Mengangkat Talenta Daerah Mercure Jayapura mengadakan Mercure Got Talent khas Papua
Jayapura, 07 Juni 2025 – Setelah sukses mengadakan fashion show dalam program Mercure Loves Jayapura Loves Papua Loves Indonesia setiap tanggal 7, Mercure Jayapura kembali mengadakan kegiatan penuh warna yang pastinya bertema khas Papua.
Hotel yang merupakan bagian dari Accor grup ini mengadakan lomba bernyanyi bertajuk Mercure Got Talent, yang berlangsung di ballroom Cartenz lantai 10 Mercure Jayapura.
“Selain dalam rangka menjalankan program Mercure Loves Jayapura Loves Papua Loves Indonesia, acara ini juga menjadi wadah kegiatan positif yang meningkatkan semangat para heartist dalam lingkungan kerja.” ucap General Manager Mercure Jayapura, Andreas Riyadi.
Para Heartist menampilkan kemampuan vokal mereka dengan penuh percaya diri, membawakan Song of Mercure Jayapura dan lagu pilihan yang memeriahkan suasana. Para Heartist juga tampil menggunakan berbagai busana Batik Khas Papua yang dipadukan dengan aksesoris khas Papua untuk merebut hati para juri.
“Dengan adanya acara ini, kita jadi bisa menggali potensi-potensi seni dari para heartist dan sekaligus menjalankan program kita setiap bulan” tambah Andreas.
Selain menyatakan rasa cinta pada Jayapura, Papua dan Indonesia. Para Heartist juga menyatakan rasa cintanya kepada Mercure Jayapura melalui Song of Mercure.
Survei: Pengguna TikTok Berat di Taiwan Cenderung Mendukung Pandangan Pro-Tiongkok
EtIndonesia. Harian The Guardian pada Kamis (6 Juni) melaporkan bahwa DoubleThink Lab, sebuah lembaga riset di Taiwan, telah merilis survei terbaru yang menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan pengguna Taiwan di TikTok, semakin besar kemungkinan mereka menerima pandangan pro-Tiongkok, bahkan menunjukkan tingkat penerimaan terhadap pengorbanan demokrasi.
Survei ini dilakukan pada Maret 2025 dan berfokus pada isu hubungan lintas selat (Taiwan-Tiongkok), sistem demokrasi, dan topik penyatuan. Data menunjukkan bahwa pengguna berat TikTok lebih cenderung percaya bahwa “Taiwan kekurangan kebebasan berbicara”, bahwa “penyatuan dengan Tiongkok tidak bisa dihindari”, dan bahkan merasa bahwa “demi perdamaian, demokrasi dapat dikorbankan.”
Contohnya, di kalangan pendukung Partai Progresif Demokratik (DPP), 26,8% pengguna TikTok menyatakan setuju untuk mengorbankan demokrasi demi perdamaian, 10 poin persentase lebih tinggi dibandingkan yang tidak menggunakan TikTok.
Peneliti utama Eric Hsu menjelaskan bahwa TikTok dapat mempengaruhi sikap politik penggunanya, bahkan membuat orang yang awalnya anti-Komunis mulai bersimpati pada Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan menolak sistem demokrasi.
Sebagai contoh, 23,9% pengguna TikTok setuju dengan pernyataan “Taiwan tidak memiliki kebebasan berbicara”, sedangkan di kalangan non-pengguna hanya 9,3% yang setuju.
TikTok dimiliki oleh perusahaan Tiongkok ByteDance, dan telah lama dicurigai oleh publik sebagai alat propaganda PKT. Beberapa negara telah membatasi atau melarang penggunaan TikTok, dan pemerintah Taiwan juga melarang pemasangan aplikasi tersebut di perangkat milik pemerintah.
Yu-hui Tai, asisten profesor di Universitas Nasional Yang Ming Chiao Tung Taiwan, menyatakan bahwa PKT selalu menekankan penggunaan “senjata dan pena” secara bersamaan, dan TikTok adalah salah satu alat opini publik mereka. Ia menyebut Taiwan kini berada di garis depan dalam menghadapi kampanye propaganda yang kompleks.
Faktanya, sejak tahun 2019 The Guardian pernah mengungkap bahwa TikTok menyesuaikan diri dengan kebijakan Beijing untuk menyensor isu-isu sensitif. Pada 2023, penelitian dari Universitas Rutgers AS juga menunjukkan bahwa algoritma TikTok memperbesar konten pro-Tiongkok dan menekan suara-suara yang kritis terhadap PKT.
Meskipun ByteDance terus membantah tuduhan ini, Titus C. Chen, peneliti di Universitas Nasional Chengchi Taiwan, menekankan bahwa meskipun pengguna tidak secara aktif mencari konten politik, algoritma TikTok tetap mendorong konten sesuai minat, yang bisa secara perlahan menyisipkan konten pro-PKT.
Ia menegaskan, “Hampir semua konten di TikTok berada di bawah pengaruh pemerintah PKT. Hampir tidak terlihat suara-suara yang mendukung kebebasan dan demokrasi.”
Laporan ini sekali lagi memicu kekhawatiran tentang pengaruh dan tingkat infiltrasi TikTok di masyarakat Taiwan, khususnya di kalangan anak muda. (Hui)
Sumber : NTDTV.com
Intiwhiz International Resmikan Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya,
Hotel Bintang Empat Pertama di Kota Pahlawan
Surabaya, 5 Juni 2025 – PT Intiwhiz International, anak perusahaan dari pengembang properti nasional PT Intiland Development Tbk, resmi memperluas jaringan perhotelannya dengan membuka Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya pada 5 Juni 2025. Ini merupakan hotel kedua yang dikelola Intiwhiz di Surabaya setelah Whiz Luxe Hotel Spazio, sekaligus menjadi hotel bintang empat pertama Intiwhiz di Kota Pahlawan.
Kehadiran Grand Whiz Hotel Praxis menjadi langkah strategis dalam menjawab kebutuhan akan akomodasi modern, nyaman, dan berkualitas di tengah pesatnya perkembangan Surabaya sebagai pusat bisnis dan gaya hidup.
Peresmian hotel ditandai dengan prosesi pembukaan tirai logo dan pengguntingan pita sebagai simbol dimulainya operasional Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya. Momen bersejarah ini menjadi semakin istimewa dengan kehadiran dan dukungan langsung dari Wakil Komisaris Utama PT Intiland Development Tbk, Sinarto Dharmawan, Presiden Direktur PT Intiwhiz International, Moedjianto S. Tjahjono, Direktur PT Intiland Developent Tbk, Simon Joseph Wirawan, General Manager Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya, Ari Perdana, serta dihadiri oleh pejabat wilayah setempat Komandan Komando Rayon Militer 0830/15 Genteng, Mayor Inf. Komang Dharma Laksamana.
Dalam sambutannya, Moedjianto S. Tjahjono mengungkapkan rasa bangga atas pencapaian ini. “Surabaya merupakan kota dengan potensi besar di sektor bisnis dan pariwisata. Kehadiran Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya kami harapkan dapat turut mendukung upaya Pemerintah Kota dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata melalui fasilitas akomodasi yang berkualitas dan berlokasi strategis,” ujarnya.
Sementara itu, Simon Joseph Wirawan, Direktur PT Intiland Development Tbk, juga menyampaikan harapannya terhadap kehadiran hotel ini, “Grand Whiz Hotel Praxis adalah bagian dari strategi jangka panjang kami dalam mengembangkan kawasan terpadu yang hidup dan produktif. Hotel ini diharapkan menjadi penggerak utama dalam meningkatkan vitalitas area sekitar.”
Berlokasi di jantung kota, Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya berdiri di area mixed-use Praxis, sebuah destinasi gaya hidup modern yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas seperti salon kecantikan, mini market, outet essential oil ternama, apartemen, ruang perkantoran, hingga layanan pembuatan SIM nasional. Kombinasi ini menjadikan hotel sebagai pilihan akomodasi yang praktis dan ideal, baik untuk pelancong bisnis maupun wisatawan.
General Manager Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya, Ari Perdana turut menyampaikan rasa antusiasmenya atas pembukaan hotel ini. “Kami siap menjadikan Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya sebagai pilihan utama bagi para tamu yang menginginkan lokasi strategis, fasilitas lengkap, dan pelayanan terbaik. Kami percaya, kehadiran kami akan membawa warna baru bagi industri perhotelan di Surabaya.”
Grand Whiz Hotel Praxis Surabaya menghadirkan 267 kamar bergaya modern dan stylish, lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung seperti ruang pertemuan, restoran, lounge & bar, kolam renang, pool bar, spa, dan gym. Seluruh fasilitas ini dirancang untuk memberikan kenyamanan maksimal dan pengalaman menginap yang berkelas bagi setiap tamu.
Dengan bertambahnya portofolio hotel di Surabaya, Intiwhiz International semakin mempertegas posisinya sebagai salah satu jaringan perhotelan nasional terdepan, yang terus berinovasi dan tumbuh seiring kebutuhan pasar yang berkembang.
Pengangguran Melonjak di Tiongkok, Muncul “Perusahaan Pura-pura Bekerja” di Berbagai Daerah
- Gelombang pengangguran terus menyapu berbagai sektor di Tiongkok, jumlah pengangguran meningkat tajam. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan namun tidak ingin keluarga mereka tahu, sehingga mereka berpura-pura pergi bekerja setiap hari.
- Baru-baru ini, di berbagai wilayah muncul fenomena “perusahaan pura-pura bekerja”, di mana banyak anak muda membayar untuk menyewa tempat kerja hanya agar terlihat sedang bekerja, memicu perbincangan hangat publik.
EtIndonesia. Sejak awal tahun ini, kota-kota seperti Beijing, Shanghai, Hangzhou, Chongqing, Guangdong, Sichuan, Hunan, Shanxi, dan Jiangsu dilaporkan telah memiliki “perusahaan pura-pura bekerja”.
Beberapa pelaku usaha mengungkapkan bahwa jumlah pengangguran meningkat pesat akhir-akhir ini, dan banyak orang tidak ingin keluarganya tahu mereka sedang menganggur. Maka dari itu, mereka membayar sekitar RMB. 30 per hari untuk duduk di “kantor” dari jam 09.00 pagi hingga 17.00 sore, berpura-pura bekerja. Bahkan, di akhir bulan mereka bisa mendapatkan slip gaji palsu.
中國年輕人去“假裝上班公司”“上班”。 pic.twitter.com/GEcFL2rzNd
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Baru-baru ini, seorang netizen perempuan membagikan kisahnya setelah terkena PHK. Ia pergi ke “perusahaan pura-pura bekerja” untuk “bekerja” demi menipu orang tuanya. Ia tiba di “kantor” pukul 09.45, menanyakan harga, dan akhirnya membayar RMB.30 untuk duduk di tempat kerja. Saat membuat kopi di pantry, ia bertemu “CEO” perusahaan, lalu membayar RMB.60 untuk berpura-pura bekerja di ruang direktur.
Setelah sarapan di meja kerjanya, ia mulai mencari lowongan kerja secara online dan bermain ponsel saat istirahat. Ia memperhatikan bahwa rekan-rekan “kerja” lainnya terlihat murung. Ia berpikir, “Sepertinya bukan hanya aku yang tidak punya pekerjaan.”
Pukul 12.15 siang, ia makan siang di mejanya dan melihat salah satu teman ayahnya juga berada di sana “bekerja”. Sekitar pukul 16.00 sore, ia mengambil foto dirinya sedang “bekerja” dan mengirimkan ke ibunya dengan alasan sedang lembur.
Pukul 17.30, banyak “rekan kerja” lain masih “lembur”. Baru sekitar pukul 20.00 malam, mereka mulai “pulang”, dan setengah jam kemudian, ia pun pulang ke rumah.
中國多地出現“假裝上班公司”。 pic.twitter.com/4uLTkXwtCi
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Seorang influencer mengatakan bahwa maraknya “perusahaan pura-pura bekerja” terjadi karena kondisi ekonomi yang memburuk dan angka pengangguran yang tinggi. Banyak anak muda takut dimarahi atau ditekan oleh orang tua mereka soal pekerjaan dan pernikahan, sehingga memilih untuk berpura-pura bekerja setiap hari.
中國失業人員暴增,多地出現“假裝上班公司”,為失業人員停供暫時的避風港。 pic.twitter.com/lKXPKhKH2n
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Selain itu, karena kondisi ekonomi Tiongkok memburuk, tingkat kekosongan ruang kantor komersial meningkat drastis. Banyak investor akhirnya mengubah ruang kantor besar menjadi kantor bersama (co-working space) yang menyewakan meja kerja untuk individu, demi mendapatkan pemasukan.
成都一家假裝上班公司,失業人員付費上班。 pic.twitter.com/Sl69b5ZSv7
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Seorang wanita pemilik “Perusahaan Pura-pura Bekerja Co., Ltd.” di Chengdu, Sichuan, mengatakan dalam sebuah video: “Secara tampak luar kami adalah sebuah perusahaan, tapi sebenarnya ini seperti penitipan orang dewasa. Di sini kamu bisa bebas main HP, main komputer, ada WiFi dan AC, jam kerja dari jam 10 pagi sampai 17.00 sore, tidak perlu absen juga.”
重慶為失業人員提供了“假裝上班公司”。 pic.twitter.com/kpRoAoelQe
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Ia menambahkan, bos perusahaan kadang-kadang juga akan berpura-pura memberikan tugas kerja.
“Tentu saja kamu bisa menolak dengan alasan apa pun, tidak usah takut dipecat. Kamu bahkan bisa merasakan sensasi ‘melempar proposal ke wajah bos’.”
Di Chongqing, juga telah muncul “perusahaan pura-pura bekerja”. Seorang pemilik mengatakan dalam sebuah video: “Bagi warga Chongqing yang ingin pura-pura kerja, kami sudah siapkan tempatnya. Tampak luar seperti perusahaan resmi, tapi sebenarnya tempat ini hanya disediakan untuk mengisi masa menganggur kalian.”
東莞也有“假裝上班公司”。 pic.twitter.com/4XX2mKF5Fq
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Ia menjelaskan bahwa angka pengangguran di Chongqing sedang tinggi, dan banyak orang tidak berani memberi tahu keluarga mereka bahwa mereka kehilangan pekerjaan. Maka dari itu, ia membuka tempat bagi orang-orang untuk menyewa meja kerja dan berpura-pura bekerja. Bahkan, mereka yang ingin berpura-pura menjadi bos pun bisa menyewa ruang direktur atau CEO dengan tarif khusus.
在太原开一家假装上班的公司是种什么体验? pic.twitter.com/9uk9ydh5FC
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Perusahaan sejenis juga muncul di Guangdong. Seorang influencer mengatakan:
“Teman saya di Dongguan Songshanhu membuka perusahaan bernama ‘Perusahaan Tidak Bekerja’. Saat ini, tempat kerjanya sudah penuh, seperti kantor kita ini, semua meja kerja sudah terisi penuh.”
Ia menambahkan: “Di Perusahaan Tidak Bekerja, kamu bisa memarahi bos, tidak bekerja, tidur, membaca novel, menonton video, dan melakukan apa pun yang kamu mau. Cukup bayar RMB.30 sehari untuk dapat satu meja kerja. Bisa mulai kerja jam 10 pagi, pulang jam 5 sore, atau bahkan jam 3 sore. Inilah Perusahaan Tidak Bekerja. Siapa sangka perusahaan seperti ini bisa benar-benar ada?”
上海“假裝上班公司”,年輕人付費9.9元上班一天。 pic.twitter.com/8JZVlv0c0p
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Situs pendaftaran perusahaan di Tiongkok menunjukkan bahwa di kota-kota seperti Beijing, Shanghai, Changsha (Hunan), Taiyuan (Shanxi), dan Hangzhou (Jiangsu) telah terdaftar beberapa perusahaan sejenis “perusahaan pura-pura bekerja”.
Sebuah video menunjukkan bahwa di Gedung Era Baru di Distrik Jing’an, Shanghai, hanya dengan RMB.9,9 saja seseorang sudah bisa mendapatkan meja kerja bersama untuk berpura-pura bekerja.
Fenomena “perusahaan pura-pura bekerja” di berbagai wilayah Tiongkok memicu banyak perbincangan di kalangan netizen. Beberapa komentar warganet:
- “Bukankah ini mirip warnet? Tapi ini lebih bagus, bisa main game bareng sambil duduk kayak di kantor.”
- “Menurutku ini ide bagus, RMB.9,9 sehari lebih murah dari biaya listrik dan internet di rumah.”
- “Menipu ayah dan ibu: ‘Aku lagi kerja, kok.’”
- “Menganggur bukan masalah, yuk pura-pura kerja bareng di Perusahaan Pura-pura Bekerja!”
- “Terlalu lama di rumah, jadi kangen suasana kantor… sehari pura-pura kerja biar berasa ‘ngantor’ lagi. Ternyata banyak juga yang senasib.”
Seorang influencer menyimpulkan dengan nada getir: “Benar-benar tidak terduga. Dulu hal-hal aneh terjadi tiap tahun, tapi tahun ini benar-benar luar biasa. Generasi kami—yang lahir tahun 80-an dan 90-an—sudah melewati SARS, makan minyak got, minum susu formula Sanlu, dan divaksin Sinovac. Setelah lulus kuliah, sistem penempatan kerja dihapus. Saat ingin menikah, diminta punya rumah dan mobil. Setelah susah payah mengumpulkan uang muka rumah, harga properti justru melonjak. Baru selesai renovasi dan pindah, harga rumah malah anjlok. Sekarang harga rumah dipotong setengah, dan kami malah terkena PHK massal yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
失业了不可怕,一起去假装上班有限公司吧. pic.twitter.com/1uboPSizc2
— ying tang (@yingtan04410735) June 7, 2025
Ia menambahkan, “Sekarang semuanya berbalik. Dulu bos yang bayar gaji kita. Sekarang kalau saya cerita, orang bisa salah paham. Karena sekarang malah saya yang bayar ke bos untuk bisa kerja. Apa lagi yang tidak mungkin terjadi?” (Hui)
Laporan oleh jurnalis Luo Tingting – NTDTV.com
Kebakaran Hutan di Kanada Diduga Ulah Manusia? Sejumlah Tersangka Didakwa Karena Pembakaran
EtIndonesia. Perdana Menteri Provinsi Saskatchewan, Scott Moe, mengumumkan bahwa dua orang telah didakwa karena memicu kebakaran hutan melalui tindakan pembakaran.
Pengumuman ini disampaikan Moe dalam konferensi pers daring pada Jumat sore(6/6), di mana dia juga melaporkan situasi terkini kebakaran hutan yang melanda provinsinya.
Menurut penjelasan Moe, dakwaan ini berkaitan dengan kebakaran di sekitar wilayah Weyakwin serta kawasan Smeaton/Snowden.
“Royal Canadian Mounted Police (RCMP) telah memberi tahu kami bahwa sejumlah tersangka telah secara resmi didakwa,” ujar Moe dalam konferensi tersebut.
RCMP mengonfirmasi bahwa dua orang telah didakwa atas dugaan menyebabkan kebakaran hutan. Namun, kedua kasus ini tampaknya tidak berkaitan langsung dengan kebakaran besar yang tidak terkendali dan mengancam banyak komunitas di seluruh provinsi.
Dakwaan pertama berkaitan dengan kebakaran yang terjadi pada 30 Mei di dekat Highway 696. Saat itu, Unit RCMP Waskesiu menerima laporan dan menuju lokasi kebakaran di sebuah daerah pedesaan, sekitar satu jam berkendara barat laut dari Kota Prince Albert. Setelah penyelidikan, petugas memastikan bahwa kebakaran itu adalah akibat perbuatan manusia.
Polisi menyatakan bahwa seorang perempuan berusia 18 tahun dari komunitas Montreal Lake Cree Nation telah didakwa atas satu pasal tindak pidana pembakaran.
Tersangka kedua adalah pria berusia 36 tahun dari Pelican Narrows, yang juga didakwa atas tindakan pembakaran. Dakwaan ini berkaitan dengan insiden pembakaran di parit pinggir jalan Highway 55, dekat Snowden, pada 3 Juni sekitar pukul 01:45 dini hari.
Menurut laporan kepolisian, setelah menerima panggilan darurat tentang seseorang yang membakar parit jalan, Unit RCMP Nipawin segera menindaklanjuti laporan tersebut dan berhasil menangkap tersangka. Pria itu dijadwalkan akan menjalani sidang di Pengadilan Provinsi Prince Albert pada hari Jumat.
Hingga Jumat sore, berdasarkan data dari Badan Keamanan Publik Saskatchewan (SPSA), tercatat masih ada 25 titik kebakaran aktif di seluruh provinsi. Tujuh di antaranya belum berhasil dikendalikan, dan tiga lokasi lainnya menjadi fokus perlindungan terhadap aset-aset properti yang terancam.
Moe menegaskan bahwa banyak dari kebakaran yang terjadi disebabkan oleh ulah manusia, baik secara sengaja maupun tidak.
“Hampir semua kebakaran hutan yang saat ini kami tangani di Saskatchewan, meski tidak semuanya karena pembakaran yang disengaja, namun pada dasarnya merupakan akibat dari aktivitas manusia. Beberapa di antaranya memang dipicu secara sengaja,” ujar Moe.
SPSA melaporkan bahwa hingga kini sekitar 400 bangunan telah hancur akibat kebakaran, dan lebih dari 15.000 warga terpaksa dievakuasi dari rumah mereka.
Otoritas setempat menyebut bahwa ini merupakan krisis kebakaran hutan terburuk di Saskatchewan sejak tahun 2015, ketika sekitar 17.000 orang mengungsi akibat bencana serupa.
Seiring dengan terus meningkatnya jumlah pengungsi, muncul pertanyaan mendesak: ke mana semua orang harus ditampung?
Dengan kapasitas hotel yang hampir penuh, kebutuhan akan tempat penampungan darurat semakin mendesak. Moe menyatakan bahwa SPSA mungkin perlu membangun “shelter darurat terpusat” dengan kapasitas lebih besar.
Namun, Ketua SPSA Marlo Pritchard menyampaikan bahwa situasi kebakaran di beberapa wilayah dekat komunitas yang telah dievakuasi mulai membaik. Warga mungkin dapat segera kembali ke rumah mereka dalam beberapa hari ke depan, meskipun ia tidak merinci komunitas mana saja yang dimaksud.
Pritchard menambahkan bahwa SPSA akan bekerja sama dengan para pemimpin komunitas untuk menentukan kapan warga dapat kembali ke daerah asal mereka, asalkan kondisi telah dipastikan aman.
Meskipun Partai Demokrat Baru, Saskatchewan dan sejumlah pemimpin masyarakat adat terus mendesak pemerintah provinsi untuk meminta bantuan militer, Moe menyatakan bahwa pihaknya mungkin akan mengerahkan militer Kanada dalam beberapa hari mendatang.
Dia menjelaskan, jika kebakaran mengakibatkan terputusnya akses jalan, pemerintah provinsi berencana meminta bantuan militer untuk menggunakan pesawat angkut “Hercules” guna mendukung proses evakuasi.
Moe juga menyebut bahwa dia tengah berdiskusi dengan pejabat federal mengenai kemungkinan pengerahan tentara untuk membantu menjaga keamanan di komunitas yang dievakuasi, guna meringankan beban kerja RCMP dan petugas keamanan setempat yang saat ini bertugas di lapangan.
“Ini adalah diskusi yang sifatnya dinamis dan terus diperbarui. Setiap hari pada pukul 9 pagi kami melakukan briefing situasi, dan jika ada perkembangan baru, penyesuaian akan dilakukan sepanjang hari,” pungkas Moe.(jhn/yn)
Ukraina Ungkap Lebih Banyak Video Serangan Drone ke Pangkalan Udara Rusia
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) pada Sabtu (7/6/2025) merilis video terbaru dari serangan drone ke pangkalan militer Rusia yang terjadi sepekan lalu. Video tersebut menunjukkan sebuah drone terbang menuju Pangkalan Udara Belaya di wilayah Irkutsk, dekat Danau Baikal, Rusia, dan mengenai pesawat militer yang diparkir di landasan. Serangan ini merupakan bagian dari “Operasi Jaring Laba-laba” militer Ukraina.
EtIndonesia. Sebuah drone tipe FPV lepas landas dari atap sebuah kontainer, kemudian terbang menuju Pangkalan Udara Belaya di wilayah Irkutsk, Rusia, dan menghantam sebuah pesawat yang terparkir di landasan pacu. Asap tebal terlihat membumbung dari lokasi bandara, dan sebuah pesawat lainnya tampak terbakar hebat, dengan asap menyelimuti seluruh area.
Ini bukan film fiksi, melainkan cuplikan nyata yang dirilis oleh Dinas Keamanan Ukraina pada hari Sabtu, memperlihatkan serangan drone ke Pangkalan Udara Belaya di Irkutsk, Rusia, yang terjadi sepekan sebelumnya.
Menurut laporan sebelumnya, pada 1 Juni, Ukraina meluncurkan serangan besar-besaran ke beberapa pangkalan udara Rusia dalam operasi yang diberi nama “Operasi Jaring Laba-laba.”
Sebanyak 117 drone dikerahkan untuk menyerang empat pangkalan udara militer Rusia, menghancurkan 41 pesawat tempur dengan total kerugian mencapai sekitar 7 miliar dolar AS.
Pihak Ukraina menyatakan bahwa drone-drone tersebut telah dipersiapkan secara rahasia selama 18 bulan, dan diselundupkan mendekati pangkalan militer Rusia melalui truk sebelum diluncurkan.
Sebelumnya, Ukraina sudah pernah merilis satu putaran video serangan tersebut, dan kali ini merupakan tambahan bukti visual yang baru. (Hui)
Laporan oleh reporter NTD: Tang Li dan Tian Yuan
Hitungan Mundur Pembalasan Total Rusia? Rencana Besar Putin Dibongkar
EtIndonesia. Pada 1 Juni, Ukraina meluncurkan serangan drone skala besar dengan sandi “Operasi Jaring Laba-laba”, yang berhasil menghantam beberapa pangkalan militer dan aset strategis di dalam wilayah Rusia. Presiden Rusia, Vladimir Putin sejauh ini tetap diam, namun para analis intelijen dan ahli geopolitik meyakini bahwa di balik diamnya itu tengah disiapkan badai pembalasan berskala besar dan tidak konvensional.
Putin Diam, Tapi Rusia Tengah Menyusun Pembalasan Asimetris Multiarah
Menurut evaluasi intelijen Amerika dan beberapa negara Eropa, serangan udara Rusia ke Kyiv pada 6 Juni, yang menewaskan 6 orang dan melukai 80 lainnya, hanyalah langkah awal dan belum mencerminkan skala pembalasan sesungguhnya yang disiapkan Kremlin.
Seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan AS mengungkapkan kepada Reuters: “Pembalasan utama belum dimulai. Rusia sedang menyesuaikan strategi dan bersiap melancarkan serangan balasan asimetris dan multidimensi.”
Strategi pembalasan tersebut diyakini mencakup:
· Serangan rudal presisi tinggi
· Gelombang serangan drone yang padat
· Operasi cyber untuk melumpuhkan sistem pemerintah
· Gangguan elektronik terhadap komunikasi dan sistem drone Ukraina
Menurut Samuel Kofman dari Carnegie Endowment for International Peace, Rusia mungkin akan menjadikan markas besar Dinas Keamanan Ukraina (SBU) sebagai salah satu target pertama, atau menyerang jalur logistik bantuan militer Barat untuk mengacaukan arus suplai.
Putin dan “Politik Diam” Sebelum Serangan
Putin dikenal sebagai pemimpin yang ahli memainkan “politik sinyal” dalam perang. Ketika mendekati titik balik strategis, dia cenderung diam—lalu membalas dengan kekuatan penuh pada waktu yang dianggap tepat.
Media Rusia melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah meningkatkan status siaga pada unit Angkatan Udara Antariksa dan Pasukan Rudal Strategis. Armada Laut Hitam dan Komando Militer Distrik Selatan juga sedang melaksanakan latihan besar-besaran, yang menandakan Rusia sedang mengonsolidasikan kekuatan untuk pembalasan dan menunggu momen serangan yang tepat.
Para pakar menilai bahwa Rusia mungkin akan memilih momen simbolik seperti Hari Nasional Ukraina, KTT NATO, atau pertemuan puncak Uni Eropa sebagai waktu untuk melancarkan serangan kejutan—guna memberikan dampak politik dan psikologis maksimal di panggung global.
Peringatan AS: Serangan Rusia Bisa Lumpuhkan Sistem Intelijen dan Komunikasi Ukraina
Dalam laporan gabungan Pentagon dan NATO, disebutkan bahwa Rusia tidak akan membalas di medan perang secara simetris, melainkan mengincar serangan yang melumpuhkan fungsi strategis Ukraina. Target potensial meliputi:
· Serangan rudal ke markas SBU dan pusat komunikasi
· Gangguan elektronik untuk menghancurkan sistem kendali drone
· Serangan siber terhadap infrastruktur penting dan pemerintahan
· Sabotase jalur suplai militer Barat seperti pelabuhan, jalur kereta, dan pusat distribusi senjata
Presiden AS Donald Trump juga menanggapi situasi ini dengan komentar kontroversial: “Ukraina memberikan Putin alasan untuk membalas.”
Pernyataan itu memicu kecaman luas karena dianggap membela Rusia. Namun Trump menegaskan bahwa dia tidak ingin perang meningkat ke level konflik nuklir, dan akan “menjalankan sanksi secara tegas”.
Kekhawatiran Eropa: Rusia Bisa Lampaui Batas Etika Perang
Seorang pejabat tinggi diplomatik Uni Eropa memperingatkan bahwa: “Rusia bisa saja melancarkan tindakan yang melampaui batas moral perang. Ini bukan sekadar pembalasan militer, tapi tantangan langsung terhadap tatanan Eropa.”
Kementerian Luar Negeri Inggris mendesak negara-negara anggota NATO dan Uni Eropa untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara mutakhir seperti IRIS-T, NASAMS, dan Patriot.
Sementara itu, analis militer Jerman menyebut keberhasilan Ukraina dalam “Operasi Jaring Laba-laba” sebagian besar karena penetrasi intelijen elektronik mendalam ke dalam sistem pertahanan Rusia, yang dianggap sebagai tamparan berat terhadap reputasi militer Moskow dan mendorong perombakan strategi Rusia secara menyeluruh.
Risiko Luapan Konflik Global: Pembalasan Rusia Bisa Memicu Efek Domino
Pengamat strategis internasional memperingatkan bahwa jika Rusia melancarkan pembalasan di luar batas konvensional, bisa terjadi efek domino global, seperti:
· Jika serangan mengenai fasilitas militer dekat perbatasan negara tetangga, bisa memicu reaksi berantai dari NATO
· Jika serangan siber melumpuhkan jaringan komunikasi perusahaan-perusahaan Barat, bisa menjadi preseden baru dalam perang siber global
· Jika elit politik Ukraina jadi target, tekanan opini publik Barat untuk intervensi langsung bisa meningkat tajam
Israel dan Turki telah menyerukan kepada kedua belah pihak agar segera menghentikan eskalasi militer, sementara Tiongkok tetap bersikap netral dan mendorong penyelesaian lewat jalur diplomasi.
Masih Adakah Harapan Perdamaian? Perang dan Diplomasi di Persimpangan Jalan
Meski ketegangan meningkat, Presiden Trump dalam percakapan terbaru dengan Putin menyatakan kesediaan membantu mencari solusi diplomatik. Delegasi Rusia dan Ukraina pun dikabarkan melanjutkan negosiasi di Istanbul, Turki. Uni Eropa juga mengonfirmasi bahwa Tiongkok dan Uni Emirat Arab sedang mencoba memediasi agar kedua pihak kembali ke meja perundingan.
Namun, menurut model simulasi dari lembaga intelijen militer, jika Rusia benar-benar memulai pembalasan besar-besaran, maka perang akan memasuki fase baru yang lebih destruktif dan berbasis teknologi tinggi.
Medan tempur tidak lagi didominasi tank dan infanteri, melainkan oleh drone, perang elektronik, satelit, dan kendali jaringan digital. Musim panas tahun 2025 bisa menjadi titik balik menuju format perang abad ke-21.
Langkah Putin: Di Persimpangan Takdir Dunia
Hitung mundur pembalasan Rusia kini membuat dunia tegang dan waspada. Diamnya Putin bukan sekadar tanda kehati-hatian, melainkan bisa jadi rencana strategis menuju pembalasan yang sangat dahsyat.
Trump, NATO, Uni Eropa, dan kekuatan global lainnya kini terus memantau setiap pergerakan. Ketika tekanan militer dan diplomasi saling berhadapan, beberapa hari ke depan akan menjadi penentu arah geopolitik dunia.
Akankah ini menjadi peluang untuk deeskalasi?
Atau awal dari konflik besar yang tak bisa dibalikkan?
Dunia menahan napas. Jawabannya, mungkin sedang disusun di ruang gelap Kremlin.(jhn/yn)
Benarkah Tiongkok Membuat Myanmar Semakin Kacau? The Economist: Semua Ini Ada Kaitannya dengan Taiwan
EtIndonesia. Di jantung Asia Tenggara, Myanmar tengah terjerumus cepat ke dalam kekacauan tanpa hukum. Di balik krisis ini, Partai Komunis Tiongkok (PKT) memainkan peran ganda—di satu sisi menjalin hubungan erat dengan junta militer, dan di sisi lain, secara diam-diam menjalin kerja sama dengan berbagai kelompok bersenjata, bahkan menyuplai senjata untuk memengaruhi dinamika konflik. Tujuan utamanya? Menjaga keamanan jalur energi Tiongkok-Myanmar, yang sangat strategis sebagai jalur cadangan andai pecah perang di Selat Taiwan.
Pada tanggal 4 Juni, majalah ternama asal Amerika The Economist melaporkan bahwa Myanmar kini hampir menjadi negara yang sepenuhnya dikuasai kekerasan. Lebih dari 2 juta orang berada di ambang kelaparan, dan perdagangan narkoba, pusat-pusat penipuan daring berskala besar, serta jaringan perdagangan manusia telah menyebar melintasi perbatasan. Myanmar kini berada dalam krisis kemanusiaan yang serius, dan posisi strategisnya membuat krisis ini semakin penting secara geopolitik.
Dengan mundurnya Amerika Serikat dan Eropa yang dulu pernah memainkan peran penting, Tiongkok kini menjadi kekuatan eksternal paling dominan di Myanmar—dan dengan kebijakan luar negeri yang mengabaikan nilai-nilai seperti hak asasi manusia dan supremasi hukum, Beijing memperlihatkan wajah “realpolitik”-nya secara gamblang.
Tiongkok Pegang Kendali Myanmar dari Luar
Myanmar memang memiliki sejarah yang kelam. Sejak kudeta militer tahun 1962, negara ini dikuasai oleh militer selama hampir setengah abad. Meski sempat mengalami reformasi politik antara 2011 hingga 2021 yang memungkinkan Aung San Suu Kyi memimpin pemerintahan sipil, berbagai pelanggaran HAM tetap terjadi, termasuk pembersihan etnis terhadap minoritas Rohingya.
Namun, semua itu berubah pada tahun 2021 saat militer kembali mengambil alih kekuasaan lewat kudeta berdarah. Sejak itu, junta militer terlibat dalam perang sipil melawan puluhan kelompok pemberontak, aktivis kebebasan, dan bahkan geng kriminal. Negara yang luasnya hampir sebanding dengan Ukraina itu kini menjadi ladang perang yang brutal. Di tengah semua itu, pengaruh Tiongkok tumbuh secara dramatis.
Pipa Energi Strategis: Bekal Tiongkok untuk Perang di Selat Taiwan
Berbeda dengan negara-negara Barat yang mementingkan nilai-nilai universal, Beijing lebih pragmatis: dia siap bekerja sama dengan siapa pun, entah itu penguasa, oligarki, atau milisi bersenjata. Setelah sebelumnya bekerja sama dengan Aung San Suu Kyi, kini Tiongkok menjalin hubungan dengan junta militer sekaligus kelompok pemberontak.
Dengan memasok senjata dan amunisi, Tiongkok berusaha mengontrol jalannya konflik demi melindungi kepentingan strategisnya, salah satunya adalah pipa energi sepanjang 2.500 kilometer yang membentang dari Samudra Hindia hingga ke wilayah daratan Tiongkok.
Jalur ini memungkinkan Tiongkok menghindari ketergantungan pada Selat Malaka, jalur laut yang sangat strategis namun rawan blokade jika terjadi konflik besar, terutama di Selat Taiwan. Maka, jika perang Taiwan meletus, pipa Myanmar akan menjadi jalur cadangan vital untuk menyuplai minyak dan gas ke Tiongkok.
Tiongkok Ingin Kendali atas Sumber Daya dan Infrastruktur Myanmar
Selain melindungi jalur energinya, Tiongkok juga ingin tetap mengontrol sumber daya alam Myanmar, sekaligus menjaga proyek infrastruktur besar dalam skema “Belt and Road Initiative” (BRI).
Tak hanya itu, Beijing juga berusaha menindak kelompok kriminal penipuan daring yang menargetkan warga Tiongkok dari wilayah Myanmar, serta mencegah masuknya pengaruh Barat ke perbatasan selatannya.
Dorongan Tiongkok untuk Pemilu Palsu Bisa Picu Kekerasan Baru
Untuk menjaga stabilitas yang menguntungkan Beijing, Tiongkok kini menekan junta Myanmar agar menyelenggarakan pemilu semu tahun ini guna menciptakan kesan legitimasi. Namun, pemilu ini dikhawatirkan akan memicu gelombang kekerasan baru, karena kelompok-kelompok oposisi kemungkinan besar akan menolak dan mencoba menggagalkannya.
Jika kekacauan semakin dalam, wilayah perbatasan Myanmar dengan Bangladesh, Tiongkok, India, Laos, dan Thailand juga berisiko ikut terdampak.
Apakah Ada Harapan untuk Myanmar?
Harapan jangka panjang Myanmar sangat bergantung pada apakah kekuatan pro-demokrasi bisa bersatu dan menang dalam perang sipil ini. Atau, apakah negara-negara tetangganya seperti India dan Thailand mau berperan aktif mendorong proses damai yang adil dan berkelanjutan.
Namun hingga kini, sebagian besar negara tetangga Myanmar justru mendukung atau bersikap permisif terhadap junta, bahkan mendorong pemulihan hubungan internasional dengan rezim militer.
Namun cepat atau lambat, mereka akan menyadari bahwa hanya dengan mendorong demokratisasi Myanmar, stabilitas kawasan bisa benar-benar tercapai.
Jika tidak, maka kekerasan akan terus berulang, dan Myanmar akan terus terseret ke dalam jurang penderitaan—didorong oleh ambisi Tiongkok yang semakin agresif dan mementingkan keuntungan semata, serta kelambanan dan ketidakpedulian komunitas internasional.
Kondisi ini bukan hanya tragedi bagi Myanmar, tapi juga sebuah peringatan serius bagi dunia.(jhn/yn)
Perang antara Rusia dan Ukraina Meningkat Tajam, Pembicaraan Damai Sulit Dilakukan Hingga Semua Lapisan Masyarakat Khawatir
- Pekan ini, Rusia dan Ukraina mengadakan putaran kedua perundingan damai, namun hasilnya sangat minim. Ukraina meledakkan puluhan pesawat pembom Rusia yang dapat membawa senjata nuklir serta Jembatan Krimea.
- Sebagai balasan, Rusia membombardir kota-kota besar Ukraina seperti Kyiv dan Kharkiv. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menyampaikan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa ia bersumpah akan melakukan pembalasan.
- Sementara itu, NATO meningkatkan dukungannya terhadap Ukraina, dan Trump tampaknya lebih memilih menggunakan sanksi untuk menekan kedua pihak agar menghentikan perang. Dunia kini sangat khawatir terhadap eskalasi konflik Rusia-Ukraina.
EtIndonesia. Pada 2 Juni, Rusia dan Ukraina mengadakan putaran kedua perundingan damai di Turki. Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan berharap dapat mempertemukan langsung pemimpin kedua negara, namun hal ini tampaknya sulit terwujud. Beberapa hari sebelum perundingan damai, Ukraina meluncurkan serangan bertubi-tubi terhadap Rusia. Sebuah truk militer Rusia meledak di Yakymivka, Zaporizhzhia. Keesokan harinya, pasukan khusus Ukraina menyerang brigade marinir Rusia yang bermarkas di Vladivostok.
Sehari sebelum perundingan (1 Juni), Ukraina meluncurkan “Operasi Jaring Laba-laba”, menyerang empat pangkalan udara Rusia menggunakan drone. Serangan ini menghancurkan sepertiga kekuatan udara Rusia, termasuk pesawat pembom dan pesawat peringatan dini—serangan tunggal terbesar sejak Perang Dunia II.
Reporter bertanya : “Apakah Presiden Trump diberitahukan sebelumnya mengenai serangan Ukraina?”
Juru bicara Gedung Putih, Levitt: “Tidak.”
Sehari setelah perundingan damai (3 Juni), Ukraina meledakkan Jembatan Krimea dengan 1.100 kg bahan peledak bawah air. Di hari yang sama, fasilitas listrik di wilayah Zaporizhzhia dan Kherson yang dikuasai Rusia juga dibom.
Tentara Rusia: “Kerja bagus, teman-teman! Selamat! Vodolazhi kini milik kita!”
Tak tinggal diam, Rusia membalas dari tanggal 4 hingga 6 Juni dengan membombardir kota-kota besar Ukraina, termasuk Kharkiv, Kyiv, Lutsk, Ternopil, dan Lviv.
Presiden AS Donald Trump: “Kebencian yang luar biasa besar ada di antara kedua orang ini (Putin dan Zelenskyy), dan juga di antara kedua belah pihak yang berperang.”
Kanselir Jerman Friedrich Merz: “Kami (Amerika dan Jerman) sedang mencari berbagai cara untuk mengakhiri perang mengerikan ini (antara Rusia dan Ukraina).”
Pada 5 Juni, Kanselir Merz mengunjungi Gedung Putih dan menyebutkan bahwa 81 tahun lalu, tentara AS membebaskan Jerman dari Nazi. Kini, strategi Jerman terhadap perang Rusia-Ukraina memang berbeda dengan AS, namun Jerman siap bekerja sama.
Dalam pertemuan NATO sehari sebelumnya, Jerman berjanji membantu Ukraina mendapatkan sistem pertahanan udara. Inggris juga berjanji akan mengirimkan 100.000 drone sebagai bagian dari bantuan militer untuk Ukraina.
Salah satu penyebab utama perang Rusia-Ukraina adalah keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO, yang hingga kini tetap menjadi ganjalan bagi Rusia.
Pada 2 Juni, dalam memorandum gencatan senjata dari Rusia, masih tercantum syarat utama: melarang Ukraina bergabung dengan NATO. Syarat lainnya termasuk:
- Ukraina melepaskan keinginan bergabung dengan NATO;
- Larangan penempatan pasukan asing;
- Penghentian total bantuan senjata dan intelijen dari Barat;
- Ukraina secara resmi mengakui Krimea dan empat wilayah di timur sebagai bagian dari Rusia.
Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, awalnya menyatakan perlu waktu seminggu untuk mempelajari syarat-syarat tersebut. Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky segera menolaknya.
Zelensky: “Baik Ukraina maupun siapa pun tidak akan menganggap serius hal ini, karena ini bukanlah memorandum, melainkan ultimatum.”
Sementara itu, syarat gencatan senjata dari Ukraina adalah: Rusia harus menghentikan semua serangan tanpa syarat, membebaskan tawanan perang, dan mengembalikan anak-anak yang diculik.
Dari perundingan damai putaran kedua, hanya ada kesepakatan mengenai pertukaran prajurit yang terluka, tawanan perang, dan jenazah sekitar 6.000 prajurit yang gugur.
Pada 7 Juni, Rusia mengirimkan 1.212 jenazah tentara Ukraina ke lokasi pertukaran, namun Ukraina menunda pelaksanaan kesepakatan tersebut.
Ketua delegasi Rusia, Vladimir Medinsky, menyatakan alasan Ukraina sangat membingungkan dan menyerukan agar pertukaran dimulai segera.
Pekan ini, strategi drone Ukraina mengejutkan dunia, sementara serangan udara brutal Rusia juga mengingatkan dunia akan kekuatan destruktifnya. Pada 6 Juni, pangkalan udara Rusia di Ryazan dan Saratov kembali diserang Ukraina. Kebakaran besar terjadi di depot bahan bakar di pangkalan. Keesokan paginya, Ukraina menembak jatuh satu pesawat tempur Su-35 Rusia. Ketegangan perang terus meningkat.
Pada 4 Juni, setelah berbicara dengan Putin lewat telepon, Trump menyatakan bahwa Putin akan segera membalas. Di hari yang sama, ia membagikan artikel dari The Washington Post mengenai disahkannya “Undang-Undang Sanksi Rusia” oleh Kongres AS, yang memberi Trump kekuatan untuk menekan Putin agar menghentikan perang.
Trump: “(Sanksi dari AS) akan sangat-sangat berat, dan mungkin ditujukan ke kedua negara (Rusia dan Ukraina). Sejujurnya, satu tangan tak bisa bertepuk sendiri.” (Hui)
Laporan oleh: Lin Chao dan Yu Wei – Majalah Berita NTD
Calon Presiden Kolombia Ditembak di Kepala dari Belakang, Kini Kondisinya Kritis
Miguel Uribe, kandidat dalam pemilu presiden Kolombia tahun depan, ditembak dan terluka dalam sebuah pidato kampanye di hadapan massa pada Sabtu (7/6/2025) di ibu kota Bogotá. Ia kini berada dalam kondisi kritis, dan satu orang telah ditangkap. Pemerintah Kolombia mengecam kejadian ini sebagai sebuah “serangan”.
EtIndonesia. Uribe, 39 tahun, berasal dari partai oposisi konservatif “Pusat Demokratik” (Democratic Center), partai yang didirikan oleh mantan presiden Álvaro Uribe. Meski memiliki nama belakang yang sama, mereka tidak memiliki hubungan keluarga.
Partai Pusat Demokratik mengeluarkan pernyataan keras mengecam serangan serius ini. Mereka menyatakan bahwa Uribe sedang mengadakan acara kampanye di sebuah taman di ibu kota ketika ia “ditembak dari belakang oleh pelaku bersenjata”. Partai menyebut serangan ini sangat serius, namun tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang kondisi luka Uribe.
Dalam cuplikan video, terlihat Uribe disangga oleh beberapa warga dan bersandar di sebuah mobil. Seseorang menekan kepala Uribe dengan tangan, sementara kemeja putihnya penuh berlumuran darah. Menurut petugas medis yang merawatnya, Uribe terkena dua tembakan di kepala dan satu di lutut.
Menteri Pertahanan Kolombia, Pedro Sánchez, menyatakan bahwa seorang tersangka penembakan telah ditangkap, dan pihak berwenang sedang menyelidiki kemungkinan keterlibatan pelaku lain. Sánchez juga mengatakan bahwa ia telah mengunjungi rumah sakit tempat Uribe dirawat.
Menteri Luar Negeri Kolombia, Laura Sarabia, menulis di media sosial: “Kekerasan tidak boleh menjadi cara untuk menyelesaikan masalah… Saya sungguh berharap Uribe selamat dan keluar dari kondisi kritis.”
Kantor Kepresidenan Kolombia juga mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah “dengan tegas dan keras” mengecam serangan kekerasan ini dan menyerukan investigasi menyeluruh.
Uribe berasal dari keluarga terpandang di Kolombia dan memiliki hubungan dekat dengan Partai Liberal Kolombia. Ayahnya adalah seorang pengusaha dan pemimpin serikat pekerja. Ibunya, jurnalis Diana Turbay, diculik pada tahun 1991 oleh Kartel Medellin yang dipimpin oleh gembong narkoba Pablo Escobar, dan tewas dalam upaya penyelamatan. (Hui)
Sumber : NTDTV.com
Pasangan Asal Tiongkok Selundupkan Patogen ke AS, Pakar Peringatkan Ancaman Infiltrasi oleh PKT
Baru-baru ini, sepasang kekasih asal Tiongkok didakwa karena menyelundupkan “patogen biologis berbahaya” ke Amerika Serikat, dengan tujuan melakukan penelitian di salah satu universitas di AS. Para pakar masalah Tiongkok memperingatkan bahwa seiring semakin dalamnya infiltrasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) ke dalam kampus-kampus AS, insiden ini seharusnya menjadi alarm bagi keamanan nasional.
EtIndonesia. Pada Selasa, (3/6/2025), Departemen Kehakiman AS mengumumkan dakwaan pidana terhadap dua warga negara Tiongkok, yaitu Jian Yunqing dan Liu Zunyong, atas sejumlah tuduhan termasuk konspirasi, penyelundupan barang ke dalam negeri, pernyataan palsu, dan penipuan visa.
Keduanya dituduh menyelundupkan jamur bernama Fusarium graminearum, yang dalam literatur akademik dikategorikan sebagai “potensial senjata terorisme pertanian”. Jaksa federal menjelaskan bahwa jamur ini menyebabkan penyakit “head blight” pada tanaman serealia (seperti gandum dan jagung), yang setiap tahun menyebabkan kerugian ekonomi miliaran dolar di seluruh dunia. Jamur ini juga menghasilkan racun yang dapat menyebabkan muntah, kerusakan hati, serta mengganggu reproduksi manusia dan hewan ternak.
Menurut dakwaan, Jian Yunqing diketahui pernah menerima dana dari pemerintaan partai komunis TIiongkok (PKT) untuk meneliti patogen tersebut, dan perangkat elektronik miliknya mengandung dokumen yang menunjukkan identitas sebagai anggota Partai Komunis Tiongkok serta sumpah kesetiaan. Sementara itu, kekasihnya Liu Zunyong, yang juga melakukan penelitian serupa di salah satu universitas di Tiongkok, tertangkap pada Juli tahun lalu membawa sampel jamur tersebut saat pemeriksaan bea cukai, dan mengakui bahwa tujuannya adalah untuk membawanya ke laboratorium Universitas Michigan tempat Jian bekerja.
Michael Sobolik, pakar isu Tiongkok, memperingatkan bahwa mulai dari penyelundupan prekursor fentanyl hingga kegagalan menghentikan penyebaran COVID-19, PKT kini mencoba menggunakan patogen biologis untuk membahayakan rakyat Amerika.
Kasus ini juga memicu kekhawatiran publik mengenai infiltrasi warga negara Tiongkok ke universitas-universitas AS. Laporan dari Universitas Stanford bulan lalu mengungkapkan bahwa mata-mata PKT kemungkinan telah menyusup ke kampus itu dan berbagai kampus lainnya di seluruh Amerika, dengan tujuan mengumpulkan intelijen.
Sobolik menegaskan bahwa sistem pendidikan tinggi AS sudah lama bergantung pada dana dari PKT, dan banyak mahasiswa Tiongkok menjadi sasaran tekanan untuk menjadi informan bagi pemerintah PKT. Ia menyerukan agar universitas-universitas AS mulai menyadari ancaman nyata dari PKT dan berhenti menjadi kaki tangan rezim tersebut. (Hui)
Laporan dari Liu Jiajia, NTD, Amerika Serikat.
PKT Curi Teknologi, Menteri Perdagangan AS Peringatkan dan Serukan Penguatan Pengawasan Ekspor
Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick, memperingatkan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) sedang mempercepat pencurian teknologi canggih Amerika, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan teknologi penerbangan. Ia menekankan bahwa AS perlu memperkuat penegakan pengawasan ekspor, serta mendorong produksi semikonduktor kembali ke dalam negeri.
EtIndonesia. Dalam sidang dengar pendapat di DPR AS pada (5/6/2025), Menteri Howard Lutnick menegaskan pentingnya memperketat penerapan aturan pengendalian ekspor guna mencegah PKT mencuri teknologi penting.
Ia menyerukan kepada Kongres untuk meningkatkan anggaran bagi Biro Industri dan Keamanan (BIS) di bawah Departemen Perdagangan, agar dapat menambah jumlah petugas inspeksi lapangan yang akan memeriksa gudang dan eksportir, guna memastikan bahwa pembatasan ekspor ke negara-negara lawan seperti Tiongkok benar-benar diterapkan secara efektif. Pemerintah juga berencana menempatkan lebih dari dua petugas BIS di dalam wilayah Tiongkok untuk memperkuat penegakan langsung di lapangan.
Secara paralel, dalam upaya membawa kembali produksi semikonduktor ke AS, pemerintahan Trump tengah merundingkan ulang berbagai perjanjian subsidi yang sebelumnya dibuat di era Biden dalam kerangka Undang-Undang CHIPS (CHIPS Act). Pemerintah sekarang meminta perusahaan untuk meningkatkan jumlah investasi, memperluas kapasitas produksi, dan mempercepat pembangunan fasilitas.
Lutnick menyampaikan bahwa hasil dari perundingan ulang tahap awal telah mendorong perusahaan untuk berkomitmen menanamkan investasi lebih dari 300 miliar dolar AS di AS—dua kali lipat dari rencana sebelumnya.
Selain mendorong produksi dalam negeri, Lutnick juga menegaskan bahwa AS akan terus membatasi aliran chip canggih dan teknologi AI ke negara-negara musuh. Menurut laporan Bloomberg, pemerintahan Trump telah meninggalkan kebijakan era Biden yang dikenal sebagai “aturan penyebaran AI”, dan menggantinya dengan kesepakatan bersama sekutu-sekutu AS untuk secara ketat mengontrol ekspor chip AI kelas atas. Ke depannya, hanya pusat data dan penyedia layanan cloud yang telah disetujui oleh pihak AS yang boleh menggunakan chip semacam itu, guna mencegah Tiongkok dan Rusia memperoleh daya komputasi AI Amerika secara tidak langsung.
Lutnick menjelaskan bahwa kebijakan “America First” (Amerika Didahulukan) yang diusung Presiden Trump menekankan pentingnya mempertahankan keunggulan di sektor industri dan teknologi strategis. Ia juga mengungkapkan bahwa Departemen Perdagangan telah membentuk Kantor Percepatan Investasi, yang bertujuan menarik arus modal global untuk masuk dan berinvestasi di Amerika Serikat. (Hui)
Laporan dari Liu Jiajia, NTD, Amerika Serikat.