Home Blog Page 2

Perang Dagang Memanas, Perwakilan PKT Tiba-Tiba Diganti, Pendahulunya Meninggal Dunia Secara Misterius

  • Di tengah situasi sensitif perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat, perwakilan negosiasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) tiba-tiba diganti. Li Chenggang menggantikan Wang Shouwen. 
  • Dilaporkan bahwa Wang Shouwen telah dipindahkan ke Federasi Industri dan Perdagangan Seluruh Tiongkok (All-China Federation of Industry and Commerce), yang menunjukkan tanda-tanda penurunan jabatan yang jelas. Sementara itu, atasannya sebelumnya, Yu Jianhua, meninggal secara misterius pada akhir tahun lalu saat menjabat sebagai Kepala Administrasi Umum Bea Cukai.

EtIndonesia. Pada 16 April, Dewan Negara PKT menunjuk mantan perwakilan tetap Tiongkok untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Li Chenggang, sebagai perwakilan negosiasi perdagangan internasional setingkat menteri di Kementerian Perdagangan, sekaligus wakil menteri.

Karena terjadi di tengah memanasnya perang dagang Tiongkok-AS, perubahan posisi ini menarik perhatian luas. Sebelumnya beredar kabar bahwa Wang Shouwen dipindahkan menjadi Wakil Direktur Eksekutif Kantor Keuangan Pusat (yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng), namun informasi terbaru menunjukkan bahwa ia telah muncul di Federasi Industri dan Perdagangan Seluruh Tiongkok, dan kabarnya akan menjabat sebagai wakil ketua organisasi tersebut.

Menurut situs web Federasi Industri dan Perdagangan Seluruh Tiongkok pada 30 April, organisasi tersebut baru-baru ini mengadakan kelas membaca untuk mempelajari “Delapan Peraturan Pusat”, dan nama Wang Shouwen tercantum di antara pimpinan yang menghadiri dan memberikan pidato dalam acara tersebut. Ini menunjukkan bahwa ia telah resmi bertugas di instansi tersebut.

Wang Shouwen, yang kini berusia 59 tahun, telah bekerja di Kementerian Perdagangan (sebelumnya bernama Kementerian Perdagangan Luar Negeri dan Ekonomi) selama lebih dari 35 tahun. Ia menjabat sebagai wakil menteri pada tahun 2015, dan pada tahun 2018 merangkap sebagai wakil perwakilan negosiasi perdagangan internasional. Pada tahun 2022, ia diangkat menjadi perwakilan negosiasi perdagangan internasional setingkat menteri sekaligus wakil menteri, hingga akhirnya kini dipindahkan ke posisi baru.

Sebelum Wang Shouwen, empat perwakilan negosiasi perdagangan internasional Partai Komunis Tiongkok semuanya mengalami kenaikan jabatan. Di antaranya, Gao Hucheng dan Zhong Shan masing-masing menjadi Menteri Perdagangan, Fu Ziying menjadi Direktur Kantor Penghubung Makau, dan Yu Jianhua menjadi Kepala Administrasi Umum Bea Cukai.

Pengamat luar menilai bahwa Federasi Industri dan Perdagangan Seluruh Tiongkok hanyalah organisasi kamar dagang yang dijalankan oleh Departemen Front Persatuan Tiongkok, dan dalam struktur kekuasaan Partai Komunis Tiongkok, organisasi ini tidak memiliki bobot signifikan. 

Maka dari itu, pemindahan Wang Shouwen, anggota Komite Sentral ke-20 Partai Komunis Tiongkok dan pejabat tinggi setingkat menteri, ke posisi di lembaga yang tidak memiliki kekuasaan nyata ini, jelas merupakan bentuk penurunan jabatan.

Komentator politik Li Linyi mengatakan kepada Epoch Times bahwa Wang Shouwen jelas-jelas telah dipindahkan ke posisi non-strategis, dan hal ini kemungkinan berkaitan dengan pertarungan kekuasaan di kalangan elit Partai Komunis Tiongkok. Wang Shouwen diketahui merupakan bawahan dari mantan Wakil Perdana Menteri Liu He, yang dulu bertanggung jawab atas negosiasi dengan AS. Baru-baru ini, juga beredar kabar bahwa putra Liu He sedang diselidiki.

Penyebab pasti penurunan jabatan Wang Shouwen belum diketahui, namun atasannya saat bekerja di Kementerian Perdagangan, Yu Jianhua, secara mendadak meninggal dunia pada akhir tahun lalu saat menjabat sebagai Kepala Administrasi Umum Bea Cukai.

Setelah itu, komentator politik Tiongkok di Amerika Serikat, Cai Shenkun, menganalisis di platform X bahwa kematian Yu Jianhua berkaitan dengan pekerjaannya yang lama di Kementerian Perdagangan. Yu adalah pejabat setingkat menteri yang dipilih langsung oleh Xi Jinping dalam Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis, dan baru menjabat di Bea Cukai selama lebih dari dua tahun.

Cai Shenkun mengatakan bahwa Yu lebih memainkan peran sebagai ahli penilaian bisnis di Kementerian Perdagangan dan memiliki kekuasaan aktual yang sangat terbatas. 

“Petugas Komisi Inspeksi Disiplin Pusat datang untuk berbicara kepadanya, tetapi tanpa diduga dia langsung bunuh diri.” Cai Shenkun yakin bahwa Yu “begitu bertekad” karena ia tidak ingin menderita secara mental dan hanya “mengakhirinya dengan kematian.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Tarif Bea Membongkar Wajah Asli Partai Komunis Tiongkok, Trump: PKT Adalah Perampok Nomor Satu

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam rapat kabinet pada Rabu (30 April) secara blak-blakan menyebut Partai Komunis Tiongkok (PKT) sebagai perampok perdagangan nomor satu. Seiring meningkatnya ketegangan antara AS dan Tiongkok, volume kontainer dari Tiongkok ke Amerika Serikat anjlok drastis. Beberapa perusahaan pelayaran utama dunia mulai mengecilkan ukuran kapal dan membatalkan pelayaran. Volume ekspor Tiongkok disebut telah turun sekitar 50%.


“Kita dulu dimanfaatkan oleh hampir setiap negara di dunia, tapi menurut saya, Tiongkok (PKT) adalah yang paling besar. Mereka adalah pencuri terbesar, penipu utama,” kata Trump. 

Pada  Rabu itu, Trump menggelar rapat kabinet pertamanya setelah 100 hari menjabat. Ia menyampaikan keinginannya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak Tiongkok, namun dengan syarat harus adil.

Trump:  “Saya berharap Tiongkok baik-baik saja, saya juga berharap semua negara baik-baik saja, tapi syaratnya—mereka juga harus memperlakukan kita secara adil.”

Li Hengqing, ekonom dari Institut Informasi dan Strategi Washington, mengatakan: “Trump sedang berupaya membentuk sistem perdagangan global baru berbasis aturan. Beberapa prinsip utamanya adalah keseimbangan tarif—tidak boleh ada yang diuntungkan sepihak—dan keseimbangan perdagangan agar tidak terjadi defisit besar.”

Dalam pembahasan soal kebijakan ekonomi, Trump menekankan bahwa tarif yang diberlakukan telah “melukai” PKT dengan serius. Volume kontainer dari Tiongkok ke AS menurun tajam.

Trump:  “Saya tahu kondisi Tiongkok sekarang sangat buruk. Mereka mengirim kapal-kapal terbesar di dunia—dengan muatan yang belum pernah kita lihat sebelumnya—namun sekarang kapal-kapal itu berbalik arah di tengah Samudra Pasifik. Mereka kembali karena tidak ada yang mau menerima barang-barang itu. Tarif sekarang mencapai 145%.”

Menurut laporan Wall Street Journal, lima perusahaan pelayaran kontainer terbesar di dunia menyatakan bahwa jumlah pemesanan dari Tiongkok ke pantai barat AS telah menurun setidaknya sepertiga.

Sementara itu, perusahaan pelayaran skala kecil juga mulai membatalkan rute pelayaran. Berdasarkan informasi dari broker pelayaran di Singapura dan London, hanya pada  Mei saja, sekitar 24 pelayaran dari Tiongkok ke pantai barat AS telah dibatalkan.

Selain itu, menurut data dari Biro Statistik Tiongkok yang dirilis pada Rabu, indeks pesanan ekspor baru pada  April adalah 49,2%, turun 2,6 poin dari bulan sebelumnya. Kenyataannya, angka sebenarnya kemungkinan lebih buruk.


“Pasar Amerika bagi Tiongkok tidak tergantikan. Jika kehilangan pasar ini, sepertiga perdagangan luar negeri Tiongkok akan hilang. Dalam situasi tarif 145% saat ini, produk Tiongkok pada dasarnya tidak bisa masuk ke pasar AS. Negara lain justru memiliki banyak keunggulan tarif dalam bersaing, jadi PKT sekarang harus segera berunding untuk menurunkan tarif ini. Semakin lama mereka menunda, semakin besar dampaknya bagi mereka,” kata Li Hengqing. 

Pada hari yang sama, Trump juga mengungkapkan bahwa Amerika Serikat kemungkinan akan terlebih dahulu mencapai kesepakatan tarif dengan Jepang, Korea Selatan, dan India dalam beberapa minggu ke depan. (Hui)

Laporan oleh reporter Tang Rui dari New Tang Dynasty TV

Tarif Trump Hantam Keras, Volume Ekspor Kargo Tiongkok Anjlok 50%

Berdasarkan data terbaru dari sektor pelayaran dan manufaktur, putaran baru konfrontasi dagang tengah mengguncang secara menyeluruh ekonomi Tiongkok yang berorientasi ekspor. Platform intelijen pelayaran pekan ini melaporkan bahwa volume pengiriman dari Tiongkok sangat lemah, dengan penurunan mencapai 50%. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa ia tidak khawatir akan kekurangan barang dari Tiongkok, karena banyak dari barang-barang tersebut bukan kebutuhan pokok.

EtIndonesia. Baltic Exchange, lembaga yang mengukur biaya pengiriman barang global, menyatakan bahwa indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur Tiongkok untuk  April—yang dirilis oleh pihak resmi PKT—turun di bawah ambang batas 50 poin, mencatat level terendah dalam satu setengah tahun terakhir.

Dari awal Januari hingga akhir Maret tahun ini, Shanghai Containerized Freight Index (SCFI)—indikator penting untuk dinamika pelayaran dan perdagangan internasional—turun sebesar 40%, mendekati level sebelum pandemi.

Dengan merosotnya ekspor Tiongkok ke Amerika, muncul kekhawatiran apakah hal ini akan menyebabkan kekurangan barang di pasar konsumen AS. Namun, Presiden Trump pada Rabu (30 April) mengatakan bahwa ia tidak khawatir.

 “Ada yang bilang ‘rak-rak toko akan kosong’. Mungkin anak-anak hanya akan punya dua boneka, bukan 30, dan mungkin dua boneka itu harganya lebih mahal beberapa dolar dari biasanya,” ujarnya. 

Trump juga mengatakan bahwa banyak barang dari Tiongkok yang dijual ke Amerika bukanlah barang kebutuhan pokok.

 “Saya sudah bilang sebelumnya, mereka sedang menghadapi kesulitan besar karena pabrik-pabrik mereka tidak punya pekerjaan. Kapal-kapal mereka penuh muatan, dan banyak di antaranya adalah barang-barang yang tidak kita perlukan. Kita harus mencapai kesepakatan yang adil,” katanya. 

Trump menambahkan bahwa negara-negara di dunia selama ini memanfaatkan Amerika, namun eksploitasi oleh PKT adalah yang paling parah.

Menurut data dari Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat, pada tahun 2024, total impor barang AS dari Tiongkok mencapai 438,9 miliar dolar AS, sementara pada periode yang sama, Tiongkok hanya membeli barang dari AS senilai 143,5 miliar dolar—sekitar sepertiganya saja. (Hui)

Laporan oleh jurnalis NTD Li Mei dan Yu Wei

Setelah Tiga Minggu Stagnan, Kementerian Perdagangan PKT Akui: Akan Evaluasi Negosiasi dengan AS

Perkembangan terbaru dalam perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Setelah tiga minggu kebuntuan dan sikap keras dalam pernyataan publik, Kementerian Perdagangan Partai Komunis Tiongkok (PKT) akhirnya mengeluarkan pernyataan pada pagi hari bahwa mereka akan mengevaluasi kemungkinan melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat. Sementara itu, Menteri Keuangan AS juga mendesak PKT untuk segera bernegosiasi, jika tidak, ekonomi Tiongkok bisa menghadapi pukulan yang menghancurkan.

EtIndonesia. Perang dagang putaran baru antara AS dan Tiongkok telah berlangsung hampir sebulan. Pada  2 Mei, Kementerian Perdagangan  PKT menyatakan di situs resminya bahwa pihak AS telah berulang kali menyampaikan keinginan untuk bernegosiasi. Tiongkok sedang melakukan evaluasi, yang merupakan perubahan sikap besar dari pernyataan sebelumnya yang bersikukuh tidak akan bernegosiasi atau menyerah.

Menilik kembali perkembangan selama tiga minggu terakhir, pada 10 April, Trump mengumumkan penundaan tarif balasan terhadap 75 negara, namun secara khusus menaikkan tarif terhadap Tiongkok menjadi 125%, dengan total tarif kumulatif mencapai 145%. Sebagai balasan, Tiongkok juga memberlakukan tarif balasan sebesar 125% terhadap barang-barang AS.

Kemudian pada 24 April, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan PKT dengan tegas membantah adanya pembicaraan dengan AS. Namun Trump segera membantah klaim tersebut dan mengungkapkan bahwa ia telah berbicara langsung dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok.

Pada 29 April, Kementerian Luar Negeri PKT kembali merilis video yang menyuarakan sikap “tidak akan menyerah”, namun kemudian muncul kabar bahwa Tiongkok diam-diam mencabut tarif terhadap 131 jenis produk asal AS. Pada 1 Mei, CCTV Tiongkok menyebut di platform Weibo bahwa pihak AS yang lebih dulu menghubungi mereka. Sehari setelahnya, Kementerian Perdagangan PKT secara resmi menyatakan sedang mengevaluasi kemungkinan bernegosiasi.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam wawancara pada 1 Mei menyatakan bahwa sebelum mencapai kesepakatan tarif dengan Tiongkok, AS akan lebih dulu menuntaskan perjanjian dengan mitra dagang di Asia.

 “Apakah kita akan melihat situasi mereda karena Tiongkok lebih membutuhkan peredaan dibanding negara lain? Mungkin saja. Namun, kesepakatan dengan negara-negara lain berjalan dengan lancar, dan saat ini fokus saya adalah pada mitra dagang kita di Asia,” demikian pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent. 

Bessent juga mendesak Tiongkok untuk segera memulai perundingan dagang, karena musim liburan akan segera tiba. Jika Tiongkok tidak mendapatkan pesanan sekarang, maka dampaknya terhadap ekonominya bisa sangat menghancurkan. (Hui)

Laporan oleh Lin Jiawei dan Li Yihong dari NTD Asia Pasifik

Anjing Liar yang Kesepian Mencari Kasih Sayang dari Sebuah Patung, Lalu Cinta Sejati Datang

EtIndonesia. Akhir bulan lalu, Vesna Vukojevic sedang berjalan di jalanan Trstenik, Serbia, ketika sebuah pemandangan yang menyayat hati menarik perhatiannya.

Di sana, di trotoar di depan toko roti, ada seekor anjing liar yang kesepian. Jelas sangat membutuhkan kasih sayang, anak anjing malang itu telah menemukan alternatif yang pahit manis untuk sentuhan manusia yang penuh kasih sayang, sesuatu yang tidak pernah dia dapatkan selama ini.

Anjing itu berjalan perlahan di samping patung mekanis, membiarkan lengannya yang bergerak membelainya — berusaha sebaik mungkin untuk membayangkan bahwa itu adalah kasih sayang yang sejati.

Setelah Vesna mengunggah video itu secara daring, video itu menghancurkan hati banyak orang di seluruh dunia.

“Itu benar-benar membunuh sebagian diriku,” tulis seorang pengguna.

“Anjing malang itu hanya ingin dicintai,” imbuh yang lain.

Pencinta binatang Nina Savić termasuk di antara mereka yang tersentuh oleh tindakan anjing itu yang menyayat hati. Dengan bantuan teman-temannya, dia menyelamatkan anjing itu dari jalanan Trstenik dan membawanya ke rumahnya yang berjarak lebih dari 200 mil.

Hogar the Horrible, begitu anjing itu sekarang dikenal, awalnya lambat menerima kenyataan bahwa dia bisa dipeluk dengan hangat.

Namun, dia perlahan mulai berkembang.

Savić telah mengambil risiko pada Hogar, dan itu lebih dari sekadar terbayar.

Sekarang dia tahu seperti apa rasanya cinta sejati.

“Dia luar biasa, suka dipeluk,” sesama penyelamat hewan Maja Pinter mengatakan kepada The Dodo. “Dia hanya menundukkan kepalanya di tangan setiap orang yang ditemuinya.”

Savić, yang tinggal di Belgrade, berharap dapat menemukan keluarga baru untuk Hogar, tetapi mengakui bahwa dia juga akan senang memeliharanya selamanya.

“Semua orang jatuh cinta padanya,” kata Pinter. “Dia tahu cara memenangkan hati setiap orang.”

Dari awal hidupnya yang tragis, tidak dicintai di jalanan Trstenik, hingga rumah nyaman yang kini dia tinggali bersama Savić, satu hal yang jelas — Hogar tidak akan pernah lagi tanpa sentuhan manusia yang penuh kasih sayang. (yn)

Sumber: the dodo

Kekeringan di Guangxi, Tiongkok Sebabkan Banyak Tanah Amblas, Rumah Menggantung dan Penuh Lubang 

Provinsi Guangxi, Tiongkok  mengalami kekeringan parah yang jarang terjadi selama bertahun-tahun. Di banyak wilayah muncul fenomena tanah amblas, menyebabkan terbentuknya lubang besar di bawah rumah, jalan, dan lahan pertanian. Pemerintah daerah tidak mengambil tindakan, media resmi bungkam, dan hanya beberapa media independen yang melaporkan kejadian ini.

EtIndonesia. Baru-baru ini, seorang influencer wanita dari Tiongkok mengunggah video yang mengungkap kondisi mengerikan tanah amblas di Guangxi.

Influencer tersebut menjelaskan bahwa kekeringan berkepanjangan di Guangxi telah menyebabkan tanah amblas di banyak tempat, dan ini sangat berbahaya. “Kita tidak tahu di mana tanah akan runtuh pada detik berikutnya,” ujarnya.

Dalam video terlihat bahwa di halaman warga, bahkan di bawah rumah mereka, muncul lubang besar. Beberapa rumah bahkan menggantung di udara karena sebagian fondasi telah hilang. Seorang warga desa mengatakan bahwa ia sudah menimbun kembali lubang di bawah rumahnya, tetapi beberapa hari kemudian tanahnya amblas lagi.

Selain itu, tanah amblas juga terjadi di jalan raya. Sebuah jalan yang ditutup menunjukkan adanya rongga besar di bawahnya, dengan retakan memanjang puluhan meter.

Di ladang melati milik warga, juga tampak banyak lubang besar. Seorang warga bercerita bahwa saat ia sedang memetik bunga di ladang, ia mendengar suara aliran air dari bawah tanah, dan tiba-tiba tanahnya amblas membentuk lubang besar, membuatnya sangat ketakutan.

Warga lain mengatakan bahwa ini terjadi di Desa Gaoyang, Komite Desa Dahe, Kota Hengzhou. Di desa tersebut saja terdapat setidaknya 30 hingga 40 lubang besar, “desa-desa lain pun sama,” katanya.

Ia juga menyebutkan, “Tahun 1963 juga pernah terjadi kekeringan besar, tapi tidak separah sekarang ini.”

Dalam siaran langsungnya, influencer tersebut hanya menyebutkan bahwa masyarakat sangat merasa tidak berdaya, tetapi tidak ada informasi mengenai apakah ada pejabat atau ahli yang melakukan survei atau tindakan penyelamatan terkait fenomena tanah amblas ini.

Sebelumnya, pemerintah Guangxi mengklaim bahwa hasil pemantauan pada 17 April menunjukkan bahwa 97,5% wilayah Guangxi mengalami kekeringan meteorologis, dengan 68,7% di antaranya tergolong kekeringan ekstrem. Kekeringan ini mempengaruhi pasokan air untuk manusia dan hewan, serta produksi pertanian. Di beberapa kabupaten, pasokan air kota bahkan berada dalam kondisi berisiko.

Beredar banyak video di internet yang menunjukkan warga di berbagai wilayah Guangxi mengalami kesulitan mendapatkan air minum, tidak ada air untuk mengairi lahan, dan hasil panen anjlok drastis. Di banyak tempat, tanah pertanian retak-retak, bahkan Waduk Zhongtang di Desa Xinhe, Kecamatan Huanglian, Distrik Qintang, Kota Guigang, telah benar-benar mengering, dengan dasar waduk dipenuhi retakan seperti jaring laba-laba. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Pemerintahan Trump Mundur dari Peran Mediator: Departemen Luar Negeri AS Tegaskan Konflik Rusia-Ukraina Kini Terserah Kedua Pihak

EtIndonesia. Pada 1 Mei juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Tammy Bruce, menyatakan bahwa Amerika Serikat akan tetap mendukung proses perdamaian di Ukraina, namun tidak lagi mengambil peran sebagai mediator. Ke depan, keputusan untuk menyelesaikan konflik akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Rusia dan Ukraina sendiri.

AS Tidak Lagi Jadi Penengah Perdamaian

Dalam konferensi pers rutin Departemen Luar Negeri pada 1 Mei, Bruce menjawab pertanyaan terkait serangan udara Rusia yang terus berlanjut di Ukraina dan penolakan Moskow terhadap berbagai proposal gencatan senjata. Saat ditanya apakah AS mempertimbangkan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap pihak-pihak yang masih berdagang minyak dengan Rusia, Bruce menekankan bahwa fokus utama AS kini telah bergeser.

“Presiden Trump sadar bahwa dunia memiliki banyak krisis lain yang membutuhkan perhatian. Kami tidak akan terus-menerus terbang ke berbagai belahan dunia untuk memimpin negosiasi,” ujar Bruce. “Kini saatnya Rusia dan Ukraina sendiri yang menyusun gagasan konkret tentang bagaimana menghentikan konflik ini.”

Pernyataan tersebut menandai pergeseran besar dalam strategi diplomasi Washington, setelah berbagai upaya negosiasi yang tak membuahkan hasil konkret untuk menghentikan perang.

Dari Perhatian Internasional ke Tanggung Jawab Regional

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio dan Presiden Donald Trump telah beberapa kali memperingatkan bahwa AS akan mundur dari peran mediasi bila Rusia dan Ukraina tidak menunjukkan niat tulus untuk mencapai perdamaian.

Dalam pernyataannya pada 18 April, Trump bahkan mengatakan secara blak-blakan:“Jika salah satu pihak terlalu merepotkan, maka kami akan berkata: ‘Kalian ini bodoh, menyebalkan, dan tidak layak diladeni. Kami keluar.’”

Kini, pernyataan Bruce menjadi konfirmasi resmi bahwa AS tidak akan lagi menjadi pengarah utama dalam proses perdamaian.

“Menteri Luar Negeri kami telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa pendekatan kami akan berubah. Cara kami terlibat juga akan berbeda. Kami tidak lagi menjadi pihak yang memimpin mediasi,” tambah Bruce.

Wakil Presiden: Perdamaian Kini di Tangan Kyiv dan Moskow

Di hari yang sama, Wakil Presiden JD Vance dalam wawancara dengan Fox News juga menyampaikan pandangan serupa. Dia mengakui bahwa perang kemungkinan tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

“Kedua pihak sebenarnya sudah tahu apa syarat-syarat gencatan senjata yang dimiliki masing-masing. Apakah mereka mau mengakhiri perang brutal ini atau tidak, sekarang tergantung pada kemampuan mereka untuk mencapai kesepakatan bersama,” ujarnya.

Kesepakatan Mineral Tetap Berlangsung

Meski AS menarik diri dari peran sebagai mediator, kerja sama bilateral tetap berjalan di sektor lain. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina, Yulia Svyrydenko menandatangani perjanjian kerja sama mineral yang dianggap penting untuk pemulihan ekonomi Ukraina pascaperang. Kerja sama ini tetap berlangsung secara paralel dan terpisah dari urusan mediasi konflik bersenjata.

Kesimpulan: Diplomasi Bergeser, Tanggung Jawab di Pihak Konflik

Dengan keputusan ini, Washington menegaskan bahwa beban diplomatik kini berpindah ke tangan Rusia dan Ukraina sendiri. Setelah bertahun-tahun mengambil peran sentral dalam perundingan damai, AS memilih untuk mengalihkan fokus diplomatiknya ke krisis global lain.

Kondisi ini mengisyaratkan bahwa masa depan konflik Ukraina tidak lagi berada di meja Washington, melainkan tergantung pada apakah Moskow dan Kyiv benar-benar siap untuk mengakhiri perang dan membangun kembali kepercayaan. (jhn/yn)

Robot Buatan Tiongkok Tiba-Tiba Mengamuk dan Memukul Orang, Operator Panik Melarikan Diri 

Etindonesia. Sebuah video yang beredar di internet menunjukkan sebuah robot buatan Tiongkok tiba-tiba “mengamuk”, mengayunkan lengannya secara membabi buta. Adegan tersebut sangat mengerikan, dan para operator di sekitarnya tampak panik dan segera melarikan diri.

Dalam video tersebut, dua pria terlihat menggantung bahu sebuah robot berwarna hitam pada sebuah kait menggunakan tali, lalu mengoperasikan komputer di depan, yang diduga untuk mengirimkan perintah kepada robot tersebut. Tak lama setelahnya, lengan dan kaki robot mulai bergerak.

Namun, hanya beberapa detik kemudian, robot itu tiba-tiba kehilangan kendali. Kedua lengannya bergerak secara liar seolah-olah hendak memukul orang, dan kakinya juga mengamuk dengan gerakan tidak terkendali. 

Layar komputer di depannya terjatuh akibat serangannya. Beberapa kursi di sekitarnya dihantam dan ditendang, bahkan barang-barang di atas kursi pun terpental. Penyangga yang digunakan untuk menstabilkan robot hampir ikut roboh.

Dua pria yang mengoperasikan robot langsung kabur ketakutan. Salah satu dari mereka kemudian berputar ke belakang robot dan menarik penyangga untuk menghentikan gerakan liar sang robot.

Warganet ramai berkomentar:
“Menyeramkan sekali.”
“Seperti robot pembunuh.”

Sebelumnya, juga pernah beredar video tentang robot yang tampil dalam acara Gala Tahun Baru Imlek (disanjung oleh kelompok “xiao fenhong” – nasionalis online pro-PKT), yang saat tampil di Tangshan, Hebei, tiba-tiba kehilangan kendali dan “menyerang” penonton. 

Beberapa netizen menyindir:
“Jalan saja belum stabil, tapi sudah menyerang orang!”

Komentar lain dari netizen:
“Meneliti robot, cepat atau lambat pasti bermasalah.”
“Kalau benda ini lepas kendali, bisa bahaya sekali.”
“Bayangkan kalau robot ini pakai seragam polisi.”
“Pasti gen aparat penertiban kota (chengguan) yang ditanam ke dalamnya.”

(hui/asr)

Sumber : NTDTV.com

Negosiasi Nuklir Gagal? Trump Larang Pembelian Minyak Iran Secara Global

EtIndonesia. Washington – Amerika Serikat dan Iran sedianya akan melangsungkan pembicaraan mengenai pembatasan program nuklir Iran pada 3 Mei di Roma, namun ketegangan meningkat setelah serangkaian tindakan keras dari Washington. Pada 29 April, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap sejumlah perusahaan perdagangan Iran, dan sehari berikutnya, Departemen Luar Negeri AS kembali mengumumkan sanksi terhadap 7 perusahaan yang terlibat dalam perdagangan minyak Iran, dengan alasan mendukung kegiatan terorisme.

Lebih lanjut, Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi balasan militer jika terus mendukung kelompok bersenjata Houthi di Yaman.

Puncaknya, pada 1 Mei, Presiden AS, Donald Trump secara resmi mengumumkan larangan global terhadap pembelian minyak Iran, dengan ancaman sanksi sekunder bagi pihak mana pun yang melanggar.

Trump Ultimatum Dunia: “Stop Beli Minyak Iran!”

Dalam pernyataan yang diunggah di platform Truth Social, Trump menegaskan: “Segala bentuk pembelian minyak atau produk petrokimia dari Iran harus dihentikan segera! Siapa pun—baik negara maupun individu—yang membeli dalam jumlah berapa pun, akan langsung terkena sanksi sekunder. Pelanggar tidak akan diizinkan berbisnis dengan Amerika Serikat dalam bentuk apa pun.”

Sebagai tanggapan, Iran menuduh AS bersikap kontradiktif dan terus memprovokasi, namun juga menyatakan bahwa pembicaraan nuklir akan ditunda karena alasan teknis. Meski begitu, Iran menegaskan niat untuk tetap bernegosiasi tidak berubah.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, melalui akun X (Twitter), menyatakan bahwa: “Teheran tetap berkomitmen menyelesaikan persoalan melalui dialog. Kami lebih bertekad daripada sebelumnya untuk mencapai kesepakatan yang adil—mengakhiri sanksi, menjamin program nuklir kami tetap damai, dan memastikan hak-hak Iran dihormati sepenuhnya.”

AS: Tidak Ada Jadwal Resmi, Putaran Berikut Segera Menyusul

Pihak Departemen Luar Negeri AS menegaskan bahwa negosiasi 3 Mei belum pernah dijadwalkan secara resmi, namun putaran pembicaraan selanjutnya akan segera diatur. Menurut laporan BBC, baik AS maupun Iran masih berusaha menghindari konfrontasi militer langsung, meskipun ketegangan kian meningkat.

Iran Gunakan Program Nuklir Sebagai Taktik Tawar-menawar

Laporan CNN menyebut bahwa strategi Iran adalah menggunakan program nuklir sebagai alat negosiasi untuk mendesak Trump mencabut sanksi ekonomi. Sejak Revolusi 1979, perusahaan asing sangat jarang berinvestasi di Iran. Bahkan ketika Presiden Obama mencabut sebagian sanksi pada tahun 2015, minat investor asing tetap rendah.

Menurut data dari Mordor Intelligence, Iran memiliki populasi sekitar 90,6 juta jiwa, di mana 60% di antaranya berusia di bawah 35 tahun—suatu pasar yang belum tergarap bagi perusahaan-perusahaan AS. Sementara itu, riset dari McKinsey Global Institute memperkirakan bahwa jika sanksi dicabut dan reformasi dilakukan, Iran bisa menciptakan 9 juta lapangan kerja dalam 20 tahun ke depan dan mendorong PDB hingga melampaui 1 triliun dolar AS.

Potensi Ekonomi Iran Besar, Tapi Risiko Tetap Tinggi

Menurut CNN, nilai total barang dan jasa yang dihasilkan Iran pada 2024 adalah sekitar 434 miliar dolar AS. Jika Iran bebas dari sanksi dan memperbaiki kebijakan moneter, PDB-nya diperkirakan bisa melonjak menjadi 1,7 triliun dolar AS.

Namun, risiko politik dan keamanan tetap tinggi. Mitra di firma konsultan Eurasian Nexus Partners menyatakan bahwa meskipun ada potensi keuntungan besar bagi perusahaan AS, berbisnis di Iran bukan hal yang mudah, mengingat Pemerintah Iran tidak bersahabat terhadap investor asing.

Bahkan jika kesepakatan nuklir baru berhasil dicapai, hambatan birokrasi dan peraturan tetap menyulitkan. Selain itu, sanksi AS atas aktivitas terorisme Iran kemungkinan akan tetap diberlakukan, dan setiap perusahaan yang ingin berbisnis dengan Iran harus mendapatkan persetujuan dari Departemen Keuangan AS secara kasus per kasus.

IRGC dan Ekonomi Tertutup

CNN juga mencatat bahwa Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS, telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi besar yang bisa menandingi Pemerintah Iran sendiri. IRGC memiliki pengaruh luas di sektor konstruksi, perbankan, dan telekomunikasi.

Bijan Khajehpour, analis dari firma konsultan regional, mengatakan bahwa perang, sanksi, dan korupsi birokrasi selama puluhan tahun telah menciptakan iklim usaha yang “sangat rumit” di Iran. Karena itulah, minat investasi asing tetap rendah, dan banyak perusahaan global memilih menjauh dari pasar Iran, meskipun potensi ekonominya sangat besar.

Kesimpulan

Pengumuman Trump yang melarang pembelian minyak Iran secara global menandai eskalasi besar dalam konflik ekonomi dan diplomatik antara Washington dan Teheran. Di tengah harapan akan perundingan damai, retorika keras dan sanksi bertubi-tubi justru semakin menjauhkan kedua negara dari kesepakatan nyata.

Meski jalan diplomatik belum sepenuhnya tertutup, ketegangan yang meningkat—ditambah tekanan ekonomi dan militer—membuat krisis ini tetap menjadi ancaman serius bagi stabilitas kawasan dan perekonomian global.(jhn/yn)

Pasukan India dan Pakistan Siaga di Perbatasan, Situasi Genting, Berbagai Pihak Serukan Penahanan Diri

Ketegangan di wilayah Kashmir kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir. India dan Pakistan telah menempatkan pasukan di perbatasan, dan situasi semakin mendekati ambang perang. Pemerintah Amerika Serikat menyerukan kedua negara agar menahan diri dan menyelesaikan konflik melalui jalur diplomasi.

EtIndonesia. Pada Kamis (1 Mei), Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, dalam sebuah pertemuan di New Delhi menyatakan bahwa negaranya akan memberantas ekstremisme dari setiap jengkal wilayahnya.

 “Kami bertekad untuk menghapus kekerasan bersenjata dari setiap sudut negara ini, dan kami pasti akan mencapai tujuan itu,” ujarnya. 

Di hari yang sama, militer Pakistan menggelar latihan militer intensif.

Selasa minggu lalu, terjadi insiden penembakan terhadap wisatawan di wilayah Kashmir yang dikuasai India, yang menewaskan 26 orang. 

Setelah kejadian itu, India dan Pakistan saling menyalahkan. Ketegangan meningkat tajam hingga keduanya saling mengusir diplomat dan warganya, serta menutup perbatasan. Bentrokan sporadis terjadi di sepanjang Garis Kendali (LoC), dengan kedua pihak menuduh satu sama lain sebagai pihak pemicu.

Pada Rabu, pemerintah India mengumumkan bahwa mulai 30 April hingga 23 Mei, wilayah udaranya akan ditutup bagi pesawat sipil dan militer Pakistan. Sebelumnya, Pakistan telah lebih dulu menutup wilayah udaranya bagi India.

Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, melakukan pembicaraan via telepon dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, untuk membahas serangan teroris di Kashmir.

Setelah itu, Jaishankar menulis di platform X bahwa “pelaku, pendukung, dan perencana serangan harus dibawa ke pengadilan.”

Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa dalam pembicaraan telepon  Rabu, Menteri Luar Negeri Rubio mendesak India dan Pakistan untuk bekerja sama meredakan ketegangan.

Pengamat media:  “Masyarakat internasional khawatir situasi bisa lepas kendali… Sekarang bola ada di tangan India—apakah mereka akan mendengarkan seruan dunia, atau menyerah pada tekanan domestik untuk membalas Pakistan.”

Seiring meningkatnya ancaman perang, jumlah wisatawan di Pakistan menurun drastis. Pada Kamis, di kawasan wisata Lembah Sungai Neelum di bagian utara, wisatawan sangat sedikit.

 “Awal pembukaan hotel, rata-rata ada 300 hingga 400 tamu per hari. Namun karena ketegangan antara Pakistan dan India saat ini, jumlah pengunjung anjlok tajam, sekarang bahkan kurang dari 20 orang,” ujar pemilik hotel setempat, Rafaqat Hussain. (Hui)

Laporan oleh Zhao Fenghua, wartawan NTD Television

Mesin Waktu Tak Terbatas? “Senar” Kosmik di Alam Semesta

EtIndonesia. Saat kita menatap langit malam, sukar untuk tidak terpukau oleh gemerlap bintang-bintang yang berkelip. Namun di balik pemandangan yang tampak tenang itu, alam semesta tengah menyusun sebuah kisah luar biasa—tentang ledakan dahsyat, distorsi ruang-waktu, dan bahkan perjalanan melintasi waktu. Di antara semua itu, tersembunyi pula apa yang oleh sebagian ilmuwan disebut sebagai “resleting kosmik” tak kasatmata—yakni cosmic strings atau senar kosmik.

Stretch Mark Alam Semesta?

Sebelum dentuman besar terjadi, alam semesta masih dalam fase “janin”, panas seperti roti kukus di dalam dandang, dan padat hingga seperti berisi segalanya dalam satu titik. Lalu, sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu, satu ledakan maha dahsyat memicu kelahiran ruang dan waktu. Seiring ekspansi dan pendinginan yang sangat cepat, satu kekuatan super yang dahulu menyatu terpecah menjadi empat gaya fundamental yang kita kenal sekarang: gravitasi, elektromagnetisme, serta dua jenis gaya nuklir yang terdengar sangat teknis.

Namun, transisi itu tidak terjadi tanpa meninggalkan jejak. Sebaliknya, dia meninggalkan “guratan” pada kulit alam semesta, yang oleh para fisikawan disebut sebagai senar kosmik.

Senar ini tentu bukan untuk memancing ikan. Dia jauh lebih tipis dari proton, namun bisa memanjang hingga sejauh beberapa tahun cahaya. Bayangkan benang tak kasatmata yang menjahit ruang dan waktu bersama, diam-diam melayang di antara galaksi, menjadi bagian dari kerangka alam semesta itu sendiri.

Dalam beberapa karya fiksi ilmiah, mekanisme perjalanan waktu sangat besar. (Sumber foto: Adobe Stock)


Kunci Mesin Waktu?

Meski senar kosmik tampaknya hanya berdiam dan melayang, sejumlah fisikawan mulai bertanya-tanya—mungkinkah senar ini adalah pintu rahasia menuju masa lalu?

Seorang fisikawan dari Universitas Tufts, Dr. Ken Olum, mengajukan teori yang mengejutkan sekaligus menggugah imajinasi. Dia menyebutkan bahwa jika dua senar kosmik tak berujung melintas dan bersilangan dengan kecepatan sangat tinggi, mereka dapat “menggulung” ruang dan waktu, menciptakan struktur aneh—sebuah mesin waktu.

Menurut Olum, jika seseorang berjalan di sepanjang lengkungan ruang-waktu hasil torsi dari dua senar itu, mereka dapat mencapai titik keberangkatan sebelum mereka meninggalkan tempat awal. Dengan kata lain—kembali ke masa lalu.

Tapi tahan dulu, jangan buru-buru mengepak koper untuk kembali ke zaman dinosaurus. Olum sendiri dengan jujur mengingatkan: teori ini secara matematis bisa dibuktikan, tapi—kita bahkan belum pernah melihat satu pun senar kosmik itu secara nyata!

Teori Mesin Waktu Paling Masuk Akal?

Tahun 1991, fisikawan John Richard Gott dari Universitas Princeton memperkenalkan versi lain yang membuat banyak ilmuwan terdiam. Dalam versinya, dua senar kosmik melaju sejajar dengan kecepatan tinggi, seperti dua mobil sport yang melaju tanpa pernah berhenti di jalan tol antargalaksi. Saat mereka berpapasan, senar itu menciptakan kurva waktu tertutup—rute ruang-waktu yang aneh, yang bisa membuatmu kembali ke titik waktu sebelum kamu memulai perjalanan.

Teori Gott bukan sekadar angan-angan fiksi ilmiah. Ia adalah solusi sah dari teori relativitas umum Einstein. Artinya, secara teori, perjalanan waktu bukanlah hal yang mustahil menurut hukum fisika yang kita pahami.

Kalau Begitu, di Mana Senarnya?

Jika teori itu begitu valid, lalu mengapa belum ada yang melihat senar kosmik?

Menurut Dr. Olum, meskipun persamaan matematika mendukung keberadaannya, senar kosmik yang dimaksud harus benar-benar tak berujung. Dan itulah yang membuat realisasi mesin waktu dari senar kosmik menjadi hampir mustahil. Namun, bukan berarti semua ilmuwan menyerah pada ide ini.

Dr. Henry Tye dari Universitas Cornell, misalnya, lebih percaya pada potensi senar kosmik dibandingkan teori lubang cacing (wormhole). DIa bahkan bersama murid-muridnya telah merancang model senar kosmik mereka sendiri.

“Perjalanan waktu memang kecil kemungkinannya, tapi saya tidak akan mengatakan itu mustahil,” kata Tye. “Meskipun ide terbang dengan kecepatan cahaya terasa sulit diterima, saya belum sepenuhnya menolak kemungkinan kembali ke masa lalu.”

Para ilmuwan tidak sepenuhnya menyangkal kemungkinan perjalanan waktu. (Sumber foto: Adobe Stock)

Pantulan Suara Senar?

Meskipun belum ada yang melihat langsung senar kosmik, mungkin kita sudah mulai mendengar mereka. Observatorium gelombang gravitasi NANOGrav di Amerika Utara—semacam telinga raksasa di angkasa—telah menangkap sinyal dari lengkungan ruang-waktu. Dan salah satu sinyal itu terdengar sangat… berbeda.

“Itu tidak terdengar seperti gelombang dari lubang hitam. Itulah yang membuatnya menarik,” ujar Olum. “Sinyal itu, seolah merupakan perkenalan dari senar kosmik itu sendiri.”

Dalam teori string (senar), diyakini bahwa alam semesta terbentuk dari lebih dari sepuluh dimensi, dan semua materi terdiri dari “senar mikroskopik” yang bergetar. Ketika alam semesta baru lahir, beberapa dari senar ini mungkin memanjang menjadi superstrings—versi kosmik dari senar biasa yang bisa lebih mudah terdeteksi.

Teleskop ruang angkasa LISA, yang dijadwalkan meluncur pada tahun 2034, bersama NANOGrav, kini sedang bersiap memburu jejak-jejak senar ini. 

Jika benar terdeteksi, menurut Dr. Tye, itu akan: “Membuktikan bahwa teori string adalah fondasi dari fisika modern, dan akan mengubah pandangan kita terhadap alam semesta secara fundamental.”

Benang Tak Terlihat di Langit Malam

Mungkin, di antara kerlip bintang yang kita lihat tiap malam, tersembunyi satu petunjuk tak kasatmata: sebuah benang halus yang membelah ruang dan waktu. Di salah satu sudut gelap dan sunyi alam semesta, mungkin ada senar yang bergetar perlahan, menanti seorang pelancong waktu dari masa depan untuk datang dan menelusurinya kembali ke masa lalu.

Jika kamu punya kesempatan menaiki “jalan tol kosmik” ini—kira-kira, ke waktu kapan kamu ingin pergi? (jhn/yn)

Menkeu AS: Perjanjian Mineral Kirimkan Sinyal Kuat ke Rusia

EtIndonesia. Pada tanggal 1 Mei, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa perjanjian mineral antara Amerika Serikat dan Ukraina memiliki makna historis yang sangat besar. Pihak Gedung Putih turut menekankan bahwa perjanjian tersebut memperkuat kemitraan ekonomi antara kedua negara, dan dapat mempercepat berakhirnya perang.

Dalam sebuah video yang diunggah melalui platform Telegram, Zelenskyy menyebut kesepakatan ini sebagai “perjanjian yang benar-benar setara”. Dia menekankan bahwa perjanjian ini membuka peluang investasi bagi Ukraina, sekaligus mendorong modernisasi sektor industri dan reformasi sistem hukum di negaranya.

“Faktanya, ini adalah hasil nyata pertama dari pertemuan saya dengan Presiden Trump di Vatikan, dan perjanjian ini memiliki makna historis yang sesungguhnya,” ujar Zelenskyy.

Dari pihak Gedung Putih, disebutkan bahwa perjanjian kemitraan ekonomi yang ditandatangani bersama Ukraina sangat penting untuk mempercepat berakhirnya perang Rusia-Ukraina dan untuk mendukung proses rekonstruksi Ukraina pasca-konflik.

Juru bicara Gedung Putih, Levitt, menyatakan bahwa kemitraan ini menunjukkan komitmen Amerika Serikat dalam berinvestasi secara ekonomi, guna memastikan bahwa Ukraina memiliki masa depan yang bebas, damai, dan berdaulat. Dalam kerja sama tersebut juga dibentuk sebuah dana investasi bersama yang akan menerima kontribusi dari program eksploitasi sumber daya alam Ukraina. Dana ini akan mencakup 50% dari royalti paten, biaya lisensi, dan pembayaran serupa lainnya.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa kemitraan ini memungkinkan AS untuk berinvestasi bersama Ukraina dalam mengembangkan aset ekonomi negara tersebut, dengan mengerahkan sumber daya manusia, modal, serta standar tata kelola Amerika guna memperbaiki iklim investasi Ukraina dan mempercepat pemulihan ekonomi nasionalnya.

Menurut sejumlah pakar, saat ini sekitar 60% dari sumber daya logam tanah jarang Ukraina berada di wilayah yang saat ini diduduki oleh Rusia.

Trump Soroti Ekspansi Beijing dan Imbasnya pada Ambisi Putin

Pada tanggal 1 Mei, saat menghadiri acara Hari Doa Nasional di Gedung Putih, Presiden AS, Donald Trump menuding ekspansi kekuasaan Beijing sebagai faktor pemicu ambisi Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk menyerbu Ukraina.

“Saat ini, Tiongkok (komunis) telah menguasai Pangkalan Udara Bagram—dulu pangkalan militer AS di Afghanistan. Ini sungguh menyedihkan, bahkan gila. Pangkalan ini adalah salah satu yang terbesar dan paling kuat di dunia, dengan landasan pacu terpanjang di dunia,” kata Trump.

“Ketika Putin melihat semua ini, menurut saya itulah alasannya. Dia merasa semakin berani, dan akhirnya memutuskan masuk ke Ukraina,” tambahnya.

Menkeu AS: Perjanjian Mineral Ini Kirimkan Pesan Tegas ke Kepemimpinan Rusia

Menurut laporan Reuters, Trump mendorong agar konflik Rusia-Ukraina diselesaikan secara damai dan mendukung penuh perjanjian mineral yang baru ditandatangani di Washington. Perjanjian tersebut mencakup pembentukan dana investasi bersama untuk pembangunan kembali Ukraina, serta memberikan Amerika Serikat hak prioritas dalam partisipasi proyek-proyek pertambangan baru di Ukraina.

Dalam wawancara dengan Fox Business News, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa perjanjian ini memberikan pesan yang jelas kepada para pemimpin Rusia: “Perjanjian ini menunjukkan bahwa rakyat Ukraina dan rakyat Amerika memiliki tujuan yang sepenuhnya sejalan—tidak ada perbedaan di antara kami.”

Lebih lanjut, Bessent menyebut kesepakatan ini sebagai sinyal kuat kepada Kremlin, karena memperkuat posisi Presiden Trump dalam melakukan negosiasi dengan Rusia di masa mendatang: “Saya rasa ini adalah pesan yang sangat kuat bagi para pemimpin Rusia. Ini memberi Presiden Trump kekuatan baru untuk bernegosiasi dengan fondasi yang jauh lebih kokoh.”

Ukraina Tegaskan Kendali Penuh atas SDA dan Infrastruktur

Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, dalam pernyataannya di Kyiv menegaskan bahwa perjanjian ini bersifat “adil, setara, dan saling menguntungkan.” Dia menjelaskan bahwa AS dan Ukraina akan membentuk dana rekonstruksi bersama dengan hak suara yang setara. Ukraina juga tetap akan mempertahankan kendali penuh atas sumber daya bawah tanah, infrastruktur, dan kekayaan alamnya.

Shmyhal juga menekankan bahwa Ukraina tidak akan diminta untuk membayar utang kepada Amerika Serikat terkait bantuan besar-besaran yang telah diberikan sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Keuntungan yang dihasilkan dari dana investasi tersebut akan sepenuhnya digunakan kembali untuk kepentingan pembangunan Ukraina.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina, Yulia Svyrydenko, menambahkan bahwa perjanjian ini akan mendanai proyek-proyek pertambangan, minyak, dan gas alam, termasuk infrastruktur pendukung dan fasilitas pemrosesan terkait.

Namun, perjanjian ini tidak mencakup isu kendali atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia—yang merupakan fasilitas nuklir terbesar di Eropa dan saat ini berada di bawah pendudukan Rusia. Sebelumnya, dalam negosiasi informal, pihak AS sempat mengusulkan agar kontrol atas fasilitas nuklir tersebut menjadi bagian dari kesepakatan damai di masa mendatang.(jhn/yn)

Dua Negara Tetangga Tiongkok Terancam Perang Nuklir: Potensi Korban Tewas Mencapai 125 Juta Jiwa

EtIndonesia. Ketegangan antara India dan Pakistan mencapai titik panas dalam beberapa dekade, memicu kekhawatiran global akan potensi pecahnya perang nuklir di Asia Selatan. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, turun tangan sebagai mediator, melakukan pembicaraan telepon secara terpisah dengan para pejabat dari kedua negara pada 30 April. Dia mendesak India dan Pakistan untuk bekerja sama menurunkan eskalasi konflik yang semakin memanas.

Kedua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir dan kekuatan militer yang relatif seimbang ini telah lama berselisih, terutama soal wilayah Kashmir yang disengketakan. Para peneliti bahkan sudah memperingatkan sejak tahun 2019 bahwa jika terjadi perang nuklir antara India dan Pakistan, sebanyak 125 juta orang bisa tewas hanya dalam hitungan beberapa hari.

Insiden Teror Memicu Ketegangan

Menurut laporan Reuters, insiden terbaru yang memperkeruh suasana terjadi di kawasan wisata Pahalgam, Kashmir yang dikuasai India, pada bulan April. Dalam insiden itu, sekelompok pria bersenjata menembaki para wisatawan secara brutal, menewaskan sedikitnya 26 orang. India menuduh Pakistan berada di balik serangan ini, sementara Pakistan membantah keterlibatannya dan menyerukan dilakukannya penyelidikan independen oleh pihak netral.

Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menyampaikan kepada Rubio bahwa para pelaku, pendukung, dan perencana serangan itu harus dihukum secara hukum. Sebaliknya, Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mendesak Amerika Serikat untuk menekan India agar menurunkan eskalasi verbal dan bertindak lebih bertanggung jawab. Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan, Jenderal Asim Munir, juga menegaskan bahwa Pakistan berkomitmen pada perdamaian, namun tetap siap membela kepentingan nasionalnya jika diperlukan.

 “Hanya Selangkah Lagi Menuju Perang”

Pakar identitas nasional dan kebijakan luar negeri India dari Universitas St. Gallen, Dr. Manali Kumar, menyatakan bahwa hubungan bilateral India dan Pakistan saat ini berada dalam kondisi terburuk selama puluhan tahun terakhir. Dia memperingatkan bahwa kedua negara hanya selangkah lagi dari pecahnya perang terbuka.

Menurut Daily Mail, India saat ini merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, sekaligus negara dengan populasi terbanyak. Militer India memiliki lebih dari 1,2 juta personel aktif, ditambah sekitar 250.000 personel angkatan laut dan udara. Sebagai perbandingan, militer Pakistan memiliki sekitar 700.000 personel aktif. Namun, para pakar pertahanan memperingatkan bahwa kekuatan militer Pakistan cukup seimbang dan tetap mampu menimbulkan kehancuran besar serta korban jiwa dalam jumlah masif jika konflik terjadi.

Keseimbangan Senjata Nuklir yang Gentar

Lebih mengkhawatirkan lagi, kedua negara memiliki persenjataan nuklir. Menurut data dari Arms Control Association, baik India maupun Pakistan masing-masing memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir. India secara resmi menganut doktrin “tidak akan menjadi yang pertama menggunakan” senjata nuklir, sementara Pakistan tidak menutup kemungkinan penggunaan nuklir terlebih dahulu dalam situasi tertentu.

Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Bulletin of the Atomic Scientists pada tahun 2019 memperingatkan bahwa dalam konteks kepadatan populasi di wilayah tersebut, konflik nuklir akan menjadi bencana kemanusiaan dalam skala luar biasa. Diperkirakan antara 50 juta hingga 125 juta orang bisa tewas dalam waktu singkat, tergantung pada ukuran dan jumlah senjata nuklir yang digunakan, dengan daya ledak antara 15 kiloton hingga 100 kiloton.

Bencana Global Jika Perang Nuklir Terjadi

Studi tersebut juga menjelaskan bahwa dampak perang nuklir tidak akan terbatas pada India dan Pakistan saja. Kota-kota besar akan luluh lantak dan menjadi tidak layak huni. Asap tebal dan partikel radioaktif akan menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan minggu, menyebabkan penurunan suhu global, berkurangnya curah hujan, dan bahkan memicu bencana kelaparan global yang dapat menjerat ratusan juta hingga miliaran manusia.

Dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul akan berlangsung dalam jangka panjang, dan meninggalkan bekas luka permanen dalam sejarah umat manusia.

Kesimpulan: Krisis yang Perlu Diawasi Dunia

Di tengah krisis global lainnya, potensi konflik antara dua negara tetangga Tiongkok ini merupakan ancaman nyata yang tidak boleh diabaikan. Intervensi diplomatik internasional—seperti yang tengah diupayakan Amerika Serikat—mungkin menjadi satu-satunya harapan untuk menghindarkan Asia Selatan dari bencana nuklir yang tak terbayangkan.

Pertanyaannya kini adalah: Apakah dunia cukup sigap dan serius untuk mencegah tragedi ini sebelum terlambat?(jhn/yn)

CIA Luncurkan Video Bahasa Mandarin yang Membujuk Pejabat Tiongkok Agar Bekerja untuk Mereka

CIA mempublikasi dua video yang ditujukan untuk membujuk para pejabat Tiongkok agar membagikan rahasia negara dan perdagangan kepada Amerika Serikat.

EtIndonesia. Di tengah rumor mengenai perebutan kekuasaan di tubuh Partai Komunis Tiongkok (PKT), Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat atau CIA  pada  Kamis (1/5/2025)  merilis dua video yang bertujuan membujuk para pejabat Tiongkok untuk membocorkan rahasia negara dan perdagangan kepada Amerika Serikat.

Kedua video tersebut berdurasi di bawah tiga menit dan diproduksi dengan kualitas sekelas Hollywood. Video tersebut menampilkan narator yang berbicara dalam bahasa Mandarin. Suara narasi menggambarkan seseorang yang ingin mengambil kendali atas masa depannya dan menyampaikan pesan yang mengajak para pejabat untuk menghubungi CIA dan bekerja untuk lembaga tersebut.

“Salah satu tugas utama CIA adalah mengumpulkan intelijen untuk presiden dan para pembuat kebijakan kami,” kata Direktur CIA John Ratcliffe kepada Fox News. “Salah satu cara kami melakukannya adalah dengan merekrut aset yang dapat membantu kami mencuri rahasia.”

Video-video tersebut tersedia di berbagai saluran media sosial CIA, termasuk YouTube, Facebook, Instagram, Telegram, dan X.

Video pertama, berjudul “Alasan Memilih Bekerja Sama: Menjadi Tuan atas Takdirmu”, tampaknya ditujukan kepada para pejabat senior yang “mencari stabilitas dalam iklim politik yang berbahaya,” seperti dijelaskan dalam deskripsi video berbahasa Mandarin.

Narator menceritakan kisah seorang pejabat sukses yang merasa tidak nyaman dengan posisinya karena gosip, pengkhianatan, dan rekan kerja yang “menghilang begitu saja.”

“Pria ini telah bekerja keras seumur hidupnya untuk mencapai posisi tinggi, tetapi kini ia menyadari bahwa setinggi apa pun jabatannya, itu tidak cukup untuk melindungi keluarganya di masa-masa yang menakutkan dan penuh gejolak ini. Ia merindukan kendali atas takdirnya, mencari jalan untuk melindungi orang-orang yang ia cintai dan hasil kerja kerasnya seumur hidup,” lanjut deskripsi tersebut.

Video ini terhubung dengan halaman yang berisi petunjuk tentang cara menghubungi CIA melalui layanan Tor—saluran digital yang aman, anonim, dan terenkripsi.

Dengan narasi Mandarin, terdapat deskripsi singkat dalam bahasa Inggris yang berbunyi, “Misi global kami menuntut agar individu dapat menghubungi CIA dengan aman dari mana pun.”

Video kedua, berjudul “Alasan Memilih Bekerja Sama: Menciptakan Masa Depan yang Lebih Baik”, menceritakan kisah seorang pejabat junior yang mempertanyakan hasil dari kerja kerasnya.

“Video ini menampilkan seorang pejabat Tiongkok yang belajar dan bekerja keras sepanjang hidupnya, namun jerih payahnya hanya menguntungkan karier atasannya,” demikian isi deskripsinya.

“Terperangkap dalam sistem yang sulit untuk dilepaskan dan dihimpit oleh persaingan yang ketat, ia mencari jalan lain untuk menghargai kerja kerasnya dan meraih tujuannya. Ia memilih mengambil keputusan yang sulit namun penting: menghubungi CIA dengan cara yang aman.”

Video kedua ditutup dengan pesan kepada penonton: “Takdirmu ada di tanganmu.”

Deskripsi dari kedua video tersebut menanyakan kepada audiens target apakah mereka memiliki informasi terkait “kebijakan ekonomi, fiskal, atau perdagangan” Partai Komunis Tiongkok.

“Apakah Anda bekerja di industri pertahanan? Apakah Anda bekerja di bidang keamanan nasional, diplomasi, sains, teknologi canggih, atau berurusan dengan orang-orang yang bekerja di bidang ini? Silakan hubungi kami,” demikian bunyi deskripsinya.

Video-video ini tampaknya berusaha memanfaatkan kondisi politik yang berbahaya di bawah PKT, yang memiliki sejarah panjang mengenai pertarungan kekuasaan internal yang sengit dan kadang mematikan sejak partai itu berkuasa pada tahun 1949.

Ketika Xi Jinping menjadi pemimpin Partai pada 2013, kampanye anti-korupsi besar-besaran diluncurkan dan sebagian besar menargetkan rival politiknya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, metode disipliner ini juga digunakan terhadap orang-orang yang diangkat oleh Xi sendiri, mencerminkan perebutan kekuasaan antar faksi yang masih berlangsung di dalam Partai.

Baru-baru ini, Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok juga menjadi sorotan karena kasus korupsi, dengan beberapa perwira tinggi dicopot dari jabatan mereka atau bahkan menghilang tanpa jejak.

Sumber: NTD News