Home Blog Page 244

Mendapatkan Teknologi Rusia, dan Mendukung Aliansi Militer, Iran Mulai Mengirimkan Rudal ke Rusia

0

EtIndonesia. Perang selama ini dianggap sebagai ujian tertinggi bagi teknologi militer dan sistem senjata. Dalam konteks perang modern, efek peralatan senjata tidak hanya terwujud di laboratorium atau lapangan latihan, tetapi juga dibuktikan dan dipromosikan di medan perang. Seperti kata orang-orang, “perang adalah propaganda terbaik”, setelah Iran melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel, baru-baru ini mereka juga menyediakan rudal balistik kepada Rusia, yang semakin menguatkan pandangan ini.

Menurut laporan , dalam beberapa tahun terakhir tampaknya teknologi rudal Iran mulai melaju pesat, terutama dalam hal rudal balistik. Sebagai kekuatan militer penting di kawasan Timur Tengah, Iran meningkatkan kemampuan serangan tepat sasaran dan penetrasi rudalnya melalui pengembangan yang terus menerus dan pembuktian dalam pertempuran. Melalui tindakan militer, Iran menunjukkan kemampuan nyata rudalnya kepada dunia.

Pada 1 Oktober 2024, Iran melancarkan ” Operation True Promise2 / Operasi Janji Sejati 2″ terhadap Israel, yang menggunakan banyak rudal balistik skala besar. Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) menyatakan bahwa serangan ini dilaksanakan berdasarkan “hak bela diri yang diberikan oleh Piagam PBB”. Pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa serangan ini merupakan balasan atas pembantaian rakyat Lebanon dan Gaza, serta Yang Mulia Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah.

Dalam operasi tersebut, Iran meluncurkan sekitar 200 rudal, di mana sebagian besar rudal berhasil menembus sistem pertahanan Iron Dome Israel dan mengenai target termasuk pangkalan militer dan fasilitas penting lainnya. Meskipun sistem pertahanan udara Israel dan AS berhasil mencegat sebagian rudal, rudal-rudal tersebut tetap merusak infrastruktur, menunjukkan kekuatan rudal Iran dalam perang modern.

Serangan ini menandai kematangan lebih lanjut teknologi rudal Iran, terutama dalam hal kemampuan penetrasi. Rudal “Fattah-1” dan “Kheibar Shekan” yang dikembangkan Iran dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kecepatan dan kemampuan serangan yang lebih kuat. Rudal-rudal ini memiliki akurasi yang tinggi, dan mampu menerobos sistem pertahanan udara dengan kecepatan sangat tinggi, menimbulkan ancaman serius bagi fasilitas militer dan target vital.

Kemajuan teknologi rudal Iran kemungkinan berasal dari teknologi Rusia, yang tidak hanya menunjukkan kekuatan teknologi rudalnya dalam konflik dengan Israel, tetapi juga memperluas pengaruh senjatanya melalui penyediaan rudal balistik kepada Rusia dalam perang Ukraina-Rusia. Sejak pecahnya perang Ukraina, Rusia semakin tergantung pada bantuan militer eksternal dalam operasi perang, di mana rudal dan misil jelajah Iran menjadi salah satu alat penting bagi serangannya ke Ukraina.

Kerja sama militer antara Iran dan Rusia bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari kolaborasi strategis yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dan semakin mendalam. Dengan menyediakan rudal kepada Rusia, Iran tidak hanya memperkuat posisinya di pasar senjata global, tetapi juga menunjukkan peran pentingnya dalam perang Ukraina-Rusia. Rudal yang disediakan Iran membantu Rusia mendapatkan kemampuan serangan jauh yang lebih kuat di medan perang Ukraina.(jhn/yn)

Rusia Dikecam Menggunakan Musim Dingin Sebagai Senjata Selama Tiga Tahun Berturut-turut

0

Pada Hari Natal 2024, Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap infrastruktur energi Ukraina. Meski berada di tengah perang, rakyat Ukraina tetap merayakan Natal dan memanjatkan doa untuk perdamaian

ETIndonesia. Pada 25 Desember, Rusia menembakkan lebih dari 70 rudal dan mengerahkan lebih dari 100 drone untuk menyerang berbagai infrastruktur penting di Ukraina, yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa dan luka-luka.

Peralatan listrik milik perusahaan energi swasta terbesar Ukraina, DTEK, kembali rusak parah. Serangan ini memaksa Kyiv dan beberapa wilayah lainnya mengalami pemadaman listrik.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam serangan tersebut dalam sebuah pernyataan, dengan mengatakan, “Putin memilih menyerang pada Hari Natal. Adakah yang lebih tidak manusiawi dari ini?”

Duta Besar AS untuk Ukraina, Bridget A. Brink, juga mengecam tindakan Rusia yang disebutnya telah “mempergunakan musim dingin sebagai senjata” selama tiga tahun berturut-turut.

Namun, perang tidak menghentikan rakyat Ukraina untuk merayakan Natal dan berdoa untuk perdamaian.

Harapan dan Keberanian Warga Ukraina

Seorang mahasiswa dari Odesa yang merayakan Natal di Kyiv, Mariia Shamrai, mengatakan: “Kami ingin berdoa untuk perdamaian, inspirasi, dan kekuatan bagi rakyat kami.”

Warga Kyiv, Artem, menambahkan: “Mereka (Rusia) tidak bisa menghancurkan apapun dari saya, karena kemenangan adalah milik kami. Meskipun ada serangan udara, saya tahu saya harus berada di sini.”

Di Garis Depan Perang Timur

Di garis depan perang di wilayah timur yang penuh pertempuran, Natal memberikan kesempatan bagi tentara Ukraina untuk sejenak menjauh dari medan perang yang penuh bahaya, membawa harapan dan keyakinan baru.

Valerii, seorang tentara dari Brigade Mekanis ke-24 Ukraina, berkata:
“Saya memikirkan akhir perang dan kembali ke kampung halaman. Saya berharap keluarga saya dapat hidup tenang tanpa khawatir tentang saya. Saya masih hidup dan sehat.”

Ia juga menyampaikan kepercayaannya pada Presiden Zelensky: “Saya percaya pada presiden kami. Saya percaya dia akan mencapai kesepakatan gencatan senjata. Saya percaya padanya.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Tragedi Jatuhnya Pesawat Azerbaijan Airlines yang Menewaskan 38 Orang, Kotak Hitam Ditemukan

0

ETIndonesia. Sebuah pesawat Azerbaijan Airlines yang lepas landas dari ibu kota Baku pada Rabu (25 Desember) dan seharusnya terbang ke Chechnya, malah terbang melintasi Laut Kaspia dan jatuh di dekat kota Aktau, Kazakhstan. Dari total 67 orang di pesawat, termasuk awak pesawat, 38 orang tewas dan 29 selamat. Menurut para korban selamat, pesawat tersebut mencoba mendarat di Chechnya tiga kali, namun gagal, dan pada percobaan ketiga terjadi ledakan yang menyebabkan serpihan berserakan di kabin.

Menurut situs pelacakan penerbangan global “Flight Radar,” pesawat jenis Embraer 190 buatan Brasil ini keluar dari jalur penerbangan normal, terbang melintasi Laut Kaspia, dan kemudian berputar-putar di udara sebelum akhirnya jatuh di dekat Aktau, yang terletak di pantai timur Laut Kaspia dan merupakan pusat minyak dan gas.

Azerbaijan Airlines menyatakan bahwa pesawat tersebut membawa 67 orang, termasuk 62 penumpang dan 5 awak pesawat.

Sumber dari Interfax mengutip Wakil Perdana Menteri Kazakhstan, Kanat Bozumbayev, yang mengatakan, “Situasinya tidak terlalu baik, ada 38 orang tewas.”

Kementerian Darurat Kazakhstan melaporkan, “29 orang yang selamat telah dibawa ke rumah sakit, termasuk 3 anak-anak.”

Kementerian Transportasi Kazakhstan juga mengungkapkan bahwa pesawat tersebut membawa 37 warga Azerbaijan, 6 warga Kazakhstan, 3 warga Kyrgyzstan, dan 16 warga Rusia.

Menurut laporan Interfax, Jaksa Penuntut Umum Kazakhstan yang bertanggung jawab atas kasus kecelakaan transportasi, Timur Suleymanov, menyatakan bahwa black box pesawat telah ditemukan.

Pemerintah Kazakhstan telah membentuk komite untuk menyelidiki penyebab kecelakaan ini dan membantu keluarga korban. Mereka akan bekerja sama dengan Azerbaijan dalam proses penyelidikan.

Media Rusia, RT News, mengutip korban selamat yang mengatakan bahwa pesawat itu telah mencoba mendarat di Chechnya tiga kali, namun pada percobaan ketiga, sebuah ledakan terjadi dan serpihan berserakan di kabin.

Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengumumkan pada 26 Desember akan dijadikan hari berkabung nasional dan ia membatalkan rencananya untuk mengunjungi Rusia, di mana ia seharusnya menghadiri KTT informal pemimpin negara-negara CIS (Commonwealth of Independent States). (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Peristiwa yang Tak Terduga Membawa Seorang Pilot Melintasi Ruang Waktu, Menjelajahi Masa Depan Empat Tahun ke Depan

EtIndonesia. Robert Victor Goddard (Transliterasi-red) adalah seorang pilot Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Pada tahun 1935, dia menerima tugas yang tampak biasa, tetapi ternyata membawanya pada petualangan melintasi ruang dan waktu.

Saat itu, tugas yang diterima Robert adalah misi patroli, di mana dia harus pergi ke sebuah bandara tua yang terletak dekat Edinburgh, Skotlandia, untuk melakukan pemeriksaan. Ketika dia menerbangkan pesawat biplan (Pesawat terbang bersayap ganda) dan melintasi Bandar Udara Internasional Raleigh-Durham yang tidak dipakai lagi dari udara, dia merasa bahwa itu adalah bandara yang sangat kumuh, dengan landasan pacu yang penuh retakan dan rumput liar, bahkan ada sekumpulan sapi yang entah dari mana datangnya sedang merumput di sana.

Setelah mengamati selama beberapa saat, Robert menyimpulkan bahwa tidak ada yang aneh, jadi dia bersiap untuk kembali ke pangkalan.

Dalam perjalanan pulang, cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi gelap, dan badai hebat melanda, langit dipenuhi petir dan guntur. Berdasarkan pengalamannya, Robert menilai situasinya; meskipun kondisi bandara Durham tidak ideal, dia memutuskan untuk mendarat di sana untuk menghindari badai, lalu memulai serangkaian prosedur pendaratan. 

Saat pesawatnya perlahan-lahan turun ke tanah, pemandangan di depan menjadi jelas, cuaca tiba-tiba berubah, badai menghilang, digantikan oleh langit biru, awan putih, dan sinar mentari, membuat Robert terkejut bukan main. Namun, yang lebih tidak bisad ia percayai adalah pemandangan di depannya.

Bandara Durham yang sebelumnya terlihat kumuh, sekarang berubah menjadi bandara yang baru, dengan area yang tadinya dipenuhi sapi kini menjadi ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang, merupakan bandara yang cukup sibuk. 

Saat itu dia melihat di sekeliling dan melihat beberapa pekerja yang mengenakan seragam biru, serta empat pesawat kuning di landasan pacu, termasuk satu pesawat yang belum pernah dia lihat sebelumnya, yang sama sekali tidak dia kenali. Pemandangan di depannya menimbulkan banyak pertanyaan. 

Dalam pemikirannya, seragam seharusnya berwarna khaki (cokelat muda kekuningan, atau warna kain yang menyerupai jerami padi yang kering), dan pesawat Angkatan Udara Kerajaan Inggris seharusnya berwarna perak, ditambah lagi dengan bandara yang tampak baru, membuatnya sangat bingung ketika itu.

Saat itu, Robert yang penuh pertanyaan tidak diperhatikan oleh siapa pun, tampaknya tidak ada yang menyadari keberadaan dirinya dan pesawatnya, bahkan tidak ada yang meliriknya meskipun dia sudah berada di sana cukup lama. 

Meskipun masih banyak pertanyaan, Robert memutuskan untuk terbang kembali ke pangkalannya. 

Dia segera lepas landas dari bandara Durham. Tak lama setelah dia meninggalkan landasan pacu, dia mendapati dirinya kembali terbang dalam badai, langit yang baru saja cerah kini menghilang. Akhirnya, dia berhasil kembali ke pangkalan dengan selamat dan melaporkan pengalaman aneh yang baru saja dia alami, tetapi tidak ada yang mempercayainya, hanya dicatat dalam arsip.

Empat tahun kemudian, Perang Dunia II pecah, dan Bandara Durham yang dulu kumuh diaktifkan kembali, menjadi pangkalan pelatihan angkatan udara. Ketika Robert kembali ke sini, dia melihat bandara dipenuhi pekerja yang mengenakan seragam biru, ada empat pesawat kuning yang terparkir di landasan pacu, salah satunya adalah pesawat Miles M.14 Magister yang baru pertama kali terbang pada Maret 1937. Semua ini membuatnya tersadar, bahwa apa yang dia alami saat itu adalah gambaran masa depan Bandara Durham, sebuah pengalaman singkat melintasi waktu dan menembus masa depan.(jhny/yn)

Analisis: Lima Perubahan Besar di Tubuh Partai Komunis Tiongkok Telah Terjadi, Memicu Kekacauan Internal

0

ETIndonesia. Selama dua tahun terakhir, perjuangan kekuasaan di tingkat atas Partai Komunis Tiongkok (PKT) semakin terlihat di depan umum. Berikut analisis tentang situasi terkini, sebagaimana dilaporkan.

Latar Belakang Kekacauan

Memasuki akhir tahun 2024, gejolak di dalam politik PKT semakin terasa. Serangkaian konflik internal di tingkat atas, termasuk rumor tentang hilangnya kendali militer oleh pemimpin PKT Xi Jinping, telah menarik perhatian luas. 

Beberapa analis berpendapat bahwa lima perubahan besar yang telah lama diprediksi dalam politik PKT kini terjadi secara bersamaan, menyebabkan tingkat kekacauan internal yang jauh lebih parah dari perkiraan, yang berpotensi memicu ledakan besar-besaran.

Dampak Ekonomi dan Politik

Dalam dua tahun terakhir, ekonomi Tiongkok terus memburuk. Gelombang pemutusan hubungan kerja, pengangguran, dan kebangkrutan sektor properti melanda, sementara utang pemerintah daerah meningkat tajam.

Sejak Kongres Nasional PKT ke-20, persaingan di kalangan elit partai semakin intens, menyerupai drama politik istana. 

Dalam periode ini, beberapa pejabat yang diangkat Xi seperti mantan Menteri Luar Negeri Qin Gang, serta dua Menteri Pertahanan, Li Shangfu dan Wei Fenghe, telah dicopot. Selain itu, lebih dari sepuluh pejabat tinggi di sektor militer dan industri pertahanan juga disingkirkan.

Yang paling mencolok adalah penyelidikan terhadap Miao Hua, anggota Komisi Militer Pusat (CMC) dan kepala Departemen Kerja Politik, yang merupakan orang kepercayaan Xi. Hal ini menunjukkan adanya tantangan serius terhadap kekuasaan Xi.

Tanda-tanda Perlawanan dalam Militer

Pada 23 Desember, upacara kenaikan pangkat jenderal diadakan di Gedung Bayi di Beijing. Xi menyerahkan surat keputusan kepada Chen Hui, Komisaris Politik Angkatan Darat yang baru dipromosikan.

Namun, sejumlah tokoh penting seperti Komandan Angkatan Darat Li Qiaoming, mantan Komisaris Politik Qin Shutong, Komisaris Politik Angkatan Laut Yuan Huazhi, dan Komandan Polisi Bersenjata Wang Chunning tidak hadir. Rumor di internet menyebutkan mereka sedang diselidiki.

Selain itu, koran militer PKT secara berturut-turut menerbitkan empat artikel yang tampaknya menantang otoritas “sistem ketua CMC” yang dikendalikan Xi. Artikel-artikel tersebut menekankan “sistem kepemimpinan kolektif” sebagai prinsip tertinggi PKT, yang dianggap sebagai tantangan langsung terhadap dominasi Xi.

Pendapat Para Pengamat

Akademisi Australia Yuan Hongbing menyatakan bahwa pembersihan militer PKT pada dasarnya bertujuan untuk menyingkirkan individu-individu yang dianggap tidak loyal terhadap Xi. Ia juga menyebutkan bahwa skandal seperti kasus Miao Hua memiliki dampak yang lebih besar terhadap Xi dibandingkan dengan kasus-kasus sebelumnya seperti Li Shangfu, bahkan bisa disamakan dengan peristiwa Lin Biao terhadap Mao Zedong.

Penulis opini politik Zhong Yuan dalam tulisannya di Epoch Times (23 Desember) berpendapat bahwa tanda-tanda Xi kehilangan status “pemimpin inti” semakin jelas. Para pejabat yang ia angkat tidak sepenuhnya mendukungnya pada saat-saat krusial.

Lima Perubahan Besar yang Terjadi di PKT

Pada awal tahun 2024, seorang pengamat memprediksi lima perubahan besar dalam politik PKT, yaitu:

  1. Pemimpin PKT menghadapi masalah serius.
  2. Pembersihan militer memicu reaksi balik yang kuat.
  3. Krisis ekonomi menyebabkan kehancuran finansial atau fiskal.
  4. Reformasi institusi gagal akibat perilaku “menghindari tanggung jawab” oleh para pejabat.
  5. Bencana alam atau sosial memicu pemberontakan rakyat.

Menurut penulis, semua prediksi ini kini telah terjadi dalam berbagai tingkat, menciptakan kekacauan internal yang jauh lebih besar daripada yang dibayangkan.

Kesimpulan

Tahun 2024 disebut sebagai awal dari ledakan besar dalam kekacauan politik PKT. Dengan melemahnya kekuasaan Xi dan kerusakan serius dalam mekanisme pengambilan keputusan di Zhongnanhai, konflik internal semakin memperlemah rezim PKT, mendekatkan mereka pada ambang kehancuran.

Menurut Yuan Hongbing, fenomena “dua wajah” (loyal di permukaan tetapi menentang di balik layar) akan semakin terlihat di tahun mendatang, menjadi ancaman besar bagi kekuasaan Xi yang otoriter. Hal ini dapat membuat Xi semakin terisolasi dan kehilangan pengaruh. (hui)

Menurut Sumber: Pesawat Azerbaijan Ditembak Jatuh oleh Sistem Pertahanan Udara Rusia

0

EtIndonesia. Pada hari Kamis (26 Desember), empat sumber yang mengetahui hasil awal penyelidikan kecelakaan udara Azerbaijan memberi tahu Reuters bahwa sistem pertahanan udara Rusia telah menghantam sebuah pesawat Azerbaijan Airlines, yang jatuh di Kazakhstan, mengakibatkan 38 orang tewas.

Penerbangan Azerbaijan Airlines J2-8243 jatuh pada hari Rabu dekat Kota Aktau, Kazakhstan, setelah pesawat tersebut berbelok dari wilayah selatan Rusia, sementara Moskow baru-baru ini menggunakan sistem pertahanan udara di daerah tersebut untuk melawan serangan drone Ukraina.

Pesawat penumpang yang diproduksi oleh Embraer ini terbang dari ibu kota Azerbaijan, Baku, menuju Grozny di wilayah Chechnya, Rusia selatan, sebelum berbelok ke timur dan terbang ratusan mil melintasi Laut Kaspia, jatuh di pantai timur Laut Kaspia.

Sebelumnya, otoritas penerbangan Rusia menyebutkan bahwa keadaan darurat mungkin disebabkan oleh tabrakan dengan burung.

Para pejabat tidak menjelaskan mengapa pesawat itu harus terbang melintasi Laut Kaspia, tetapi insiden jatuhnya pesawat terjadi setelah serangan drone Ukraina di Chechnya bulan ini. Bandara Rusia terdekat di rute penerbangan pesawat tersebut ditutup pada Rabu pagi.

Seorang sumber yang akrab dengan penyelidikan kecelakaan pesawat Azerbaijan memberi tahu Reuters bahwa hasil awal menunjukkan bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara “Pantsir-S” Rusia, dan komunikasi pesawat tersebut terputus karena sistem perang elektronik saat mendekati Grozny.

Sumber tersebut mengatakan: “Tidak ada yang mengklaim ini adalah tindakan sengaja, namun, mengingat fakta yang telah ditetapkan, Baku berharap pihak Rusia mengakui fakta bahwa pesawat Azerbaijan telah ditembak jatuh.”

Tiga sumber lainnya mengonfirmasi bahwa penyelidikan Azerbaijan mencapai kesimpulan awal yang sama.

Jaksa transportasi utama Kazakhstan, Timur Suleimenov di daerah tempat pesawat jatuh menyatakan bahwa penyelidikan mereka belum mencapai kesimpulan mengenai penyebab kecelakaan. Wakil Perdana Menteri Kazakhstan Qanat Bozymbaev menyatakan bahwa dia tidak dapat mengonfirmasi atau membantah klaim bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh oleh angkatan bersenjata Rusia.

Sebelum laporan Reuters, pihak Kremlin telah ditanya tentang pandangan apakah pesawat itu ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia, dan Kremlin menyatakan bahwa penyelidikan sedang berlangsung dan tidak pantas untuk berkomentar sebelum kesimpulan dicapai.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: “Menyampaikan asumsi sebelum kesimpulan dicapai adalah salah.”

Video lokasi kecelakaan yang dipublikasikan di media sosial dan telah dikonfirmasi oleh Reuters menunjukkan puing-puing di bagian belakang pesawat tampaknya mengalami kerusakan akibat pecahan peluru.

Perusahaan keselamatan penerbangan Osprey Flight Solutions mengeluarkan peringatan kepada maskapai pada hari Rabu, menyatakan bahwa video puing-puing dan kondisi di wilayah udara barat daya Rusia menunjukkan bahwa pesawat penumpang tersebut mungkin telah diserang oleh semacam tembakan pertahanan udara.

Dalam beberapa bulan terakhir, drone militer Ukraina telah beberapa kali menyerang wilayah selatan Rusia, dan Rusia telah mengaktifkan sistem pertahanan udaranya. Sejak invasi penuh Rusia ke negara tetangganya pada Februari 2022, Rusia dan Ukraina terus berada dalam keadaan perang.

Pada Rabu pagi, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa mereka telah menembak jatuh 59 drone Ukraina di beberapa wilayah.

Dilaporkan bahwa beberapa drone tersebut ditembak jatuh di atas daerah yang berbatasan dengan Ukraina, termasuk Laut Azov. Karena aktivitas ini, operasi penerbangan di Bandara Kazan di Rusia dihentikan sementara.

Selain itu, peringatan menyatakan bahwa data pelacakan penerbangan ADS-B yang tersedia secara publik menunjukkan bahwa penerbangan Azerbaijan mengalami gangguan GPS saat terbang di atas barat daya Rusia.

Di Brussel, NATO menyerukan penyelidikan menyeluruh terhadap penyebab kecelakaan.

Juru bicara NATO Farah Dakhlallah menyatakan di X: “Kami menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan keluarga penerbangan Azerbaijan Airlines J2-8243, dan berdoa untuk mereka.”

Juru bicara NATO Farah Dakhlallah mengatakan berharap korban luka segera pulih dan menyerukan penyelidikan penuh.

Ketua Senat Kazakhstan mengatakan pada Kamis pagi bahwa penyebab kecelakaan pesawat belum diketahui. (jhny/yn)

Diduga Jadi Sasaran Sistem Pertahanan Rusia, Analisa Menunjukkan Bagian Pesawat Azerbaijan Airlines yang Jatuh Terlihat Berlubang

0

ETIndonesia. Pesawat Azerbaijan Airlines jatuh pada Rabu (25/12/2024) di dekat Kota Aktau, Kazakhstan, menewaskan 38 orang. Dikabarkan badan pesawat menunjukkan adanya lubang yang menyerupai bekas tembakan, memunculkan dugaan bahwa pesawat tersebut tertembak jatuh. Pihak berwenang sedang menyelidiki penyebab insiden ini.

Situs pelacakan penerbangan global, Flight Radar, menunjukkan bahwa pesawat Embraer 190 buatan Brasil ini awalnya dijadwalkan terbang dari ibu kota Azerbaijan, Baku, menuju Grozny, Chechnya, Rusia. Namun, pesawat tersebut menyimpang dari rute normalnya, terbang di atas Laut Kaspia, kemudian berputar-putar di dekat Aktau sebelum jatuh.

Penyebab penyimpangan rute pesawat masih menjadi perdebatan.

Administrasi Transportasi Udara Federal Rusia (Rosaviatsia) menyebutkan bahwa informasi awal menunjukkan pilot mengubah arah ke Aktau setelah pesawat mengalami tabrakan dengan burung (bird strike), yang memaksa mereka untuk melakukan penanganan darurat.

Media Rusia melaporkan bahwa pesawat mengubah rute karena kabut tebal di Grozny. Ada juga spekulasi bahwa pesawat mungkin salah diidentifikasi oleh sistem pertahanan udara Rusia sebagai drone Ukraina dan ditembak jatuh.

Sementara itu, saluran Telegram Fighter Bomber, yang dikelola oleh Kapten Rusia Ilya Tumanov, memposting sebuah video yang menunjukkan adanya lubang yang menyerupai bekas pecahan peluru di badan pesawat. Beberapa orang berpendapat bahwa kerusakan ini lebih mirip dengan akibat dari tembakan atau ledakan daripada akibat tabrakan dengan burung.

Video yang beredar di internet menunjukkan pesawat jatuh dengan cepat sebelum menghantam daratan. Video lain memperlihatkan bagian badan pesawat terlepas dari sayap dan sisa struktur lainnya, dengan puing-puing pesawat terbalik di atas tanah. Warna dan nomor registrasi pesawat yang terlihat sesuai dengan pesawat yang mengalami kecelakaan.

Data pelacakan penerbangan dari FlightRadar24 menunjukkan bahwa pesawat ini tiba-tiba melakukan belokan tajam ke kanan saat mendekati Bandara Aktau, dengan ketinggian penerbangan yang berfluktuasi drastis beberapa menit sebelum insiden.

Dalam sebuah postingan online, FlightRadar24 menyebutkan bahwa pesawat tersebut mengalami “gangguan GPS yang kuat”, yang menyebabkan pesawat mengirimkan data ADS-B (Automatic Dependent Surveillance-Broadcast) yang salah. Data ini digunakan oleh situs pelacakan penerbangan untuk memantau penerbangan. Rusia sebelumnya dituduh mengganggu sinyal GPS di wilayah yang lebih luas.

Meskipun Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan dalam konferensi pers bahwa masih terlalu dini untuk menentukan penyebab kecelakaan, Kantor Kejaksaan Azerbaijan segera mengumumkan penyelidikan pidana beberapa jam setelah insiden terjadi.

Pihak berwenang Kazakhstan juga menyatakan bahwa mereka telah membentuk komisi pemerintah untuk menyelidiki penyebab kecelakaan. Tim ini akan mengunjungi lokasi kejadian, memastikan dukungan diberikan kepada keluarga penumpang, dan bekerja sama dengan otoritas Azerbaijan dalam proses investigasi. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Runtuhnya Assad Dapat Mengganggu Kepentingan Strategis Tiongkok, Rusia, dan Iran

Alexander Liao, Olivia Li dan Sean Tseng

Runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah dapat mengguncang kemitraan antara Tiongkok, Rusia, dan Iran—sebuah koalisi lunak yang didorong oleh perlawanan bersama terhadap kekuatan Barat.

Pada awalnya, ketiga negara tersebut  menjadi pendukung utama rezim al-Assad. Melemahnya dukungan mereka secara signifikan berkontribusi pada runtuhnya kekuasaan Assad.

Rusia, tempat Assad berada dalam pengasingan,  menjadi pendukung utama dengan memberikan bantuan militer dan mengerahkan tentara bayaran untuk memperkuat rezim tersebut. Namun, lebih dari dua tahun perang di Ukraina telah membebani sumber daya Rusia. Meskipun Rusia masih memiliki pangkalan laut dan udara di Suriah, kemampuannya untuk membantu Assad menjadi terbatas.

Iran juga memainkan peran penting dengan memberikan bantuan finansial dan militer secara langsung. Namun, Iran terpukul keras oleh sanksi, dan proksi-proksinya dilemahkan oleh Israel, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk membantu Suriah.

Proksi Iran seperti Hizbullah dan Hamas telah mengalami kerugian akibat tindakan Israel setelah Hamas melancarkan serangan teroris ke Israel pada Oktober tahun lalu. Pada bulan September, dugaan peledakan ribuan pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh Hizbullah di Lebanon oleh Israel secara signifikan melemahkan kepercayaan pada kepemimpinan kelompok tersebut.

Tiongkok telah mendukung Assad dengan memveto resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menentang rezimnya serta menawarkan investasi dan bantuan, meskipun tidak ada laporan tentang bantuan militer langsung. Rezim Komunis Tiongkok secara historis bersikap oportunis dalam mendukung rezim-rezim anti-Barat. Ketika biaya strategis atau ekonomi menjadi terlalu tinggi, dukungan Beijing cenderung beralih.

Kekuatan yang saling berlawanan di dunia saat ini mencerminkan argumen mendiang Profesor Harvard Samuel Huntington, yang menulis “The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order”, diterbitkan pada tahun 1996.

Sang cendekiawan memprediksi dua blok global utama: satu dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Baratnya, dan yang lainnya oleh Tiongkok, didukung oleh Rusia serta beberapa negara Islam. Meskipun deskripsinya tentang konflik pasca-Perang Dingin tampak jauh dari kemungkinan ketika bukunya diterbitkan, lanskap geopolitik global saat ini selaras dengan visinya.

Masa depan Suriah masih belum pasti. Jika negara itu terjerumus menjadi negara gagal, ia bisa menyerupai Afghanistan pasca-2001 atau Yaman masa kini yang ditandai oleh anarki, konflik internal, dan ketiadaan pemerintahan pusat.

Skenario ini akan mengganggu kepentingan strategis Rusia, Iran, dan Tiongkok. Misalnya, Rusia telah memulai penarikan besar-besaran dari Suriah. Sementara itu, Iran melihat koridor daratnya ke Lebanon—jalur penting untuk pergerakan personel militer, senjata, dan sumber daya ke Hizbullah—terganggu.  Komunis Tiongkok juga mengalami kemunduran dalam pengaruh politiknya di Suriah, yang telah bergabung dengan Inisiatif Belt and Road Initiative Beijing pada tahun 2022, namun hingga kini belum ada satu pun proyek yang diumumkan.

Lanskap internasional bisa kembali berubah jika Donald Trump kembali ke Gedung Putih. Pemerintahannya mungkin akan segera berupaya mengakhiri konflik di Timur Tengah dan Ukraina. 

Mengakhiri perang Rusia-Ukraina juga akan mengakhiri “persahabatan tanpa batas” antara Tiongkok dan Rusia, yang mana secara drastis akan mengubah hubungan mereka. Pemerintahan AS yang lebih tegas bisa saja fokus untuk menghadapi rezim Tiongkok, yang mana dianggap sebagai rival utama. Langkah seperti itu akan memberikan pukulan berat bagi blok anti-Barat yang terdiri dari Tiongkok, Rusia, dan sekutu-sekutu mereka di Timur Tengah. (asr)

Ini adalah Pesawat Sipil Ketiga yang Ditembak Jatuh Selama Masa Jabatan Putin?

0


EtIndonesia.
Sebuah pesawat Embraer 190 milik Azerbaijan Airlines jatuh di dekat Kota Aktau, Kazakhstan, Rabu (25/12), menyebabkan setidaknya 38 orang tewas dan 29 orang terluka.

Saat kecelakaan terjadi, pesawat sedang terbang dari Baku, Azerbaijan menuju Grozny, Rusia, dan karena cuaca buruk di Grozny, pesawat mengalihkan jalur ke Aktau.

Menurut laporan media asing, pesawat tersebut lepas landas dari Baku pada pukul 6:50 waktu Moskow dan dijadwalkan tiba di Grozny pada pukul 8:20. Namun, pesawat mendadak berbalik sebelum mendekati Grozny dan jatuh di wilayah Kazakhstan setelah melintasi Laut Kaspia.

Sebelum jatuh, daerah Grozny mengeluarkan alarm serangan udara akibat serangan drone, dan sistem pertahanan udara Rusia sedang beroperasi.

Kesaksian dari para penyintas menunjukkan bahwa telah terjadi ledakan di udara. Salah satu penumpang, Zaur Mamedov, menyatakan: “Pada ledakan ketiga, saya merasa itu bukan berasal dari dalam kabin.”

Beberapa segmen lokasi kecelakaan menunjukkan bahwa ekor pesawat mengalami kerusakan khas akibat pecahan roket, termasuk fuselage yang tertembus dan rompi pelampung yang rusak oleh pecahan.

Kementerian Situasi Darurat Kazakhstan menyatakan bahwa pesawat membawa 69 orang, termasuk 64 penumpang dan 5 anggota kru, meskipun ada media yang menyebutkan ada 67 penumpang dan 5 anggota kru.

Dari para penyintas, 29 orang dibawa ke rumah sakit, di mana beberapa di antaranya mengalami cedera serius, termasuk 2 anak-anak. Para korban yang meninggal termasuk warga negara Azerbaijan, Rusia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan.

Setelah kecelakaan, Azerbaijan Airlines membatalkan semua penerbangan dari Baku ke Grozny dan dari Baku ke Makhachkala.

Kantor Kejaksaan Agung Azerbaijan telah memulai penyelidikan kriminal terkait kecelakaan ini dan bekerja sama dengan pihak berwenang Kazakhstan untuk menyelidiki penyebab kecelakaan.

Laporan awal menyebutkan kecelakaan disebabkan oleh tabrakan dengan burung yang mengakibatkan kegagalan mesin, tetapi semakin banyak bukti yang menunjukkan kemungkinan intervensi dari sistem pertahanan udara Rusia. Media Rusia dan saluran berita militer secara umum berspekulasi bahwa pesawat mungkin salah diidentifikasi oleh roket pertahanan udara Rusia sebagai target serangan drone.

Media Barat menyebutkan bahwa jika pesawat sipil benar-benar ditembak jatuh oleh Angkatan Pertahanan Udara Rusia, ini akan menjadi pesawat sipil ketiga yang ditembak jatuh selama masa jabatan Putin.Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev membatalkan kehadirannya dalam pertemuan CIS yang direncanakan dan melakukan percakapan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, di mana kedua pihak menyampaikan ucapan duka cita kepada keluarga korban. Rusia telah mengirim tim penyelamat darurat ke lokasi kecelakaan untuk membantu upaya penyelamatan dan penyelidikan.

Produsen pesawat Embraer mengatakan bahwa mereka sedang memantau perkembangan penyelidikan kecelakaan tersebut dan memberikan dukungan penuh kepada pihak terkait. Saat ini, para ahli penerbangan dari Azerbaijan, Kazakhstan, dan Rusia sedang bekerja sama untuk menyelidiki penyebab spesifik kecelakaan.(jhn/yn)

Akankah Rencana Stimulus Tiongkok Berikutnya Menghentikan Spiral Penurunan Ekonomi?

0

James Gorrie

Apakah Ekonomi Tiongkok  benar-Benar pulih?

Menurut Partai Komunis Tiongkok (PKT), ekonomi Tiongkok sebenarnya berjalan cukup baik dan terus membaik secara stabil.

Tapi, benarkah demikian?

Apakah Masa Kejayaan Telah Kembali?

Dalam pidatonya pada konferensi 11–12 Desember, Xi Jinping mengklaim bahwa “ekonomi stabil dan mengalami kemajuan, serta tujuan utama pembangunan ekonomi dan sosial … hampir berhasil dicapai.”

Bayangkan kelegaan yang mungkin dirasakan seluruh negeri setelah mendengar pemimpin PKT dengan penuh keyakinan menyatakan kesehatan ekonomi negara tersebut. Dari bunyinya, ekonomi tampak berada di jalur yang benar, jika tidak berada di ambang pintu, menuju pencapaian tujuan jangka panjangnya untuk menciptakan Tiongkok yang lebih besar, lebih dinamis secara ekonomi, adil, dan makmur bagi semua orang.

Namun, stimulus tambahan sedang dipersiapkan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Kata-Kata Xi Bertentangan dengan Realitas—dan Tindakannya

Apakah “tujuan utama pembangunan ekonomi dan sosial” benar-benar hampir tercapai?
Apakah “ekonomi yang stabil” benar-benar mendorong negara menuju tujuan besar tersebut, seperti yang diklaim Xi?

Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut, tersimpul dalam satu kata, yakni  “Tidak.”

Faktanya, meskipun ada pernyataan resmi yang optimistis tentang kondisi ekonomi Tiongkok, kenyataannya tidak demikian. Selain itu, kata-kata Xi disambut dengan keraguan. Jika pasar Tiongkok menjadi indikator kepercayaan investor dan opini publik—dan memang demikian—rakyat Tiongkok tidak membeli sandiwara PKT, sebagaimana terlihat dari respons negatif pasar terhadap konferensi tersebut.

Apakah Tiongkok  Menuju Jalan yang Sama dengan Jepang?

Beberapa pengamat mencatat bahwa ekonomi Tiongkok menunjukkan kesamaan dengan Jepang di awal abad ke-21, dan mereka tidak salah. Perbandingan ini patut diperhatikan.

Sebagai contoh, masalah-masalah utama yang menyebabkan ekonomi Jepang mengalami dua dekade stagnasi dan kelesuan meliputi demografi yang menurun, beban utang publik yang tinggi, anjloknya harga aset (terutama di sektor real estat), ketergantungan pada permintaan luar negeri, dan deflasi.

Tiongkok menghadapi tantangan serupa, ditambah masalah lain seperti tingkat pengangguran yang tinggi, terutama di kalangan pekerja muda. Lebih jauh lagi, ekonomi Tiongkok memiliki kelemahan struktural secara signifikan setidaknya terhadap dua aspek.

Ketergantungan pada Investasi dan Permintaan Asing

Satu kelemahan adalah ketergantungan Tiongkok pada investasi asing dan permintaan luar negeri untuk pengembangan dan kelangsungan ekonominya. Tarif, sanksi, meningkatnya biaya tenaga kerja, dan pesaing dengan harga lebih rendah telah mengurangi dominasi Tiongkok sebagai produsen dunia, sementara permintaan domestik tetap sangat rendah.

Ketergantungan Kepada Sektor Real Estat

Kelemahan lainnya adalah ketergantungan berlebih pada sektor real estat, yang menyumbang hingga sepertiga dari PDB-nya selama beberapa dekade terakhir. Kelemahan struktural ini kini menimbulkan konsekuensi bencana, seperti utang publik yang tak terkendali hingga mencapai triliunan dolar, kelebihan pasokan bangunan yang tidak dihuni, dan nilai properti yang anjlok. Krisis deflasi real estat ini diperburuk oleh populasi yang menua dan menyusut, serta rendahnya kepercayaan  terhadap kemampuan atau kebijakan PKT untuk membalikkan keadaan ekonomi.

Masalah-masalah ini, ditambah dengan kurangnya kebebasan dan meningkatnya kontrol Partai atas ekonomi, adalah alasan mengapa ekonomi Tiongkok mengalami kesulitan untuk bertahan dan menghasilkan pertumbuhan serta stabilitas jangka panjang.

Mengandalkan Stimulus Berulang Kali

Tentu saja, PKT terus mengandalkan suntikan modal untuk menyelamatkan ekonomi Tiongkok. Bukan pertama kalinya otoritas Tiongkok menggunakan “tongkat ajaib stimulus” untuk menyuntikkan miliaran uang baru ke dalam ekonomi, menurunkan suku bunga, dan menerapkan langkah-langkah stimulus lainnya. Praktik ini telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.

Namun, baik sejarah maupun situasi saat ini menunjukkan dengan jelas bahwa cara ini tidak akan berhasil. Stimulus, pada kenyataannya, jauh kurang efektif daripada yang diharapkan ketika digunakan secara berlebihan.

Ekonom  seperti Zhang Weiying memahami bahwa secara struktural, stimulus dan alat moneter lainnya tidak cukup untuk membalikkan keadaan. Diperlukan lebih banyak reformasi untuk mengoptimalkan potensi penuh ekonomi Tiongkok, khususnya konsumsi domestik, yang didorong oleh pendapatan dan kepercayaan konsumen. Sayangnya, keduanya saat ini sangat lemah. Menurut Zhang, “Membangun kepercayaan pelaku usaha terutama bergantung pada arah reformasi, bukan pada kekuatan stimulus kebijakan moneter.”

Kepercayaan Konsumen yang Tinggi Adalah Kunci Pertumbuhan dan Stabilitas

Dengan kata lain, agar ekonomi Tiongkok benar-benar tumbuh dan berhasil dalam jangka panjang, diperlukan reformasi ekonomi dan politik untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Kepercayaan konsumen yang lebih tinggi akan mendorong permintaan dan pengeluaran yang lebih besar, yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ini adalah prinsip dasar makro ekonomi.

Namun, seperti yang dicatat Zhang, untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dalam jangka panjang, Partai harus melakukan perubahan mendasar pada ekonominya. Hal ini membutuhkan transformasi Tiongkok dari ekonomi komando yang didominasi Partai menjadi ekonomi dinamis yang berorientasi pada pertumbuhan, didorong oleh konsumsi domestik, inovasi, dan kelas menengah yang berkembang.

Seberapa Mungkin Hal Itu Terjadi?


Sebuah proposal baru-baru ini berjudul “Mempromosikan Ekonomi Swasta,” yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan bisnis di sektor swasta, menuntut agar perusahaan swasta “menjunjung tinggi kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok, mematuhi sistem sosialisme dengan karakteristik Tiongkok, dan secara aktif berpartisipasi dalam membangun negara sosialis modern yang kuat.”

Lebih jauh lagi, perusahaan juga diwajibkan untuk “menerima pengawasan pemerintah dan sosial dalam melakukan produksi dan operasi.”

Dengan kata lain, proposal tersebut hanya mencakup kebijakan dan kontrol Partai yang sama seperti sebelumnya—kebijakan yang justru menyebabkan masalah sejak awal. Jelas, dalam hal reformasi, PKT hanya berbicara tanpa tindakan nyata. Ekonomi terencana Tiongkok akan tetap tidak berubah secara struktural.

Seperti lagu yang berbunyi, “Pemimpin baru, sama saja dengan pemimpin lama.”

Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah opini penulis dan tidak mencerminkan pandangan The Epoch Times.

James R. Gorrie adalah penulis buku “The China Crisis” (Wiley, 2013) dan menulis di blognya, TheBananaRepublican.com. Ia tinggal di California Selatan.

Dia Koma Selama Tiga Minggu di Ruang Dimensi Lain…

EtIndonesia. Pada 2 Juli 1978, Brandlin W mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor yang sangat serius pada usia 39 tahun, karena dia tidak mengenakan helm saat itu, yang mengakibatkannya cedera yang sangat parah. Jantungnya tidak berdetak selama beberapa menit saat dirawat di ruang gawat darurat, seolah-olah nyawanya hampir hilang.

Dari sudut pandang Brandlin, tidak tahu sudah berapa lama pasca kecelakaan itu, dia tiba-tiba menemukan dirinya berada di ladang yang penuh dengan bunga liar, dikelilingi oleh bukit-bukit yang bergelombang. Di sana, di mana-mana terlihat cahaya yang cerah, meskipun Brandlin tidak bisa menemukan dari mana cahaya yang menyilaukan itu berasal. 

Rasanya sangat menyenangkan berada di sana, membuatnya sangat bahagia, dan dia mulai berlari di ladang itu. Namun tiba-tiba, jalan di depannya terputus, itu adalah pagar yang terbuat dari kayu bulat, dengan dua baris kayu yang kokoh, di mana baris kayu di bawahnya setinggi setidaknya 5,4 meter dari permukaan tanah, menunjukkan bahwa pagar itu sangat tinggi, terus membentang di hadapan Brandlin dalam segala arah yang bisa dia saksikan.

Di ladang tempat Brandlin berada, bunga-bunga dan tanaman tersebut hanya setinggi 30 sentimeter, sementara pagar di depannya menjulang tinggi, tetapi itu tidak menghalanginya untuk maju, malah sebuah pikiran muncul di benaknya—saya harus melompati pagar itu

Tanpa bantuan orang lain atau alat, melompati rintangan yang tinggi terdengar sangat sulit, namun bagi Brandlin, itu tidak masalah, malah justru membuatnya sangat menikmati waktu yang dia habiskan untuk sampai di sana. Semua ini membuatnya merasa puas, riang, dan damai, lalu dia mulai berusaha untuk melewati halangan pagar itu dengan kekuatannya sendiri.

Saat Brandlin mulai bergerak, mendaki hingga sekitar setengah jalan, dia merasakan bahunya tersentuh sesuatu. Dia tidak merasa takut, langsung melihat ke arah sumbernya, dan melihat “Tuhan”. 

Dulu, Brandlin tidak memiliki keyakinan, keluarganya juga tidak pernah pergi ke gereja, tetapi di depannya bukan seperti manusia, juga bukan seperti makhluk spiritual yang biasanya dianggap sebagai malaikat, membuatnya teringat pada Tuhan, merasa seolah-olah dia sedang menatap Tuhan.

Saat itu, seberkas suara berkata padanya: “Kamu belum bisa datang.” 

Brandlin dibuat bingung dan bertanya: “Mengapa?” 

Dia ingin memanjat ke puncak untuk duduk di atasnya, ingin pergi ke sisi pagar yang lain untuk merasakan segala sesuatu di sana, merasa akan lebih baik daripada keindahan yang dirasakannya di ladang.

Brandlin melanjutkan: “Tolong biarkan saya ke sisi lain.”

Saat itu suara itu dengan tegas berkata: “Tidak, Brandlin, kamu harus kembali, masih banyak yang harus kamu lakukan.” 

Dalam detik berikutnya, Brandlin kembali ke tubuhnya di ruang gawat darurat, dan baru dia sadar bahwa dia telah koma selama tiga minggu penuh, dan sempat tidak memiliki detak jantung, dan secara ajaib kembali ke dunia ini. (jhn/yn)

Pendeta Dipaksa Minta Maaf Setelah Memberitahu Anak-Anak Bahwa Sinterklas Tidak Nyata

EtIndonesia. Seorang pendeta Inggris dituduh merusak suasana Natal untuk sekelompok siswa Kelas Enam dengan mengatakan bahwa Sinterklas tidak ada dan orangtua merekalah yang meletakkan hadiah di bawah pohon Natal.

Minggu lalu, Pendeta dr. Paul Chamberlain seharusnya berbicara tentang kelahiran Yesus di depan murid-murid Kelas Enam dari Lee-on-the-Solent Junior School di Hampshire, Inggris, tetapi entah bagaimana dia malah berbicara tentang keberadaan Sinterklas, sebuah topik yang belum siap dipahami oleh banyak anak.

Dia dengan santai mengatakan kepada seluruh kelas bahwa Sinterklas tidak nyata dan bahwa orangtua merekalah yang membelikan mereka hadiah dan memakan kue yang mereka tinggalkan untuk Sinterklas. Rupanya, semua ini mengejutkan banyak anak, yang mulai menangis dan kemudian memberi tahu orangtua mereka tentang pengalaman traumatis tersebut. Pendeta tersebut sejak saat itu dipaksa untuk meminta maaf kepada anak-anak, orangtua mereka, dan sekolah atas pengungkapannya.

“Kalian semua murid kelas enam, sekarang mari kita bersikap realistis, Sinterklas itu tidak nyata,” kata Chamberlain kepada kelas, yang sebagian besar berusia 10 dan 11 tahun.

“Setelah berbicara tentang kisah Kelahiran Yesus dari Alkitab, dia membuat beberapa komentar tentang keberadaan Sinterklas,” kata juru bicara Keuskupan Portsmouth kepada Mail Online. “Paul telah mengakui bahwa ini adalah kesalahan penilaian dan dia seharusnya tidak melakukannya. Dia meminta maaf tanpa syarat kepada sekolah, kepada orangtua dan anak-anak dan kepala sekolah segera menulis surat kepada semua orangtua untuk menjelaskan hal ini.”

Beberapa orangtua menggambarkan tindakan pendeta itu sebagai ‘salah’ atau ‘menjijikkan’, sementara yang lain mengatakan bahwa mereka harus “memaksa sebanyak mungkin sihir” pada musim liburan ini untuk membantu anak-anak mereka mengatasi trauma.

Kami akan mengatakan bahwa agak ironis bagi seorang pria religius untuk berbicara tentang keberadaan Sinterklas kepada anak-anak, mengingat bukti atau ketiadaan bukti dari keyakinan mereka sendiri…(yn)

Sumber: odditycentral

Nenek di Tiongkok, Petugas Kebersihan Rumah Sakit Mengadopsi 38 Bayi Terlantar

EtIndonesia. Seorang petugas kebersihan rumah sakit di Tiongkok yang mengadopsi 38 bayi terlantar selama satu dekade telah dinominasikan sebagai Model Moral Nasional.

Tang Caiying, 88 tahun, adalah seorang petugas kebersihan yang sudah pensiun dari sebuah rumah sakit di Xinyu, di Provinsi Jiangxi, Tiongkok tenggara, demikian dilaporkan oleh media daratan The Paper.

Antara tahun 1980-an dan 1990-an, dia mengadopsi lebih dari 30 anak.

Pada suatu hari di musim dingin tahun 1982, Tang yang berusia 46 tahun menemukan seorang bayi perempuan yang dibungkus mantel katun, ditelantarkan di samping rel kereta api dalam perjalanannya ke tempat kerja.

Karena tidak sanggup meninggalkan bayi itu di tengah angin yang dingin, dia membawa bayi yang menangis itu pulang, memberinya makan, dan membersihkannya.

Dia menamai bayi itu Fangfang, yang berarti “harum” seperti bunga yang sedang mekar.

Saat itu, Tang sudah menjadi ibu dari lima orang anak, yang termuda berusia 12 tahun.

Putri keduanya, Aiping, yang baru saja lulus dari sekolah menengah dan menganggur, tinggal di rumah untuk membantu merawat Fangfang.

Beberapa tahun kemudian, Tang menemukan bayi perempuan terlantar lainnya di rumah sakitnya dan menamainya Zhenzhen, yang berarti “hadiah yang berharga”.

Sejak saat itu, dia terus menyelamatkan bayi-bayi terlantar, dan akhirnya menerima 36 bayi lagi.

Sebagian besar dari mereka yang dia terima adalah bayi yang baru lahir, beberapa dibuang ke tempat sampah setelah kesulitan bernapas saat lahir, dan yang lainnya ditinggalkan di luar rumah sakit di musim dingin yang membekukan, tubuh mereka yang rapuh hampir tidak dapat bertahan hidup.

Tang mengatur agar bayi-bayi yang diselamatkan tersebut tinggal di kamar yang tidak terpakai di rumah sakit tempat dia bekerja. Dia menyediakan waktu setiap hari untuk memberi mereka makan dan memantau kesehatan mereka secara teratur.

Awalnya, suaminya tidak dapat mengerti, dengan alasan bahwa penghasilan mereka yang kecil dan hampir tidak cukup untuk anak-anak mereka sendiri, apalagi untuk anak-anak lainnya.

Namun, Tang tetap teguh pada tekadnya untuk menyelamatkan setiap nyawa yang ditemuinya.

Setelah pensiun, dia hidup dengan uang pensiun yang kecil dan memulung untuk membeli susu dan makanan bagi anak-anaknya.

Dengan perbedaan usia lebih dari 50 tahun, anak-anak angkat tersebut memanggil Tang dengan sebutan “Nenek”.

Beberapa anak bungsu dirawat di rumah oleh suami Tang dan anak-anaknya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, suaminya mulai menyayangi anak-anak angkat tersebut, yang tahu bahwa “Kakek” mereka tegas tetapi selalu baik hati.

Seiring bertambahnya usia Tang dan energinya berkurang, dia mulai dengan hati-hati memilih keluarga angkat untuk anak-anak tersebut.

Anak-anak terakhir yang diadopsi Tang adalah anak laki-laki kembar. Dia menamai anak yang lebih tua Zhang Jiagang, sedangkan yang lebih muda diadopsi kemudian oleh pasangan guru.

Sekarang berusia 27 tahun, Zhang bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran.

Pada bulan Januari, dia kembali ke rumah untuk merayakan ulang tahun Tang yang ke-88. Seperti anak-anak angkat Tang lainnya, dia mengunjunginya secara teratur dan mengirimkan sebagian gajinya untuknya.

“Jika bukan karena Nenek Tang, saya tidak tahu seperti apa hidup saya nantinya,” kata Zhang.

Pada tanggal 16 Desember, Tang yang berusia 88 tahun dinominasikan sebagai kandidat untuk Model Moral Nasional, penghargaan tertinggi untuk keunggulan moral yang diberikan kepada orang-orang biasa di Tiongkok.

Tanggal pengumuman untuk daftar akhir belum diungkapkan.

Putrinya, Aiping, mengatakan kepada The Paper: “Bagi ibu saya, melakukan perbuatan baik bukanlah tentang rasa moralitas. Itu hanya apa yang menurutnya harus dilakukannya. Itu adalah kebaikan naluriah.”

Kisah Tang telah menggerakkan banyak orang di media sosial daratan.

Seorang pengamat daring berkata: “Ini sangat menyentuh. ‘Nenek Tiongkok’ yang tidak mementingkan diri sendiri telah mengajarkan kita apa arti cinta sejati sebenarnya.” (yn)

Sumber: scmp

Rusia Luncurkan Serangan ke Infrastruktur Energi Ukraina pada Hari Natal

“Hari ini, Putin dengan sengaja memilih Hari Natal untuk melakukan serangan. Apa yang bisa lebih tidak manusiawi?” tulis Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di X.

ETIndonesia. Militer Rusia meluncurkan serangan rudal dan drone pada Hari Natal dengan target infrastruktur energi Ukraina.

Serangan terjadi di wilayah Kharkiv, Kursk, dan Dnipropetrovsk, sementara alarm serangan udara berbunyi di ibu kota Kyiv.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengutuk serangan Rusia terhadap jaringan listrik negaranya, menyebutnya sebagai tindakan “tidak manusiawi.”

“Setiap serangan besar-besaran Rusia membutuhkan waktu untuk persiapan. Itu tidak pernah menjadi keputusan spontan. Itu adalah pilihan yang disengaja—bukan hanya tentang target tetapi juga waktu dan tanggal,” tulis Zelenskyy di X.

“Hari ini, Putin dengan sengaja memilih Hari Natal untuk menyerang. Apa yang bisa lebih tidak manusiawi?”

Lebih dari 70 rudal balistik dan lainnya, ditambah lebih dari 100 drone, digunakan dalam serangan yang disebut Zelenskyy sebagai upaya Rusia untuk menciptakan pemadaman listrik di negaranya.

Ukraina berhasil menembak jatuh “lebih dari 50 rudal dan sejumlah besar drone,” tetapi beberapa serangan tetap mengenai target, kata Zelenskyy. Beberapa wilayah mengalami pemadaman listrik sementara para enginering berusaha memulihkan daya, tambahnya.

“Kejahatan Rusia tidak akan menghancurkan Ukraina dan tidak akan merusak perayaan Natal,” kata Zelenskyy.

Rusia telah meningkatkan serangan terhadap sektor energi Ukraina sejak musim semi tahun ini, merusak hampir setengah kapasitas pembangkit listrik dan menyebabkan pemadaman listrik yang berkepanjangan. Ini adalah bagian dari invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.

“Musuh kembali menyerang sektor energi secara besar-besaran,” tulis Menteri Energi Ukraina German Halushchenko di Facebook. “Operator sistem transmisi sedang mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membatasi konsumsi guna meminimalkan dampak negatif pada sistem energi.”

Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha mengatakan dalam sebuah unggahan di X, “Sebuah rudal Rusia melintasi wilayah udara Moldova dan Rumania, mengingatkan bahwa Rusia tidak hanya mengancam Ukraina.”

Presiden Moldova Maia Sandu menulis di X: “Sementara negara kita merayakan Natal, Kremlin memilih kehancuran—menargetkan infrastruktur energi Ukraina dan melanggar wilayah udara Moldova dengan rudal, tindakan yang jelas melanggar hukum internasional.”

“Moldova mengutuk tindakan ini dan berdiri dalam solidaritas penuh dengan Ukraina,” kata Sandu.

Natal di Ukraina, di mana sebagian besar penduduknya beragama Kristen Ortodoks, dulunya dirayakan pada 7 Januari seperti halnya di Rusia. Namun, sejak 2023, tanggalnya diubah menjadi 25 Desember, sama seperti di negara-negara Barat.

Hingga 8 Desember, sebanyak 43.000 tentara Ukraina tewas dan 370.000 lainnya terluka, menurut pernyataan Zelenskyy pada awal Desember. Pentagon pada Oktober menyebutkan bahwa 600.000 tentara Rusia telah tewas dalam konflik tersebut.

Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi telah melakukan “serangan besar-besaran” terhadap fasilitas energi penting yang mendukung kerja “kompleks militer-industri” Kyiv.

“Tujuan serangan telah tercapai. Semua fasilitas telah terkena,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Laporan ini juga menyertakan kontribusi dari Reuters.

Sumber : Theepochtimes.com