru-baru ini dan propaganda rezim Tiongkok tentang ancaman terorisme yang  mereka atur untuk mengelabui perhatian media dan publik.

Akibatnya, jika kita bertanya kepada orang-orang tentang Xinjiang beberapa tahun yang lalu, sebagian besar pasti sangat sedikit atau sama sekali tidak mengetahui apapun tentang hal itu (Xinjiang), kecuali jika mereka memiliki minat khusus.

Bahkan sekarang, dalam percakapan saya sendiri dengan berbagai orang, banyak orang yang menunjukkan tanda-tanda tidak tahu sama sekali tentang Xinjiang, sampai waktu belakangan baru-baru ini, mereka tidak tahu sama sekali tentang Xinjiang atau bahwa kelompok-kelompok etnis Xinjiang bahkan eksis-banyak orang Australia mungkin masih berpikir bahwa hanya ada satu.

Mereka menganggap masalah ini meluas setelah media baru-baru ini memberi perhatian.

Mungkin masih layak ditegaskan kembali secara singkat bahwa, setelah perjuangan untuk kemerdekaan dan dua kali upaya pembentukan Negara republik kecil yang tidak berumur panjang di dalam wilayah Xinjiang pada paruh pertama abad lalu, Xinjiang berada di bawah kontrol PKT saat PLA (TPR) memasuki Xinjiang pada tahun 1949.

Sebuah peristiwa yang banyak orang menganggap hal itu sebagai invasi dan sesuatu yang damai tanpa pertumpahan darah. Eksploitasi sumber kekayaan alam di daerah Xinjiang, meliputi cadangan minyak dan gas alam yang signifikan, dimulai segera setelah aneksasi di wilayah ini.

Hal itu bermula pada tahun 1955 dimana Xinjiang menjadi apa yang disebut  sebagai Daerah Otonomi.

Akan tetapi, sama seperti semua daerah di Tiongkok – termasuk Mongolia Dalam, yang didirikan setelah merampas tanah orang-orang lokal pada pertengahan abad 19. Meskipun syarat otonomi dituangkan ke dalam hukum, daerah-daerah ini menerima haknya sangat kurang dari apa yang seharusnya layak mereka terima secara hukum, dengan konsekuensi serius.

Sekarang orang di dunia lebih mengenal orang-orang Xinjiang. Mereka telah menderita banyak kesengsaraan yang serupa dengan warga Tibet sebagai akibat langsung dari penghinaan yang ditunjukkan oleh kebijakan dan pandangan negatif rezim Komunis Tiongkok yang diabadikan terus-menerus, pada akhirnya semuanya hanya berfungsi memperburuk ketegangan.

Selain itu, jika Anda pergi ke wilayah timur Tiongkok, Anda akan menemukan migran dari Xinjiang.

Mereka mencoba bertahan hidup dalam kondisi sulit, mendapatkan reputasi sebagai sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, penjahat kelas teri.

Mereka menderita diskriminasi tak berperasaan oleh banyak dari mayoritas orang Han yang menunjukkan sedikit minat dalam memahami stereotip menjadi orang yang dipekerjakan dan penyebab dari kesulitan orang-orang Xinjiang.

Sayangnya bagi orang Xinjiang, Tibet memiliki beberapa keuntungan yang mendukungnya. Sejauh ini agama menjadi perhatian, bagi masyarakat Internasional. Buddhisme Tibet memiliki banyak hal yang atraktif, penuh warna dan elemen eksotis yang sangat menarik perhatian orang.

Seperti kisah tentang pencarian terhadap Dalai Lama dan keyakinan mengenai statusnya. Kisah ini menyediakan narasi yang menarik, bahkan dengan tanpa berbagi kepercayaan Buddha. Sedangkan  Uyghur memiliki perbedaan menjadi Islam, dengan semua syarat yang dibawanya secara historis dan saat ini.

Meskipun Rebiya Kadeer telah menyatakan tertarik untuk menjadi sesuatu seperti Dalai Lama, karena Budaya dan Agama yang signifikan berbeda antara dua daerah otonom, hal itu akan menjadi perjuangan yang berat baginya untuk mengangkat isu-isu Xinjiang untuk mendapat simpati dan pengakuan Internasional yang sama seperti orang Tibet.

Selanjutnya, mengingat catatan sejarah tiongkok, kita tidak boleh menipu diri sendiri tentang apa yang dapat dicapai oleh Tiongkok dalam kampanye politik dan mencoba meningkatkan kesadaran isu internasional.

Pihak berwenang Tiongkok baru saja membuktikan bahwa sejak tahun 1949 mereka akan melakukan apa yang mereka inginkan tanpa memperhatikan pendapat dari komunitas internasional yang lebih luas. Memang, cara PKT memperlakukan lawan politiknya tak ubahnya seperti seorang tawanan yang mengenakan jaket pengikat (yang biasanya digunakan untuk mengikat orang gila yang sering berontak).

Jika mereka tidak suka memakainya dan berusaha melawan, hal itu hanya akan menariknya lebih erat/ketat.

Apabila Rebiya Kadeer akhirnya tidak mengikuti jalur Dalai Lama, mungkin sekarang ini kita mempunyai sedikit informasi tentang Xinjiang yang mungkin hanya berupa sebuah rangkaian tur promosi internasional dan siklus perhatian media  selama rentang dekade ini.

Sangat sedikit atau bahkan tidak ada kemajuan nyata yang dibuat dalam negeri Tiongkok, kecuali, tentu saja, apakah mungkin terjadi perubahan substantif di Beijing.(lsn)

Robert Burns adalah seorang pengamat masalah sosial Internasional yang bermukim di Australia.