Home Blog Page 232

Perkiraan Situasi Tiongkok Tahun 2025: Ekonomi Lesu, Gejolak Sosial Meningkat, dan Tekanan Global Kian Keras

0

EtIndonesia. Memasuki tahun 2025, prospek bagi Tiongkok tampak suram dengan berbagai indikator yang menunjukkan potensi ketidakstabilan ekonomi, sosial, dan hubungan internasional. 

Analisis mendalam ini membahas empat aspek utama yang diperkirakan akan mendominasi situasi Tiongkok di tahun 2025: kondisi ekonomi, kondisi sosial, hubungan luar negeri, serta simpulan singkat mengenai masa depan negara tersebut.

1. Kondisi Ekonomi: Pemulihan yang Terhambat

Ekonomi Tiongkok diperkirakan akan terus mengalami tekanan berat pada tahun 2025. Dampak pandemi COVID-19, yang pertama kali muncul di Wuhan, masih dirasakan hingga kini. Meskipun banyak negara telah berhasil memulihkan ekonomi dan kehidupan sosialnya, Tiongkok belum sepenuhnya keluar dari bayang-bayang pandemi. Baru-baru ini, muncul kembali wabah “cacar air” di Tiongkok daratan yang penularannya berskala besar, semakin memperlambat pemulihan ekonomi.

Pada awalnya, pemulihan ekonomi Tiongkok diharapkan signifikan pada tahun 2023. Namun, kenyataannya ekonomi justru mengalami penurunan drastis. Pemerintah Tiongkok sempat menutupi banyak data negatif, tetapi situasi semakin memburuk pada tahun 2024. Upaya pemerintah seperti pelonggaran moneter besar-besaran oleh Bank Sentral Tiongkok dan kebijakan “tukar barang lama dengan yang baru” oleh Komisi Pembangunan Nasional tidak memberikan dampak signifikan.

Konferensi Kerja Ekonomi Pusat yang digelar pada akhir 2024 tidak memberikan optimisme baru. Pemerintah terus menyampaikan narasi positif tanpa mengakui realitas ekonomi yang menurun. Data ekonomi November 2024 menunjukkan penurunan harga produsen industri (PPI) sebesar 2,5%, menandakan penyusutan produksi secara keseluruhan. Konsumsi masyarakat juga lesu, terutama di kalangan generasi muda yang memiliki keinginan berbelanja namun terbatas daya beli.

Perdagangan luar negeri, yang sebelumnya menjadi pilar ekonomi Tiongkok, juga mengalami penurunan. Ekspor kendaraan listrik ke Eropa menghadapi penolakan akibat kelebihan kapasitas produksi, menyebabkan beberapa pabrik gulung tikar atau mengurangi produksi. Deflasi mulai terjadi, dan investasi asing terus menurun, mempertegas kemungkinan Tiongkok memasuki Depresi Ekonomi pada 2025.

2. Kondisi Sosial: Ketidakpercayaan dan Keputusasaan

Di bidang sosial, ketidakpercayaan dan keputusasaan masyarakat meningkat. Ketidakseimbangan antara pembangunan ekonomi dan reformasi politik sejak era Deng Xiaoping menimbulkan berbagai kontradiksi sosial yang belum terselesaikan. Kebijakan politik yang diambil oleh Xi Jinping dalam dekade terakhir, seperti pembersihan internal partai dan tindakan keras terhadap oposisi, menciptakan suasana teror di dalam pemerintahan dan menekan vitalitas masyarakat.

Lebih dari 4 juta kader partai dihukum atau dipenjara dalam “pembersihan massal”, menciptakan ketidakstabilan di struktur pemerintahan. Masyarakat umum, terutama pengusaha swasta, enggan berinvestasi dan memilih untuk “tiarap” atau menurunkan standar hidup. Fenomena aksi kekerasan dan perlawanan balik dari warga yang putus asa juga semakin marak, mencerminkan kondisi sosial yang kritis.

3. Hubungan Luar Negeri: Ketegangan Global yang Meningkat

Hubungan luar negeri Tiongkok, terutama dengan Amerika Serikat, diperkirakan akan semakin tegang pada tahun 2025. Tarif bea masuk sebesar 60% yang diumumkan oleh pemerintahan Trump yang kembali ke Gedung Putih akan berdampak besar pada GDP Tiongkok. Selain itu, negara-negara Eropa dan lainnya mulai meninjau ulang kebijakan perdagangan mereka dengan Tiongkok, menciptakan ketidakpastian dalam hubungan dagang internasional.

Di tingkat geopolitik, perubahan besar di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina terus mempengaruhi posisi Tiongkok di dunia. Dukungan Tiongkok terhadap Rusia dan keterlibatannya dalam konflik tersebut memperburuk citra internasionalnya. Konflik di Laut China Selatan dan ketegangan di Taiwan juga menambah kompleksitas hubungan luar negeri Tiongkok.

Pertarungan nilai antara demokrasi dan sistem totaliter yang diusung oleh Partai Komunis Tiongkok semakin memperdalam perpecahan global. Blok negara-negara demokrasi liberal Barat berhadapan dengan negara-negara yang mendukung Tiongkok, seperti Rusia dan Iran, menciptakan dinamika geopolitik yang tidak stabil.

4. Simpulan: Tahun 2025 sebagai Titik Balik yang Tidak Pasti

Dengan kondisi ekonomi yang lemah, tekanan sosial yang meningkat, dan hubungan internasional yang semakin tegang, tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tahun yang penuh gejolak bagi Tiongkok. Ada dua kemungkinan utama yang dapat terjadi:

  1. Stagnasi Ekonomi dan Sosial: Pemerintah mungkin hanya fokus pada menjaga kestabilan tanpa adanya kebijakan strategis yang efektif, menyebabkan negara terjebak dalam stagnasi seperti Korea Utara. Vitalitas masyarakat menurun, dan negara semakin sulit bangkit dari keterpurukan.
  2. Ledakan Sosial dan Runtuhnya Rezim: Kontradiksi yang menumpuk bisa meledak menjadi gejolak sosial besar, menyebabkan keruntuhan rezim otoriter. Hal ini akan memicu migrasi massal dan tekanan pada negara tetangga serta mempengaruhi stabilitas global.

Kesimpulannya, tahun 2025 di Tiongkok diprediksi akan menjadi tahun yang tidak menentu dan sarat ketidakstabilan. Dengan berbagai dinamika internal dan eksternal yang kompleks, masa depan Tiongkok masih penuh dengan ketidakpastian. Waktu yang akan membuktikan bagaimana perjalanan negara ini hingga akhir tahun 2025.

Gempa Bumi di Yinchuan, Tiongkok Hampir Separuh Kota Mengungsi, Sekolah Diliburkan Lebih Awal

Baru-baru ini, gempa bumi mengguncang Yinchuan, Ningxia, Tiongkok diikuti oleh serangkaian gempa susulan yang membuat masyarakat panik dan mengungsi. Beberapa sekolah memutuskan untuk meliburkan siswa, tetapi ada juga yang tetap melanjutkan kegiatan belajar-mengajar, memicu kritik dari warganet: “Mana yang lebih penting, nyawa atau ujian?”

Pada 2 Januari 2025, gempa dengan magnitudo 4,8 dan 4,6 mengguncang Yongning dan Distrik Jinfeng di Yinchuan. Setelahnya, gempa susulan terus terjadi, menyebabkan warga ketakutan dan memilih untuk mengungsi. Jalanan menjadi macet, stasiun kereta dipenuhi orang, dan suasana kota dipadati oleh mereka yang berusaha meninggalkan tempat itu

ETIndonesia. Pada 3 Januari 2025, sebuah pengumuman dari salah satu sekolah beredar di media sosial. Isi pengumuman tersebut menyatakan, “Ujian yang semula dijadwalkan pada 3 dan 4 Januari ditunda hingga 27 dan 28 Februari. Mulai 3 Januari, siswa dapat meninggalkan kampus dengan tertib, segera atur rencana perjalanan pulang, dan pesan tiket sesegera mungkin.”

Menurut laporan JiMu News, pengumuman itu berasal dari Yinchuan University of Science and Technology, sebuah perguruan tinggi swasta. Ketika gempa 4,6 terjadi pada 2 Januari di Distrik Jinfeng, beberapa mahasiswa sedang mengikuti ujian. Banyak dari mereka melarikan diri dari ruang ujian. Pada  3 Januari dini hari, pembimbing akademik membagikan pemberitahuan ini di grup WeChat kelas.

Pengumuman libur lebih awal lainnya datang dari Yinchuan Energy College. Dalam pemberitahuan tersebut dinyatakan, “Karena faktor gempa bumi yang tidak dapat dihindari dan sesuai dengan pemberitahuan dari pihak berwenang, sekolah memutuskan untuk meliburkan siswa lebih awal. Ujian akhir yang dijadwalkan pada 6–8 Januari dibatalkan, dan jadwal selanjutnya akan diumumkan. Harap menjaga diri dengan baik, selesaikan proses administrasi, dan segera pulang dengan aman.”

Seorang staf di Yinchuan Energy College menjelaskan bahwa setelah gempa terjadi, beberapa orangtua khawatir tentang keselamatan anak-anak mereka. Oleh karena itu, pada 2 Januari malam, sekolah mengumumkan libur lebih awal dari jadwal semula yang seharusnya dimulai setelah 5 Januari.

Namun, hingga kini pihak berwenang setempat belum memberikan informasi lebih lanjut tentang keputusan sekolah untuk meliburkan siswa lebih awal.

Beberapa warganet lokal melaporkan bahwa sekolah dasar dan menengah pertama di daerah tersebut sudah diliburkan. 

“Teman saya mengajar di sekolah menengah pertama di sana, dan sekolahnya sudah libur,” ujar salah satu pengguna internet. 

“Di  Yongning, ujian padal 3 Januari dibatalkan dan sekolah langsung diliburkan. Saya tidak tahu bagaimana dengan sekolah lain.”

Namun, ada juga laporan bahwa sekolah menengah atas dan taman kanak-kanak belum diliburkan. 

“Sekolah dasar sudah menyelesaikan ujian akhir dan diliburkan, tetapi taman kanak-kanak tetap beroperasi hingga sekarang tanpa kabar kapan akan libur. Minggu depan mereka masih harus masuk seperti biasa,” tulis seorang warganet.

 “Siswa kelas 12 baru akan libur pada 25 Januari, dan dalam tiga hari ke depan mereka masih harus mengikuti ujian gabungan. Bahkan ketika gempa terjadi pagi ini, mereka hanya mengungsi selama 15 menit sebelum kembali melanjutkan ujian. Ini sungguh absurd.”

Seorang warganet lain mengungkapkan kekhawatirannya: “Ini menakutkan. Tolong liburkan saja semua kegiatan. Ujian akhir tinggal 10 hari lagi, apakah itu benar-benar lebih penting? Separuh penduduk kota sudah pergi, dan yang tersisa kebanyakan adalah siswa dan guru. Sebagian besar siswa ini masih di bawah umur. Tidak ada yang bisa menjamin gempa yang lebih besar tidak akan terjadi. Siswa sudah sangat ketakutan. Apa mereka masih bisa belajar dengan tenang?”

Banyak yang mengkritik, “Mana yang lebih penting, nyawa atau ujian?” (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Ukraina Lancarkan Serangan Balasan Besar-besaran di Kursk, Rusia

EtIndonesia. Pada Minggu, 5 Januari, pasukan Ukraina meluncurkan serangan balasan besar-besaran di wilayah Kursk, Rusia. Setelah sebelumnya, pada Agustus 2024, Ukraina berhasil masuk dan menduduki sebagian besar wilayah ini, mereka terus menghadapi tekanan berat dalam mempertahankan posisi tersebut.

Baik pejabat Ukraina maupun Rusia mengonfirmasi terjadinya serangan ini, meski kedua belah pihak memberikan keterangan berbeda mengenai situasi di lapangan.

Andrii Kovalenko, kepala Pusat Penanggulangan Disinformasi di bawah Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, mengatakan bahwa pasukan Ukraina melancarkan serangan dari beberapa lokasi di wilayah Kursk.

Dalam sebuah unggahan singkat di Telegram, Andriy Yermak, kepala kantor kepresidenan Ukraina, menyebut: “Kabar baik dari Kursk: Rusia sedang mendapatkan balasan yang pantas.”

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia melalui Telegram menyatakan bahwa serangan Ukraina dilakukan pada pagi hari waktu Moskow. Pasukan Ukraina disebut menggunakan dua tank, satu kendaraan penyapu ranjau, 12 kendaraan tempur lapis baja, dan pasukan infanteri untuk menyerang posisi Rusia.

Rusia mengklaim bahwa mereka berhasil menggagalkan dua serangan dari pasukan Ukraina.

Pada Agustus 2024, Ukraina mengejutkan dunia dengan melancarkan serangan lintas perbatasan ke wilayah Kursk, sebuah serangan yang menjadikan Rusia untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II mengalami invasi di wilayahnya sendiri oleh pasukan asing. Namun, sejak itu, Rusia terus memperkuat posisinya di Kursk dengan mengerahkan lebih banyak pasukan dan memperketat pertahanan.

Salah satu langkah Rusia adalah mengirimkan sekitar 10.000 tentara Korea Utara untuk mendukung upaya mereka di wilayah tersebut. Langkah ini telah meningkatkan tekanan pada pasukan Ukraina yang berjuang keras mempertahankan wilayah tersebut.

Serangan di Kursk terjadi di tengah situasi geopolitik yang semakin intens menjelang pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump, pada 20 Januari mendatang. Ukraina dan Rusia berlomba-lomba meraih keunggulan di medan perang untuk meningkatkan posisi mereka dalam negosiasi perdamaian yang mungkin terjadi di masa depan.

Baik Ukraina maupun Rusia memahami bahwa pencapaian militer di medan perang akan menjadi faktor penting dalam menentukan hasil diplomasi di meja perundingan. (jhn/yn)

Satu-Satunya Kesaksian: “Manusia Serigala” di Lake Shore Drive

EtIndonesia. Ami Clementski, seorang warga yang tinggal di wilayah utara Chicago, Illinois, Amerika Serikat, memiliki pengalaman yang akan selalu diingat sepanjang hidupnya.

Sejak 1996, dia bekerja di sebuah pabrik baja di Gary, Indiana, dengan jadwal kerja dari pukul 4 pagi hingga pukul 4 sore. Namun, pada suatu pagi di tahun 2016, di perjalanan menuju tempat kerja, dia menyaksikan sesuatu yang aneh—sesosok misterius yang mengubah pandangannya tentang dunia.

Peristiwa ini terjadi pada dini hari 8 Maret 2016. Ami memilih rute alternatif untuk menghindari biaya tol yang mahal. Da mengemudi di South Lake Shore Drive, sebuah jalan yang tenang dengan pencahayaan yang baik, yang melintasi Danau Michigan, jalur sepeda, trotoar, dan pantai umum. Di sinilah dia mengalami pertemuan aneh yang sulit untuk dilupakan.

Saat itu, mobil Ami melintas di dekat 31st Street. Dari sudut matanya, dia melihat sesuatu. Ami biasa memperhatikan hewan atau remaja yang mungkin berkeliaran di tepi danau, jadi dia memperlambat laju mobilnya. Ditambah lagi, kondisi cuaca saat itu tidak mendukung, membuatnya lebih berhati-hati. Namun, yang muncul di hadapannya bukanlah manusia biasa, hewan, atau bahkan sosok yang pernah dia bayangkan sebelumnya.

Makhluk itu adalah sosok berbulu keemasan, tanpa pakaian, yang menyerupai pria dewasa kulit putih. Tapi yang membuatnya aneh, makhluk tersebut bergerak seperti anjing—berlari dan melompat dengan keempat kakinya. Gerakannya sangat cepat, membuat Ami secara refleks berkata: “Astaga, aku baru saja melihat manusia serigala sialan!”

Setelah insiden itu, Ami tiba dengan selamat di tempat kerjanya. Dia menceritakan pengalamannya di media sosial dan kepada seorang rekan kerja. Beberapa orang yang mendengar kisah ini bertanya mengapa dia tidak menghubungi layanan darurat 911. Namun Ami merasa bahwa menelepon polisi untuk melaporkan “manusia yang mungkin berubah menjadi serigala” akan terdengar seperti lelucon.

Meski begitu, pengalaman ini mendorongnya untuk mencari jawaban. Dia terus membagikan kisahnya kepada orang lain dan aktif mencari laporan serupa di internet, termasuk di platform seperti Reddit. Namun, hingga kini, dia belum menemukan kesaksian lain yang mirip.

Ami akhirnya terinspirasi oleh sebuah acara televisi di mana seorang ibu dan anak perempuan berbagi pengalaman mereka melihat “Mothman”atau manusia ngengat—makhluk bersayap hitam besar—di Rockford, Illinois, pada 20 Juni 2022. Dalam acara tersebut, mereka juga mengaku melihat benda terbang tak dikenal yang bercahaya. Cerita ini memotivasi Ami untuk melaporkan pengalamannya kepada organisasi Strange Fort Society, dengan harapan bisa menemukan orang lain yang pernah melihat makhluk serupa.

Beberapa orang berpendapat bahwa makhluk yang dilihat Ami mungkin merupakan seseorang yang menderita sindrom Uner Tan, sebuah kondisi langka yang menyebabkan penderitanya memiliki kesulitan belajar yang parah dan terkadang berjalan dengan empat kaki. Namun, setelah menonton video tentang pasien sindrom Uner Tan, Ami merasa makhluk yang dilihatnya berbeda. Menurutnya, makhluk itu memiliki kaki yang lurus, punggung yang tegak, dan lebih mirip seekor anjing gembala Jerman tanpa bulu.

Hingga kini, Ami tidak dapat melupakan pemandangan tersebut, seolah-olah kejadian itu baru terjadi kemarin. Dia percaya bahwa dunia ini penuh dengan hal-hal yang belum diketahui oleh manusia, mungkin tersembunyi di wilayah yang sulit dijangkau oleh nalar. Ami bertekad untuk terus mencari jawaban dan berharap menemukan orang lain yang juga melihat makhluk tersebut. Baginya, insiden ini adalah bukti bahwa masih banyak misteri yang menunggu untuk diungkap.(jhn/yn)

Penangkapan Yoon Suk-yeol Ditunda: Pengadilan Tolak Keberatan, Salju Lebat Melanda Seoul

EtIndonesia. Badan Investigasi Tindak Pidana Pejabat Tinggi Korea Selatan (CIO) hari ini mengumumkan bahwa mereka kemungkinan tidak akan melanjutkan upaya penahanan terhadap Presiden Yoon Suk-yeol, yang sedang menghadapi dakwaan pengkhianatan. Keputusan ini diambil setelah keberatan yang diajukan oleh tim kuasa hukum Yoon terkait surat perintah penangkapan dan penggeledahan ditolak oleh Pengadilan Distrik Barat Seoul.

Seorang pendukung Yoon, Park Young-chul (berusia 70 tahun), menyatakan bahwa meskipun badai salju melanda, dia akan tetap mendukung Yoon di jalanan hingga batas waktu surat perintah penangkapan berakhir pada tengah malam (6/1).

Pada 3 Januari, CIO mencoba menahan Yoon tetapi dihadang oleh Pasukan Pengawal Presiden. Setelah kebuntuan selama sekitar enam jam, petugas CIO akhirnya mundur. Salju lebat di Seoul hari ini dan kurangnya tanggapan dari Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan Choi Sang-mook – yang saat ini menjalankan fungsi kepresidenan – turut menjadi alasan penundaan dalam upaya penahanan lebih lanjut.

Meskipun begitu, surat perintah penahanan yang dikeluarkan bulan lalu akan berakhir pada 6 Januari. CIO mungkin akan mencoba menahan Yoon lagi sebelum batas waktu tersebut atau mempertimbangkan opsi lain, termasuk meminta pengadilan untuk mengeluarkan surat perintah penahanan baru.

Tim kuasa hukum Yoon sebelumnya berargumen bahwa surat perintah penangkapan dan penggeledahan memiliki cacat hukum, melanggar hukum acara pidana dan konstitusi. Mereka juga menuduh hakim bertindak sewenang-wenang saat mengeluarkan surat perintah tersebut. Namun, Pengadilan Distrik Barat Seoul menolak keberatan tersebut tanpa mengungkapkan alasan rinci.

Pada 3 Desember tahun lalu, Yoon mengumumkan darurat militer, yang memicu kegemparan nasional. Sepuluh hari kemudian, dia dimakzulkan oleh Majelis Nasional Korea Selatan dan diberhentikan sementara dari jabatannya. Pengadilan Distrik Barat Seoul kemudian mengeluarkan surat perintah penangkapannya pada 31 Desember.

Batas waktu surat perintah penangkapan Yoon yang tinggal kurang dari 48 jam memicu demonstrasi baru dari dua kelompok masyarakat yang saling berseberangan. Meskipun Seoul diterpa badai salju semalam, massa berencana berkumpul kembali.

Pemerintah telah mengaktifkan tanggap darurat level satu dari Badan Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat sejak pukul 8 pagi, serta menaikkan tingkat peringatan krisis salju dari “waspada” menjadi “siaga”. Namun, kondisi cuaca buruk tidak menyurutkan semangat para demonstran.

Menurut laporan AFP, Lee Jin-ah (28 tahun), seorang warga anti-Yoon yang sebelumnya bekerja di sebuah kafe, mengatakan: “Badai salju bukan masalah bagi saya. Seberapa pun besar salju turun, kami tetap akan berada di sini.”

Sementara itu, Park Young-chul yang berusia 70-an mengatakan: “Badai salju ini tidak akan menghalangi saya untuk terus mendukung Yoon Suk-yeol di jalanan hingga batas waktu surat perintah berakhir.”

Yoon Suk-yeol menghadapi dakwaan pengkhianatan, salah satu dari sedikit tuduhan yang tidak memberikan kekebalan bagi seorang presiden Korea Selatan. Jika terbukti bersalah, ia berisiko dijatuhi hukuman penjara, atau bahkan hukuman mati. (jhn/yn)

Pembangunan Bendungan Raksasa di Tibet: Ancaman Bagi Asia Selatan dan Tiongkok Sendiri

EtIndonesia. Pada 25 Desember 2024, media Pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa Beijing telah menyetujui pembangunan proyek bendungan hidroelektrik terbesar di dunia di bagian hilir Sungai Yarlung Zangbo. Proyek ini menimbulkan kekhawatiran besar, baik dari sisi lingkungan maupun geopolitik, terutama bagi India dan negara-negara Asia Selatan lainnya.

Sungai Yarlung Zangbo, yang dikenal sebagai Sungai Brahmaputra di India dan Sungai Jamuna di Bangladesh, adalah sumber kehidupan bagi lebih dari dua miliar orang. Proyek ini, disebut sebagai bendungan “Great Bend”, tidak hanya akan mengintensifkan ketegangan antara Tiongkok dan India, tetapi juga berpotensi merusak ekosistem regional dan memperburuk hubungan diplomatik di kawasan tersebut.

Menurut The Wall Street Journal, proyek ini menunjukkan ambisi Tiongkok untuk mengendalikan sumber daya air dari Dataran Tinggi Tibet, dengan biaya besar terhadap ekosistem dan kesejahteraan masyarakat di Tiongkok dan negara-negara tetangganya. Bendungan ini juga memperkuat pendekatan ekonomi berbasis infrastruktur besar-besaran yang mengorbankan investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.

Sejarah pembangunan bendungan di Tiongkok sering kali diwarnai oleh pengabaian hak-hak masyarakat lokal. Pada Februari 2024, ratusan orang ditangkap karena memprotes proyek bendungan lain di Tibet yang mengancam menenggelamkan desa-desa dan kuil-kuil. Bendungan baru di Motuo, Tibet, diperkirakan akan memicu reaksi serupa, terutama karena potensi dampaknya terhadap lingkungan dan komunitas lokal.

Sungai Yarlung Zangbo mengalir dari Tibet ke India dan Bangladesh. Tanpa adanya perjanjian pembagian air antara ketiga negara, pembangunan bendungan ini memicu kekhawatiran bahwa Tiongkok dapat menggunakan bendungan tersebut untuk mengontrol aliran air ke hilir. India, yang menghadapi krisis air akut, telah meningkatkan kewaspadaannya. Pada 3 Januari 2025, juru bicara Kementerian Luar Negeri India mendesak Tiongkok untuk memastikan bahwa aktivitas di hulu tidak merugikan negara-negara di hilir.

Kritik dari Amerika Serikat

Amerika Serikat juga menyatakan kekhawatirannya terhadap dampak pembangunan bendungan ini. Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, dijadwalkan mengunjungi India pada 5–6 Januari untuk membahas implikasi geopolitik dari proyek tersebut. Seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa pembangunan bendungan di Tiongkok, termasuk di Sungai Mekong, telah menimbulkan dampak merusak terhadap lingkungan dan masyarakat di negara-negara hilir.

Bendungan Great Bend akan dibangun di daerah tikungan sungai yang memiliki penurunan ketinggian hingga 6.500 kaki. Proyek ini mencakup pengeboran empat hingga enam terowongan sepanjang 12 mil melalui pegunungan berbatu. Bendungan ini dirancang untuk mengalihkan setengah dari aliran sungai, yaitu lebih dari 70.000 kaki kubik per detik, untuk menghasilkan energi yang sangat besar.

Namun, belum pernah ada proyek infrastruktur sebesar ini di kawasan yang rentan terhadap gempa bumi, sehingga meningkatkan risiko kerusakan pada infrastruktur lokal dan komunitas di lembah sungai bagian hilir.

Menurut The Wall Street Journal, proyek ini mencerminkan ambisi Presiden Xi Jinping untuk memposisikan Tiongkok sebagai kekuatan global yang dominan. Namun, pendekatan yang mengutamakan proyek infrastruktur raksasa ini mengorbankan investasi di bidang lain, seperti pendidikan dan kesehatan. Biaya proyek ini diperkirakan mencapai 137 miliar dolar, tiga kali lipat dari biaya Bendungan Tiga Ngarai, yang sudah kontroversial.

Sementara Tiongkok mempromosikan proyek ini sebagai sumber energi bersih, para ahli memperingatkan dampak negatif yang jauh lebih besar, termasuk risiko gempa, konflik sumber air dengan negara tetangga, dan kerusakan lingkungan yang luas. Proyek ini juga menunjukkan ketergantungan berlebihan Tiongkok pada industri berat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yang telah memperlambat laju pertumbuhan dan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Seruan untuk Tindakan Global

Proyek bendungan Great Bend ini menyoroti perlunya perhatian internasional terhadap dampak lingkungan dan geopolitik yang ditimbulkan oleh ambisi infrastruktur Tiongkok. Pemerintahan AS yang akan datang di bawah Donald Trump diharapkan untuk bekerja sama dengan negara-negara Asia Selatan guna mengurangi dampak proyek ini terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.

Bendungan ini tidak hanya akan mengubah aliran sungai dan siklus pertanian di Asia Selatan, tetapi juga menyoroti pentingnya pengelolaan sumber daya air yang adil dan berkelanjutan di tengah meningkatnya tantangan global terhadap lingkungan.(jhn/yn)

Pasien Flu di Jepang Melonjak, Banyak Wilayah Melebihi Standar Peringatan

EtIndonesia. Di tengah wabah flu dan pneumonia yang melanda Tiongkok, jumlah kasus flu di Jepang dan Korea Selatan juga meningkat tajam. Para ahli virologi memperingatkan bahwa gelombang infeksi saluran pernapasan ini tidak terbatas pada Asia dan Tiongkok saja, dengan potensi menyebar lebih luas dan memicu pandemi baru yang masih perlu dipantau.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, dalam periode 16–26 Desember 2024, sekitar 211.049 kasus flu dilaporkan dari 5.000 institusi medis yang ditunjuk, dengan rata-rata 42,66 kasus per fasilitas. Angka ini telah melampaui batas peringatan sebesar 30 kasus dan meningkat 2,24 kali lipat dari minggu sebelumnya. Jumlah pasien telah meningkat selama sembilan minggu berturut-turut. Akibatnya, sekitar 5.800 sekolah atau kelas terpaksa diliburkan, dan diperkirakan jumlah kasus akan meningkat lebih jauh selama liburan Tahun Baru.

Institut Nasional Penyakit Menular Jepang memperkirakan total pasien yang mengunjungi institusi medis di seluruh negeri dalam satu minggu mencapai 1,674 juta orang. Selain itu, jumlah infeksi COVID-19 dilaporkan meningkat selama empat minggu berturut-turut, dan kasus pneumonia mikoplasma terus berada di tingkat tinggi sejak mencapai rekor tertinggi pada November 2024.

Distribusi Kasus Berdasarkan Wilayah

Kasus flu menyebar dengan cepat di seluruh Jepang. Berdasarkan jumlah rata-rata pasien per institusi medis, wilayah dengan kasus tertinggi adalah:

  • Prefektur Ōita: 82,64 kasus (naik dari 37,22 kasus di minggu sebelumnya).
  • Prefektur Kagoshima: 65,57 kasus.
  • Prefektur Saga: 61,62 kasus.
  • Prefektur Chiba: 60,03 kasus.
  • Prefektur Fukuoka: 59,86 kasus.

Wilayah dengan kasus lebih rendah adalah:

  • Prefektur Okinawa: 10,43 kasus.
  • Prefektur Toyama: 13,36 kasus.
  • Prefektur Aomori: 15,74 kasus.

Tokyo mencatat rata-rata 40,02 kasus per institusi, melebihi batas peringatan untuk pertama kalinya dalam enam tahun sejak 2019. Dari 47 prefektur, 36 di antaranya telah melampaui batas peringatan.

Krisis di Lapangan

Data terbaru mengenai jumlah kasus flu diharapkan akan tersedia setelah liburan Tahun Baru pada 6 Januari. Seorang pekerja di sebuah toko elektronik di Osaka, yang diidentifikasi sebagai Inoue, menceritakan pengalamannya terkena flu. Pada 25 Desember, dia mulai merasa kedinginan di tempat kerja dan membeli obat flu di apotek. Malamnya, dia mengalami demam tinggi hingga 38,9°C, diikuti batuk, tenggorokan bengkak, dan kelelahan ekstrem.

Keesokan harinya, demamnya masih tinggi di atas 38,5°C, disertai pusing yang parah. Karena perusahaan membutuhkan kehadirannya, dia tetap pergi bekerja pada 27 Desember meskipun merasa lemah. Saat mencoba membeli alat tes COVID-19 dan obat di apotek, Inoue menemukan bahwa stok sudah habis karena permintaan yang melonjak. 

Dia mengatakan: “Meskipun demam saya sudah turun sekarang, tubuh saya masih sangat lemah, bahkan berjalan beberapa langkah saja membuat saya lelah.” Ia juga mencatat peningkatan panggilan ambulans di sekitar kota.

Kondisi di Korea Selatan

Kasus flu di Korea Selatan juga melonjak tajam. Menurut laporan Yonhap News pada 3 Januari, mayoritas kasus flu terjadi di kalangan remaja berusia 13–18 tahun. Dalam periode 22–28 Desember 2024, dari 1.000 pasien rawat jalan di 300 institusi medis yang diawasi, 73,9 di antaranya menunjukkan gejala flu, meningkat 136% dari minggu sebelumnya. Ini adalah wabah flu terparah di Korea Selatan sejak 2016.

Pandangan Para Ahli

Dr. Lin Xiaoxu, mantan kepala laboratorium virologi di Institut Penelitian Angkatan Darat AS, mengatakan bahwa musim dingin 2024–2025 menunjukkan lonjakan kasus infeksi saluran pernapasan di banyak wilayah. Di Asia Timur, termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok, kombinasi flu, RSV (respiratory syncytial virus), parainfluenza, dan COVID-19 menyebabkan peningkatan kasus, termasuk kasus berat.

Menurutnya, situasi serupa juga terlihat di Eropa, di mana kasus flu dan RSV meningkat tajam dengan lonjakan jumlah pasien rawat inap. Ia mencatat bahwa penurunan kekebalan di kalangan masyarakat Tiongkok dapat menyebabkan angka kasus berat lebih tinggi dibandingkan wilayah lain.

Mengenai potensi pandemi baru, dr. Lin mengatakan bahwa meskipun masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan, fenomena ini harus terus dipantau secara ketat. (jhn/yn)

Pesawat Jeju Air Jatuh Sebelum Mendarat, Diduga Menabrak “Kawanan Burung 10 Kali Lebih Besar dari pesawat”

Kecelakaan pesawat Jeju Air di Korea Selatan telah berlalu seminggu, kini operasi pencarian jenazah serta barang-barang korban telah selesai. Menurut analisis pakar, tragedi yang menewaskan 179 orang ini diduga disebabkan oleh kawanan burung besar yang muncul di sekitar pesawat saat mendekati pendaratan, dengan ukuran hingga 10 kali lebih besar dari pesawat itu sendiri.

ETIndonesia. Menurut laporan Yonhap News Agency, pada 5 Januari 2025, tim penyelamat menyelesaikan pencarian terakhir pada bagian ekor pesawat di lokasi kecelakaan sehari sebelumnya. Karena tidak ditemukan barang atau jenazah tambahan, pencarian dihentikan.

Sebagian besar keluarga korban meninggalkan lokasi untuk mengurus pemakaman. Pemerintah Korea Selatan juga menyatakan tidak akan mengadakan konferensi pers lebih lanjut di lokasi kejadian. 

Pada 11 Januari, setelah sebagian besar pemakaman selesai, perwakilan keluarga korban dijadwalkan mengadakan pertemuan untuk menentukan langkah selanjutnya.

Analisis Citra Menunjukkan Kawanan Burung Besar

Menurut laporan eksklusif SBS, analisis citra dari rekaman kecelakaan menunjukkan bahwa pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 diduga menabrak kawanan burung yang ukurannya 10 kali lebih besar dari pesawat. Insiden ini menyebabkan kerusakan fatal pada kedua mesin pesawat dan kegagalan roda pendaratan.

Pesawat 7C2216 yang membawa 181 penumpang dan kru lepas landas dari Thailand pada 29 Desember 2024. Saat hendak mendarat di Bandara Muan, Korea Selatan, pesawat ini mengirimkan peringatan bird strike pada pukul 08:57. Dua menit kemudian, pilot mencoba pendaratan pertama, tetapi pesawat menabrak burung, memaksa pilot untuk mengirim sinyal darurat “MAYDAY” sebanyak tiga kali dan mencoba kembali ke udara. 

Pada upaya kedua, pesawat mendarat dengan perutnya, melaju keluar landasan, menabrak fondasi beton dari sistem pemandu pendaratan (ILS beacon), dan meledak. Tragedi ini menewaskan 179 orang, sementara dua kru terluka.

SBS merilis rekaman pengawasan yang menunjukkan awan hitam besar di sekitar pesawat sebelum kecelakaan. Pakar citra dari Institut Analisis Video Hukum Korea, Hwang Min-koo, menjelaskan bahwa awan tersebut bukanlah asap atau awan biasa, melainkan kawanan burung besar.

Hwang menyatakan, “Awan hitam padat seperti ini hanya mungkin terjadi jika jumlah burung sangat besar. Kawanan ini terlihat lebih besar dari ukuran pesawat, dan bergerak ke arah pesawat.”

Menurut analisis visual, burung-burung tersebut kembali membentuk formasi awan besar setelah pesawat lewat, menyerupai formasi “V” yang khas dari kawanan burung besar.

Kesaksian Saksi Mata

Seorang saksi mata yang sedang memancing di pantai dekat Bandara Muan mengaku melihat kawanan burung besar yang bergerak berlawanan arah dengan pesawat. Ia mendengar suara “ledakan” dari mesin sebanyak dua hingga tiga kali dan melihat api di mesin kanan pesawat.

Menurut dugaan awal, kawanan burung tersebut mengakibatkan kerusakan besar pada kedua mesin pesawat, karena sejumlah burung dari kawanan itu tersedot masuk, menyebabkan kegagalan mesin total. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Anak Blogger Terkenal di Tiongkok Meninggal Dunia Setelah Demam Dua Hari, 5 Anak di Shanghai Masuk ICU

0

ETIndonesia. Baru-baru ini, seorang anak dari blogger terkenal di Tiongkok meninggal dunia setelah mengalami demam selama dua hari. Seorang dokter anak di Shanghai memperingatkan para orang tua untuk melindungi anak-anak mereka dari infeksi, mengungkapkan bahwa lima anak telah masuk ke ruang perawatan intensif (ICU) dalam beberapa hari terakhir. Sayangnya, beberapa di antaranya tidak dapat diselamatkan dan meninggal dunia.

Dalam unggahannya, seorang streamer pria terkenal di platform Douyu bernama Rao Jing menuliskan, “Dari saat kamu lahir, aku hanya berharap kamu bahagia dan tumbuh melakukan hal-hal yang kamu sukai. Aku tidak menyangka demam yang berlangsung dua hari akan merenggut nyawamu.”

Pada 4 Januari, Dr. Wang Chengdong, seorang dokter bedah anak di Rumah Sakit Xinhua, Shanghai, melalui sebuah video di platform media sosial Tiongkok, mengungkapkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, lima anak dengan flu telah masuk ICU. Beberapa di antaranya menggunakan ventilator, ada yang mengalami ensefalitis parah, dan kondisi mereka memburuk dengan sangat cepat. Sayangnya, tidak semua bisa diselamatkan. Ia mengingatkan para orang tua dan anak-anak untuk mengenakan masker guna mencegah infeksi.

Peningkatan Kasus Anak Meninggal Dunia Akibat Infeksi Virus

Di platform media sosial Tiongkok, terdapat banyak unggahan tentang anak-anak yang meninggal akibat demam. Salah satu pengguna Weibo menulis, “Banyak yang meninggal dunia. Bahkan di lingkungan tempat tinggalku, ada anak yang meninggal dunia.”

Pengguna lain di platform Xiaohongshu melaporkan, “Ada banyak kasus ensefalitis nekrotik akut pada anak-anak akibat virus ini, dan beberapa tidak dapat diselamatkan. Membaca ini sangat menyedihkan.”

Di TikTok versi Tiongkok, beberapa pengguna juga berbagi pengalaman serupa. “Flu A ini telah merenggut nyawa banyak anak. Saya berada di Shanghai, dan menyaksikan sendiri anak-anak meninggal karena flu ini.” 

Seorang pengguna lain menambahkan, “Seorang anak berusia 13 tahun di keluarga kerabat rekan kerja saya meninggal akibat flu A yang menyebabkan komplikasi meningitis.”

Spekulasi Mengenai Penyebab Penyakit

Seorang pengguna Weibo yang mengaku sebagai “ahli kesehatan pandemi COVID-19” menulis, “Ini bukan flu A atau flu B. Saya seorang dokter, dan banyak kasus klinis belakangan ini tidak menunjukkan hasil positif untuk influenza. Virus baru ini lebih agresif menyerang paru-paru dibandingkan Omicron. Banyak pasien tiba-tiba menderita pneumonia. Media menekan informasi terkait hal ini. Sekolah-sekolah menjadi pusat penyebaran, hampir semua orang di sana terinfeksi.”

Pada 26 Desember 2024, seorang siswa kelas tiga SD Sanpailou di Nanjing tiba-tiba merasa tidak enak badan dan muntah di sekolah. Guru tidak memperhatikan hal ini, tetapi pada pukul 13:40, anak tersebut pingsan, mengalami kejang, dan mulutnya berbusa. Saat tiba di rumah sakit, ia sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Setelah 40 menit resusitasi, denyut jantung anak tersebut kembali, tetapi rumah sakit mengeluarkan tiga surat peringatan kritis. Saat ini, anak tersebut didiagnosis mengalami kematian otak dan hanya bisa bertahan dengan alat bantu pernapasan.

Krisis Kesehatan di Tiongkok

Baru-baru ini, banyak provinsi di Tiongkok mengalami lonjakan pasien di rumah sakit, khususnya di poli anak yang penuh sesak. 

Seorang warga Tiongkok mengatakan bahwa meskipun banyak orang mengalami demam dan batuk, rumah sakit hanya melakukan tes darah rutin dan memberikan obat-obatan, tanpa tes virus yang lebih spesifik. 

Banyak sekolah harus menghentikan aktivitas karena terlalu banyak siswa yang sakit. Karena pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) dikenal sering menutupi fakta, sulit bagi dunia luar untuk mengetahui kondisi sebenarnya. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Kuil Bawah Tanah di Bawah Gedung London: Misteri Dewa Matahari yang Jarang Dikenal

EtIndonesia. Apakah Anda pernah mendengar tentang Mithra, dewa misterius yang dikaitkan dengan sumpah, kesetiaan, iman, dan perjanjian? Mithra diyakini berasal dari Persia kuno, sering digambarkan bertarung melawan kekuatan jahat. Beberapa orang bahkan menganggapnya sebagai Dewa Matahari. Walau dikenal sebagai sosok yang penuh teka-teki, kuil yang didedikasikan untuk Mithra ditemukan di bawah tanah London, Inggris.

Pencatatan tentang Mithra masih menjadi perdebatan di kalangan akademisi, khususnya apakah Mithra dari Persia sama dengan Mithra yang dikenal di Roma. Dalam sejarah, Mithra sangat populer di kalangan tentara Romawi, terutama karena kisahnya yang sering dikaitkan dengan banteng. Beberapa orang menghubungkan Mithra dengan rasi bintang Perseus atau Orion. Namun, karena kepercayaan yang berkaitan dengan Mithra sangat rahasia, tidak ada dokumen tertulis yang ditemukan, sehingga sejarahnya hanya bisa ditelusuri melalui relief dan artefak lainnya.

Menurut legenda, para pengikut Mithra menjalani proses inisiasi melalui tujuh tingkatan pencerahan. Ritual mereka dilakukan di kuil bawah tanah, di mana mereka berbagi makanan seremonial. Tujuh tingkatan ini dipercaya mewakili tujuh benda langit yang dikenal pada masa kuno.

Di wilayah bekas Kekaisaran Romawi, ditemukan setidaknya 400 kuil yang didedikasikan untuk Mithra. Salah satu kuil ini berada di pusat Kota London, tepatnya di bawah gedung perkantoran modern. Lokasi kuil ini berada di dekat Queen Victoria Street. Jika Anda berjalan menjauh dari Bank of England dan menyusuri Walbrook ke arah selatan menuju Cannon Street, kuil ini terletak tujuh meter di bawah pintu masuk gedung Bloomberg.

Dahulu, Walbrook adalah nama sungai kecil yang kini telah menghilang. Pada masa Romawi, kuil Mithra dibangun di tepi sungai ini antara abad ke-1 hingga ke-4 Masehi. Namun, ketika Kekaisaran Romawi meninggalkan Inggris pada abad ke-5, kuil ini perlahan dilupakan. Akibat perubahan tinggi jalanan selama berabad-abad, kuil ini akhirnya terkubur sepenuhnya.

Pada tahun 1954, penggalian arkeologi menemukan sisa-sisa kuil Mithra. Awalnya, para arkeolog tidak menyadari apa yang mereka temukan hingga sebuah patung kepala marmer ditemukan, mengungkap bahwa situs tersebut adalah kuil Mithra. Artefak, termasuk patung kepala tersebut, kemudian dipindahkan ke Museum London untuk disimpan, karena reruntuhan harus dibongkar demi pembangunan gedung baru.

Ketika gedung Bloomberg dibangun, para arkeolog berhasil mengembalikan kuil ini ke lokasi aslinya. Pada akhir 2017, kuil Mithra dibuka kembali untuk umum. Dalam proses penggalian, ditemukan juga sejumlah artefak, termasuk dokumen tertua di Inggris, yang semuanya terpelihara di dalam rawa-rawa area tersebut.

Saat masuk ke dalam kuil Mithra, pengunjung akan berada dalam ruang semi-gelap. Cahaya remang-remang memperlihatkan pahatan batu di sepanjang dinding. Di salah satu ujung kuil berdiri patung logam yang menggambarkan Mithra sedang membunuh seekor banteng – salah satu adegan paling ikonik dalam mitologi Mithra. Namun, para arkeolog percaya bahwa tidak ada ritual pengorbanan banteng yang pernah dilakukan di tempat ini, karena ruangannya tidak cukup besar untuk menampung seekor banteng hidup.

Meskipun saat ini kuil ini telah dipugar, bentuknya tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi aslinya. Para arkeolog menemukan sisa-sisa kuil yang lebih tua di lapisan tanah yang lebih dalam, tetapi karena strukturnya sangat rapuh, bagian tersebut tidak dapat dipamerkan kepada publik.

Kuil Mithra di bawah gedung modern ini mengingatkan kita bahwa banyak peradaban kuno yang mungkin telah hilang seiring berjalannya waktu. Apa yang tersisa dari Mithra dan pengikutnya hanyalah serpihan kecil dari peradaban yang pernah ada, yang kini terkubur di bawah tanah dan terlupakan oleh manusia. Mungkin, masih ada banyak peradaban misterius lainnya di planet ini yang menunggu untuk ditemukan.

Penemuan ini sekali lagi mengingatkan kita bahwa mungkin masih ada banyak peradaban kuno yang penuh misteri. Mereka bukan tidak pernah ada, tetapi telah terkubur dan terlupakan seiring berjalannya waktu di planet ini, menunggu untuk ditemukan kembali oleh manusia.(jhn/yn)

Bus Militer Pakistan Diserang Bom Bunuh Diri, 6 Orang Tewas dan 25 Terluka

Pada 4 Januari 2025, sebuah serangan bom bunuh diri terjadi di Provinsi Balochistan, wilayah barat daya Pakistan yang tidak stabil. Sebuah bus yang membawa pasukan paramiliter “Frontier Corps” hancur akibat serangan tersebut, mengakibatkan setidaknya enam orang tewas dan puluhan lainnya terluka.

ETIndonesia. Bus “Frontier Corps” (FC) itu sedang dalam perjalanan dari kota pelabuhan Karachi menuju kota Turbat di barat daya. Serangan terjadi sekitar 7 kilometer dari tujuan akhir.

Menurut laporan Agence France-Presse (AFP) yang dikutip oleh Central News Agency, pejabat polisi senior Rashid-ur-Rehman menyatakan, “Sebuah bus diserang bom, mengakibatkan setidaknya enam orang tewas, termasuk tentara Frontier Corps dan warga sipil.” Selain itu, setidaknya 25 orang terluka dalam insiden tersebut.

Kelompok separatis bersenjata, “Tentara Pembebasan Baloch” (Baloch Liberation Army, BLA), mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.

BLA sering mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan yang menargetkan pasukan keamanan atau penduduk Pakistan dari provinsi lain, khususnya orang Punjab di Provinsi Balochistan.

Dalam beberapa bulan terakhir, serangan di Pakistan meningkat tajam, terutama di Provinsi Balochistan dan Khyber Pakhtunkhwa di barat laut negara itu. Menurut laporan militer, sepanjang tahun 2024 saja, 383 tentara dan 925 militan tewas dalam berbagai konflik di wilayah tersebut. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Gejolak Politik Austria: Kanselir Nehammer Mundur dari Jabatannya  dan Ketua Partai

Kanselir Austria Karl Nehammer  pada  4 Januari 2025, mengejutkan politik Austria dengan mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatannya dan Ketua Partai Rakyat Austria (ÖVP), setelah gagal mencapai kesepakatan dalam pembicaraan pembentukan pemerintahan baru.

ETIndonesia. Setelah pemilu pada September 2024 yang menghasilkan kebuntuan politik, Partai Kebebasan Austria (FPÖ) yang beraliran populis menjadi partai terbesar dengan perolehan 29% suara, namun partai-partai utama menolak untuk berkoalisi dengan FPÖ. 

Pada awal November 2024, Partai Rakyat (ÖVP) dan Partai Sosial Demokrat (SPÖ) memulai negosiasi pembentukan pemerintahan dan mengundang partai kecil liberal “New Austria and Liberal Forum” (NEOS) untuk bergabung, dengan harapan dapat mencapai konsensus mengenai kebijakan dan membentuk kabinet tiga partai. Namun, NEOS kemudian mengumumkan mundur, dan negosiasi berlanjut antara dua partai utama.

Ketegangan terjadi terutama dalam masalah kebijakan fiskal. Austria saat ini menghadapi defisit anggaran yang serius dan resesi ekonomi, yang jika terus berlanjut dapat memicu prosedur defisit berlebih dari Uni Eropa (Excessive Deficit Procedure, EDP), yang mengharuskan Austria menyerahkan rencana pemulihan fiskal kepada Uni Eropa dalam batas waktu tertentu.

Partai Sosial Demokrat, yang cenderung lebih kiri, mengusulkan pajak kekayaan dan pajak warisan untuk orang kaya untuk menutupi defisit anggaran. Proposal ini ditentang keras oleh Partai Rakyat yang lebih konservatif dan berorientasi pasar, yang berpendapat bahwa kebijakan ini akan merugikan daya saing ekonomi negara.

Nehammer menegaskan bahwa dia tidak akan menandatangani kebijakan yang dianggap merugikan ekonomi, daya saing, dan produktivitas negara. Pemimpin Partai Sosial Demokrat, Andreas Babler, mengkritik Partai Rakyat sebagai “pelayan bagi super kaya”.

Nehammer juga menekankan bahwa meskipun negosiasi dengan SPÖ gagal, ia menentang kerjasama dengan partai-partai ekstremis dan tetap berkomitmen pada jalur politik tengah.

Analisis dari Der Spiegel menunjukkan bahwa Nehammer menghadapi tekanan dari pihak dalam partainya yang lebih cenderung pro-pasar dan konservatif, yang lebih suka bekerja sama dengan FPÖ, daripada dengan SPÖ. Ini dianggap sebagai alasan utama pengunduran dirinya sebagai Ketua Partai dan Kanslelir Austria.

Setelah pengunduran diri Nehammer, spekulasi muncul mengenai dua kemungkinan skenario untuk masa depan Partai Rakyat Austria. Salah satunya adalah Karoline Edtstadler, Menteri Uni Eropa dan Konstitusi, yang mungkin akan memimpin pemerintahan sementara dan mengusulkan pembubaran parlemen untuk pemilu ulang. 

Alternatif lainnya adalah kembalinya Sebastian Kurz, yang sebelumnya menjabat sebagai kanselir termuda dalam sejarah Austria, yang pernah bekerja sama dengan FPÖ selama masa jabatannya. Jika Kurz kembali, ini akan mengubah arah politik Partai Rakyat untuk lebih mendekati FPÖ dan membentuk koalisi baru. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Analisis: Kekuasaan Xi Mulai Dilemahkan, Tanda-tandanya Sudah Terlihat Sejak Lama

0

Belakangan ini, rumor mengenai dilemahkannya kekuasaan pemimpin partai komunis Tiongkok, Xi Jinping, menarik perhatian banyak pihak. Menurut analisis, perubahan arah politik di tingkat tinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT) sebenarnya sudah mulai terlihat sejak Konferensi Beidaihe tahun 2024, dengan tanda-tanda melemahnya kekuasaan Xi semakin jelas.

ETIndonesia. Sepanjang tahun 2024, beberapa pejabat militer yang dikenal sebagai orang kepercayaan Xi Jinping dilaporkan mengalami penyelidikan atau dipindahkan dari posisi strategis. Khususnya, lebih dari sebulan yang lalu, Miao Hua, Kepala Departemen Politik Komisi Militer Pusat dan orang dekat Xi, tiba-tiba diselidiki. Baru-baru ini, Han Weiguo, mantan Komandan Angkatan Darat dan sekutu kuat Xi, tidak hadir dalam acara jamuan teh Tahun Baru di Beijing. Menurut laporan, Han juga telah ditahan untuk penyelidikan.

Selain itu, media resmi PKT, termasuk media militer, mulai mengurangi pujian berlebihan terhadap Xi Jinping yang sebelumnya kerap disebut sebagai pemimpin tertinggi dengan frasa seperti “menetapkan segalanya” atau “memimpin langsung.”

Sebagai gantinya, media kini menekankan pentingnya “kepemimpinan kolektif.” Hal ini memicu spekulasi bahwa perebutan kekuasaan di internal PKT telah memanas dan kekuasaan militer Xi mungkin sedang dilemahkan.

Jurnalis senior dari Hong Kong, Yan Chunqiao, berpendapat bahwa perubahan arah politik PKT sudah dimulai sejak Konferensi Beidaihe tahun 2024. Ia mencatat bahwa pujian terhadap Xi Jinping di media resmi semakin berkurang sejak saat itu. Istilah-istilah seperti “pemimpin tertinggi” atau “secara pribadi mengarahkan” mulai jarang digunakan, menandakan menurunnya pengaruh Xi.

Dalam analisisnya yang diunggah di Facebook, Yan menyatakan: “Penekanan pada kepemimpinan kolektif dan pengurangan kultus individu adalah tanda jelas melemahnya kekuasaan Xi. Selama lebih dari satu dekade, sentralisasi kekuasaan telah menimbulkan banyak masalah, memperburuk situasi secara drastis. Perubahan arah ini menunjukkan adanya upaya untuk memperbaiki sistem pengambilan keputusan di tingkat tertinggi.”

Yan juga mencatat bahwa kepemimpinan kolektif mulai dibicarakan kembali setelah Konferensi Beidaihe 2024. Menurutnya, media PKT menekankan kepemimpinan kolektif mungkin sebagai langkah awal menuju transisi kekuasaan.

Beberapa ahli juga memprediksi bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun dengan perebutan kekuasaan yang semakin intens antara Xi Jinping dan pihak-pihak yang menentangnya.

Yuan Hongbing, seorang pakar hukum liberal yang kini berada di pengasingan, mengungkapkan dalam program Elite Forum di New Tang Dynasty News bahwa sumber dalam PKT menginformasikan bahwa Xi telah memperingatkan semua anggota Politbiro. Ia berencana meluncurkan gelombang besar anti-korupsi pada tahun 2025, termasuk fokus membersihkan 108 perwira tinggi dan 500 perwira militer di bawah kendali Miao Hua.

Yuan menambahkan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi Xi pada tahun 2025 bukanlah krisis ekonomi, tetapi ancaman internal dari militer dan pejabat partai serta pemerintahan. Setelah Kongres Nasional PKT ke-20, ketidaksetiaan terhadap Xi di kalangan militer semakin meluas, bahkan melibatkan pejabat dan komandan yang sebelumnya ia angkat sendiri.

Sementara itu, komentator politik Zhang Tianliang dalam saluran media pribadinya, Bright Times, menyatakan bahwa upaya Xi untuk merombak dan membersihkan kekuatan militer dapat memicu ketidakstabilan di kalangan tentara. 

“Meskipun Xi Jinping terlihat masih memegang kendali, saya skeptis terhadap kestabilan kekuasaannya,” ujarnya. 

Sumber : NTDTV.com 

Epidemi Penyakit Pernapasan Melanda Tiongkok, Puncak Flu Diperkirakan Awal Januari di Beijing

0

Sejak Desember tahun lalu, berbagai wilayah di Tiongkok, khususnya di kota-kota bagian utara, mengalami lonjakan kasus penyakit pernapasan yang menyebar secara luas. Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Beijing memperkirakan virus flu akan mencapai puncaknya pada awal Januari

ETIndonesia. Sejak Desember 2024, beberapa jenis penyakit pernapasan seperti flu, human metapneumovirus, dan rhinovirus, merebak di berbagai kota di Tiongkok.

Menurut CDC Beijing, virus flu, yang merupakan salah satu virus dengan tingkat penyebaran tertinggi, diperkirakan akan mencapai puncaknya pada awal Januari. 

Selain itu, norovirus, yang mempengaruhi sistem pencernaan, juga tercatat berada pada “tingkat infeksi menengah hingga tinggi.”

Banyak warga di Tiongkok mempertanyakan apakah ini disebabkan oleh varian baru virus COVID-19. Rumah sakit di berbagai wilayah dipenuhi pasien, terutama anak-anak, yang mengalami gejala berat seperti demam tinggi hingga pneumonia berat (white lung).

Komentar dari Warga Tiongkok:

  • Li, warga Hebei:
    “Gejalanya berbeda dari infeksi COVID sebelumnya. Kali ini lebih banyak demam dan pneumonia, bahkan banyak anak-anak yang mengalami demam hingga 39–40°C. Hampir semua teman sekelas anak saya juga demam. Beberapa anak bahkan mengalami white lung.”
  • Seorang jurnalis dari Mingpao:
    “Saat saya pulang ke kampung halaman di Hebei untuk bertemu keluarga besar, ternyata banyak dari mereka yang jatuh sakit. Ibu saya juga demam tinggi dan harus ke rumah sakit, tapi rumah sakit penuh sesak dengan pasien yang batuk-batuk, seperti tiga tahun yang lalu.”
  • Zhao, warga Sanya, Hainan:
    “Sekarang banyak sekali orang yang sakit demam dan flu, terutama anak-anak. Saya menjalankan usaha pelatihan, dan banyak anak-anak yang harus absen karena sakit.”
  • Zhang, warga Nanjing:
    “Saya juga sedang sakit flu. Mungkin tertular dari anak saya meskipun saya tidak keluar rumah. Ini sangat parah, dan saya benar-benar merasa khawatir.”

Beberapa warga melaporkan bahwa banyak orang di sekitar mereka jatuh sakit berulang kali. Gejala infeksi baru ini lebih parah dan mengingatkan mereka pada gelombang besar pandemi tiga tahun lalu.

  • Wang, warga Changsha, Hunan:
    “Banyak teman-teman saya mengalami gejala seperti flu. Saat ini juga ada banyak kasus kematian mendadak, leukemia, atau kanker yang tiba-tiba muncul.”
  • Zhao, warga Sanya, Hainan:
    “Sekarang, semua penyakit seperti flu atau demam tidak lagi dikaitkan dengan COVID. Mereka hanya menyebutnya sebagai flu atau flu musiman. Orang-orang di tempat tinggal saya ada yang meninggal, tetapi penyebabnya tidak boleh disebutkan.”

Sumber : NTDTV.com 

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan India: HMPV Menyebar di Tiongkok

Pada Jumat (3 Januari), seorang pejabat dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan India mengonfirmasi bahwa human metapneumovirus (HMPV) sedang menyebar di daratan Tiongkok. Virus ini menyebar dengan sangat cepat sejak memasuki musim dingin.

ETIndonesia. Pejabat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan India, Atul Gaur, menyatakan bahwa HMPV telah menyebar luas di Tiongkok dan berpotensi menginfeksi anak-anak serta lansia.

Menurut laporan dari The Epoch Times, setelah memasuki musim dingin, infeksi HMPV di Tiongkok meningkat pesat. Gejala yang ditimbulkan mirip dengan flu dan COVID-19. 

Seorang warga Shaanxi mengungkapkan bahwa banyak anak-anak yang terinfeksi, sehingga rumah sakit setempat penuh sesak oleh pasien.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, HMPV adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan dan dapat menginfeksi orang dari segala usia.

Hingga saat ini, belum ada vaksin yang dikembangkan untuk HMPV, juga belum tersedia obat pencegahan maupun pengobatan khusus untuk virus ini. (Hui)

Sumber : NTDTV.com