Home Blog Page 3

Anjing dan Kucing Berevolusi Semakin Mirip, Karena Alasan Aneh Ini

EtIndonesia. Tren yang tidak biasa dan agak meresahkan telah muncul: kucing dan anjing — pesaing utama dunia hewan peliharaan — mulai lebih mirip satu sama lain daripada sebelumnya. Dan tidak, ini bukan sekadar masalah imajinasi yang terlalu aktif.

Ahli biologi evolusi Dr. Abby Drake dari Universitas Cornell dan Dr. Jonathan Losos dari Universitas Washington meneliti bentuk tengkorak lebih dari 2.800 hewan, termasuk kucing domestik, anjing, dan berbagai spesies liar.

Penelitian mereka mengungkapkan pola yang mencolok: hewan peliharaan menunjukkan variasi bentuk tengkorak yang jauh lebih banyak daripada hewan liar. Hal ini sebagian besar merupakan hasil seleksi buatan — pembiakan selektif yang dilakukan manusia dari generasi ke generasi.

Diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences (PNAS), penelitian ini menyoroti beberapa wawasan mengejutkan tentang evolusi fisik dari dua hewan peliharaan kita yang paling kita cintai.

Temuan Drake dan Losos menunjukkan bahwa preferensi manusia memiliki efek yang lebih mendalam pada penampilan hewan peliharaan daripada yang mungkin kita sadari — bahkan mungkin mendorong mereka ke arah estetika yang sama dari waktu ke waktu.

Drake menjelaskan bagaimana pasangan itu awalnya bermaksud untuk “memetakan ruang bentuk kucing ke grafik yang sama dengan ruang bentuk anjing dan melihat betapa beragamnya kucing-kucing itu”.

Namun, mereka terkejut saat menemukan bahwa “ruang bentuk kucing tumpang tindih dengan ruang bentuk anjing”.

“Ketika saya melihat itu, saya berpikir, ‘Apa yang terjadi? Itu menakjubkan,'” Drake berbagi dalam siaran pers.

Tampaknya manusia, mungkin secara tidak sengaja, telah memahat kucing dan anjing tertentu menjadi bentuk yang sangat mirip.

Para peneliti menemukan bukti dari apa yang dapat digambarkan sebagai bentuk evolusi “meniru”, khususnya di antara ras dengan wajah yang sangat pendek.

Melalui generasi pengembangbiakan selektif, kedua spesies telah diarahkan ke bentuk tengkorak yang bulat dan berhidung pesek — tampilan yang dianggap menawan oleh banyak orang.

“Tengkorak anjing Pug atau Pekingese dan kucing Persia lebih mirip satu sama lain daripada tengkorak nenek moyang mereka, serigala dan kucing liar Afrika Utara,” ungkap Losos. “Saya rasa tidak ada yang menyangka hal itu.”

“Keluarga anjing dan kucing berbeda secara evolusi 50 juta tahun yang lalu. Jika Anda berpikir tentang anjing dan kucing di alam liar, mereka terlihat sangat berbeda,” lanjut Losos. “Apa yang terjadi sekarang adalah para peternak memilih ciri-ciri yang sama seperti bayi pada anjing dan kucing: mata besar, hidung kecil, dan kepala bulat. Siapa yang mengira bahwa Anda dapat menghapus secara substansial perbedaan yang terkumpul selama 50 juta tahun, hanya dengan memilih ciri-ciri tersebut?”(yn)

Sumber: indy100

Trump: Harga Obat Harus Turun Drastis, Tiongkok Akan Membuka Pasar Secara Menyeluruh

Presiden  Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (12 Mei) sore memulai perjalanan luar negeri pertamanya dalam masa jabatan ini. Sebelum keberangkatan, ia menandatangani perintah eksekutif untuk menurunkan harga obat resep di Amerika Serikat dan bersumpah akan menyediakan layanan kesehatan yang lebih murah bagi rakyat Amerika. Ia juga mengumumkan hasil negosiasi dagang AS-Tiongkok, dan menyatakan bahwa pihak Tiongkok telah setuju untuk membuka pasar mereka secara menyeluruh bagi Amerika Serikat. 

EtIndonesia. Koresponden NTD di Gedung Putih, Tao Ming melaporkan : “Hari ini sebelum berangkat ke Timur Tengah, Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif yang mencakup berbagai kebijakan untuk menurunkan biaya pembelian obat resep dan layanan kesehatan lainnya bagi rakyat Amerika. Presiden mengatakan bahwa meskipun populasi AS hanya 4% dari total dunia, AS menyumbang 75% dari keuntungan industri farmasi global. Ia ingin sepenuhnya mengubah situasi ini. Selain itu, Presiden Trump menyatakan bahwa Tiongkok akan ‘membuka pasar secara menyeluruh’, dan hubungan dagang AS-Tiongkok akan di-reset. Ia juga menyebutkan bahwa pekan ini ia akan melakukan pembicaraan telepon dengan Pemimpin Partai Xi.”

Presiden AS Donald Trump berkata : “Langkah yang kita ambil hari ini akan menurunkan biaya Medicare dan Medicaid.”

Trump juga berkata : “Kita akan membayar harga TERENDAH di dunia kepada produsen obat. Negara mana yang membayar paling murah, kita akan dapat harga yang sama seperti negara itu.”

Perintah eksekutif terbaru dari Trump menginstruksikan Departemen Perdagangan, Perwakilan Perdagangan AS, serta Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat untuk mengambil berbagai langkah agar harga obat resep yang dibeli warga Amerika setara dengan harga internasional; produsen diwajibkan menjual langsung ke pembayar pajak AS dengan harga “negara paling disukai”, memotong peran perantara.

Menurut survei sebelumnya, harga layanan kesehatan di AS 78% lebih mahal dibandingkan dengan 11 negara lain yang sebanding; harga beberapa obat bahkan sepuluh kali lipat lebih mahal daripada harga di luar negeri. Trump berpendapat bahwa harga tinggi yang dibayar oleh warga AS justru digunakan untuk mensubsidi sistem kesehatan negara lain.

Trump: “Mulai hari ini, Amerika Serikat tidak akan lagi mensubsidi sistem kesehatan negara asing.” “Kami menurunkan harga obat resep sebesar 60%, 70%, 80%, bahkan 90% — dan sebenarnya bisa lebih lagi.” “Saya melakukan ini untuk rakyat Amerika. Saya melakukan ini untuk melawan kelompok lobi paling kuat di dunia — yaitu kelompok lobi farmasi dan industri obat.”

Perintah eksekutif Trump juga mengharuskan produsen obat menurunkan harga secara sukarela dalam waktu 30 hari, jika tidak, Menteri Kesehatan Kennedy akan mengaitkan harga yang dibayar AS dengan harga terendah yang dibayar oleh negara lain.

Presiden Trump juga menyinggung pembicaraan dagang AS-Tiongkok akhir pekan lalu. Amerika Serikat sepakat akan menurunkan tarif selama 90 hari mulai  Rabu ini, guna benar-benar mencapai kesepakatan dagang. Sementara itu, pihak Tiongkok menyatakan akan membuka pasar mereka untuk pihak AS.

Trump: “Mereka (perwakilan dagang Tiongkok) setuju untuk membuka pasar Tiongkok, secara menyeluruh. Saya pikir ini akan menjadi hal yang baik bagi Tiongkok. Dan saya pikir ini sangat luar biasa bagi kita.”

Trump mengungkapkan bahwa akhir pekan ini, ia kemungkinan akan melakukan pembicaraan dengan Xi Jinping.

Saat menjawab pertanyaan dari wartawan, Trump mengatakan bahwa ia menyambut baik gencatan senjata antara India dan Pakistan; dan menyatakan optimisme terhadap pertemuan antara pemimpin Rusia dan Ukraina yang akan berlangsung di Turkiye pada Kamis mendatang. (Hui)

Laporan dari koresponden NTDTV, Tao Ming dan Ren Hao, langsung dari Gedung Putih, AS

Induk Gajah yang Berduka Tidak Mau Meninggalkan Anaknya yang Mati Tertabrak Truk

EtIndonesia. Pada dini hari 11 Mei, seekor ibu gajah di Malaysia kehilangan bayinya — seekor anak gajah jantan berusia lima tahun — setelah dia tertabrak truk.

Insiden tersebut terjadi di East-West Expressway di Kuala Kangsar, Perak pada pukul 3:30 pagi, Sin Chew Daily melaporkan.

Lalu lintas mulai padat karena induk gajah dilaporkan tidak mau meninggalkan lokasi kejadian untuk waktu yang lama.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan ibu gajah berdiri dengan kepala menempel di truk saat bayinya tertindih di bawah kendaraan.

Pada satu titik, dia meraung dan mendorong kendaraan dengan kepalanya, mencoba menyelamatkan anaknya.

Departemen Perlindungan Satwa Liar dan Taman Nasional Perak (PERHILITAN) menerima laporan pada pukul 3:30 pagi mengenai kecelakaan yang melibatkan seekor bayi gajah berusia lima tahun yang diperkirakan beratnya 700 kg.

Menurut Direktur Yusoff Shariff, mereka telah mengeluarkan bangkai bayi gajah dari bawah truk dan akan menguburnya.

Mereka juga menangkap ibu gajah berusia 25 hingga 27 tahun, yang akan dipantau dan dilepaskan ke habitat alami yang aman.

Yusoff juga menambahkan bahwa PERHILITAN telah mengambil berbagai tindakan pencegahan untuk melindungi gajah liar, termasuk memasang papan pengumuman di sepanjang jalan tol.

Lampu jalan dan patroli sudah tersedia, tetapi gajah liar berkeliaran tanpa diduga di sepanjang ruas jalan yang berbeda. Mereka juga akan menambahkan papan pengumuman dan lampu tetapi tidak dapat berpatroli setiap kilometer karena keterbatasan tenaga kerja.

Yusoff juga percaya bahwa pengendara harus lebih memperhatikan cara mengemudi mereka dan menyarankan mereka untuk berkendara antara pukul 10 pagi hingga 4 sore, yang menurut direktur sebagai waktu mengemudi yang aman.

Informasi mengenai pengemudi truk belum diungkapkan, termasuk apakah akan ada tindakan yang diambil terhadapnya.

Namun, Kepala Polisi Distrik Gerik, Inspektur Zulkifli Mahmood mengatakan, pihaknya akan segera mengeluarkan pernyataan terkait kasus tersebut. (yn)

Sumber: mustsharenews

Tak Tahan Lagi, Trump  Siap Terjun Langsung ke Mediasi Rusia-Ukraina

Etindonesia. Ketika Rusia dan Ukraina telah menyatakan kesediaan untuk mengadakan dialog langsung di Turki, pertanyaan terbesar masih menggantung di udara: Apakah Presiden Rusia, Vladimir Putin akan hadir? Di tengah ketidakpastian tersebut, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada hari Senin (12 Mei) secara terbuka menyatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk secara pribadi menghadiri pertemuan damai Rusia-Ukraina yang dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis (15/5) di Turki, guna mendorong tercapainya kesepakatan gencatan senjata.

Sesuai agenda sebelumnya, Trump dijadwalkan melakukan kunjungan ke Timur Tengah minggu ini, dengan rencana mengunjungi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Meskipun jadwalnya sangat padat, Trump menyatakan bahwa Turki tidak terlalu jauh dari lokasi turnya, dan bila kehadirannya bisa memberikan dampak positif, dia siap terbang langsung ke Turki secara mendadak.

“Saya sendiri belum yakin akan berada di mana hari Kamis nanti, karena saya memiliki terlalu banyak pertemuan,” ujar Trump kepada wartawan. “Tapi saya memang sedang mempertimbangkan untuk terbang ke sana. Jika saya merasa bisa membantu menciptakan kemajuan nyata, saya mungkin akan hadir secara langsung.”

Trump juga menambahkan :“Saya merasa pertemuan hari Kamis itu bisa menghasilkan sesuatu yang baik. Saya yang mengupayakan agar pertemuan ini bisa terjadi, dan sekarang prosesnya sedang berjalan. Saya percaya baik Putin maupun Zelenskyy akan hadir.”

Sejak dilantik pada Januari tahun ini, Trump terus mendesak Rusia dan Ukraina untuk menghentikan pertempuran dan mencari solusi damai.

Putin Tolak Ultimatum Eropa, Ajukan Perundingan Baru

Pada 9 Mei lalu, Ukraina bersama empat negara Eropa—Jerman, Prancis, Inggris, dan Polandia—mengirimkan sebuah ultimatum kepada Putin, menuntut gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari. Namun, pada hari Senin (12/5), Kremlin dengan tegas menyatakan penolakan terhadap usulan tersebut.

Menariknya, sehari sebelumnya, pada hari Minggu, Putin justru mengabaikan proposal Eropa tersebut dan malah mengajukan kembali dimulainya perundingan Rusia-Ukraina di Turki, yang sebelumnya sempat tertunda.

Menanggapi hal ini, Trump pun segera memposting pernyataan yang mendesak Zelenskyy untuk ikut hadir dalam perundingan di Turki. Zelenskyy akhirnya menyatakan kesediaannya untuk datang, asalkan ada gencatan senjata tanpa syarat lebih dulu sebagai syarat awal agar perundingan bisa berjalan dengan baik.

Zelenskyy Sambut Trump, Minta Putin Tidak Menghindar

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyambut baik pernyataan Trump. Dalam unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), dia mengatakan: “Saya baru saja mendengar pernyataan Presiden Trump—itu adalah pernyataan yang sangat penting. Saya mendukung usulan gencatan senjata total tanpa syarat, dan juga mendukung dialog langsung dengan Presiden Putin. Saya akan hadir di Turki. Saya berharap pihak Rusia tidak menghindari pertemuan ini.”

Zelenskyy menegaskan bahwa bila Trump benar-benar hadir secara pribadi:“Itu adalah ide yang sangat tepat. Kita bisa mengubah banyak hal.”

Dia juga memuji Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan sebagai sosok yang memiliki kapasitas untuk memimpin pertemuan tingkat tertinggi ini.

Prancis dan Eropa Desak Gencatan Senjata Sebelum Pertemuan

Sementara itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron bersikeras bahwa pertemuan antara Putin dan Zelenskyy harus didahului oleh gencatan senjata. 

Kantor Kepresidenan Prancis mengeluarkan pernyataan resmi: “Presiden sangat menekankan pentingnya gencatan senjata agar pertemuan tingkat tertinggi Rusia-Ukraina bisa dilangsungkan pada 15 Mei.”

Pernyataan tersebut juga mengonfirmasi bahwa Macron telah berdiskusi dengan para pemimpin Jerman, Inggris, Polandia, serta Presiden Trump dan Presiden Zelenskyy.

Eropa Perkuat Tekanan Diplomatik dan Ancam Sanksi Baru

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer dijadwalkan mengadakan KTT dengan para pemimpin Uni Eropa (UE) pekan ini. Pada hari Senin (12/5), Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, telah menerima rekan-rekannya dari Prancis, Italia, Jerman, Spanyol, Polandia, dan perwakilan UE. Fokus pertemuan ini adalah membahas dukungan lebih besar terhadap Ukraina serta kerja sama pertahanan kawasan secara menyeluruh.

Dalam pernyataannya, Menlu Lammy menyatakan: “Kita sedang menghadapi salah satu momen terpenting bagi keamanan kolektif benua kita dalam satu generasi. Tantangan yang kita hadapi hari ini menyangkut masa depan Ukraina dan nasib seluruh Eropa.”

Dia juga menyebut bahwa Inggris berencana memberlakukan sanksi tambahan terhadap individu atau entitas yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina. 

Para pemimpin dari Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia sebelumnya telah berkunjung ke Kyiv pada akhir pekan, menyatakan dukungan mereka terhadap usulan gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari, serta mengancam Putin dengan sanksi baru yang “besar-besaran” jika tidak mematuhi.

Ukraina Tuding Rusia Langgar Usulan Gencatan Senjata

Pihak Ukraina pada hari Senin menuduh Rusia melanggar proposal gencatan senjata, dengan meluncurkan lebih dari 100 drone pada malam sebelumnya. 

Menurut laporan AFP, Angkatan Udara Ukraina mengatakan: “Sejak pukul 11 malam tanggal 11 Mei, musuh telah meluncurkan 108 drone Shahed dan tipe lainnya.” 

Hingga pukul 08:30 pagi pada Senin, 55 drone berhasil ditembak jatuh.

Akibat serangan udara Rusia di wilayah Odessa, satu orang terluka dan sejumlah rumah warga rusak. Sementara itu, infrastruktur rel kereta api di Donetsk juga dilaporkan rusak berat, menyebabkan seorang masinis terluka.Perusahaan Kereta Api Nasional Ukraina, Ukrzaliznytsia, menyatakan pada hari Senin bahwa proposal gencatan senjata telah diabaikan oleh Rusia, dan serangan terhadap infrastruktur transportasi terus berlanjut.(jhn/yn)

Perlombaan Senjata AI Memanas: “Robot Pembunuh” Dikhawatirkan Lepas Kendali

EtIndonesia. Senjata berbasis kecerdasan buatan (AI) kini telah keluar dari ranah fiksi ilmiah dan memasuki medan perang nyata. Pada hari Selasa (13/5), para perwakilan dari berbagai negara berkumpul di Markas Besar PBB di New York untuk membahas langkah-langkah pengawasan baru terhadap teknologi ini. Tujuannya adalah menyusun kerangka pengaturan terhadap sistem persenjataan AI yang semakin kuat dan telah digunakan secara nyata dalam berbagai konflik global.

Para ahli memperingatkan, tanpa pengendalian yang efektif, AI bisa memicu perlombaan senjata baru yang lebih berbahaya dan memunculkan masalah akuntabilitas yang serius.

AI Mengubah Wajah Perang: Senjata Otonom di Medan Tempur

Menurut laporan Reuters pada 13 Mei, sistem senjata otonom dan senjata dengan bantuan AI telah memainkan peran penting dalam Perang Ukraina dan konflik di Gaza. Banyak negara kini juga meningkatkan anggaran pertahanan, yang pada gilirannya mempercepat pengembangan teknologi militer berbasis AI.

Ciri utama senjata AI adalah kemampuannya untuk menyerang target tanpa intervensi langsung manusia. Hal ini menimbulkan dua kekhawatiran besar:

  1. Perlombaan Senjata yang Tak Terkendali
    AI disebut sebagai revolusi militer ketiga setelah penemuan mesiu dan senjata nuklir. Dominasi negara-negara besar dalam teknologi senjata AI memaksa negara lain ikut berlomba, menciptakan kompetisi destruktif berbasis “dilema keamanan”. Teknologi ini juga bisa mengurangi risiko korban dari pihak penyerang, sehingga membuat para pengambil keputusan lebih mudah memutuskan untuk berperang.
  2. Kekosongan Akuntabilitas

Bila senjata AI secara keliru menargetkan warga sipil atau sasaran yang dilindungi, siapa yang bertanggung jawab? Apakah perancang perangkat lunaknya, komandan militer, produsen, atau AI itu sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan ini belum memiliki jawaban hukum yang jelas.

Upaya Regulasi Masih Tertinggal Jauh

Sejak tahun 2014, negara-negara anggota Konvensi Senjata Konvensional Tertentu (CCW) telah membahas di Jenewa, Swiss, apakah senjata otonom tanpa kendali manusia harus dilarang, dan bagaimana cara mengatur sistem-sistem semi-otonom lainnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menetapkan target:

Pada tahun 2026, seluruh negara harus memiliki kerangka regulasi yang jelas untuk penggunaan senjata AI.

Amnesty International mencatat bahwa banyak negara mendukung kerangka hukum global yang mengikat. Namun demikian, negara-negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, dan India lebih memilih pedoman di tingkat nasional atau mengandalkan hukum internasional yang sudah ada.

AI di Medan Perang: Contoh Nyata dari Ukraina hingga Gaza

Di Ukraina, baik pasukan Rusia maupun Ukraina menggunakan drone berkemampuan AI untuk pengintaian, pengawasan, dan serangan presisi. Beberapa sistem bahkan mampu mengidentifikasi dan melacak target secara otomatis, dan tetap beroperasi meski komunikasi terganggu.

Di konflik Gaza, Israel dilaporkan menggunakan sistem AI untuk membantu mengidentifikasi target militer. Walau pihak Israel menekankan bahwa keputusan akhir tetap di tangan manusia, peran AI dalam proses seleksi target dan pengambilan keputusan secara cepat dan masif mengundang pertanyaan tentang masih adanya “kontrol manusia yang bermakna”.

Selain itu, drone kamikaze atau drone bunuh diri yang dilengkapi AI juga semakin sering digunakan dalam berbagai konflik. Kemampuannya untuk beroperasi secara otonom terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi.

Semua contoh ini menunjukkan bahwa AI:

  • Meningkatkan kecepatan pengambilan keputusan dalam perang,
  • Potensial meningkatkan akurasi serangan,
  • Mendorong tren menuju otomatisasi dan perang tanpa awak,
    tetapi juga membawa tantangan besar dari sisi hukum dan etika.

Kenapa Pengaturan Global Masih Tertunda?

Kelompok Ahli Pemerintah tentang Senjata Otonom Mematikan (GGE on LAWS) di bawah naungan CCW PBB menjadi forum utama diskusi. Namun hingga kini, belum ada perjanjian yang bersifat mengikat secara hukum. Hambatannya antara lain:

  1. Perbedaan Definisi
    Tidak ada kesepakatan yang jelas dan operasional tentang apa yang dimaksud dengan “senjata otonom mematikan” atau “kontrol manusia yang bermakna”.
  2. Kesulitan Verifikasi
    Sifat teknologi AI yang dual-use (militer dan sipil), serta algoritma yang bekerja seperti “kotak hitam” (black box), membuat transparansi dan pengawasan teknis sulit diterapkan.
  3. Perkembangan Teknologi Terlalu Cepat
    Kecepatan inovasi di bidang AI melampaui kemampuan diplomasi global dalam menyusun regulasi.

Taruhannya: Etika, Keamanan Global, dan Masa Depan Perang

Diskusi PBB ini menyentuh inti dari masa depan perang dan batas etika teknologi. Senjata AI membawa potensi besar, namun juga mengandung risiko yang sama besarnya. Tanpa kerangka tata kelola global yang efektif, dunia bisa melangkah menuju masa depan yang tak terbayangkan—dan mungkin tak terkendali.Kepala Departemen Pengendalian Senjata dari Kementerian Luar Negeri Austria, Alexander Kmentt, menegaskan dalam wawancaranya dengan Reuters:“Waktunya hampir habis. Kita harus segera membangun sistem pengamanan global, sebelum mimpi buruk yang diperingatkan oleh para ahli menjadi kenyataan.” (jhn/yn)

Pemimpin Inggris, Prancis, dan Jerman Dituduh Pakai Narkoba? Video Beberapa Detik Picu Kegemparan di Media Sosial

EtIndonesia. Sebuah video berdurasi beberapa detik yang memperlihatkan Presiden Prancis ,Emmanuel Macron bersama para pemimpin Inggris dan Jerman di atas kereta menuju Kyiv menjadi viral di media sosial pada 11 Mei. Dalam video tersebut, Presiden Macron terlihat mengambil selembar tisu bekas yang tergeletak di atas meja, namun gerakan itu disalahartikan oleh warganet sebagai aksi mengonsumsi narkoba jenis kokain, dan langsung memicu gelombang spekulasi liar di platform seperti X (Twitter).

Video itu menunjukkan Presiden Macron dan Kanselir Jerman, Friedrich Merz sedang berada di dalam gerbong kereta, menyambut kedatangan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer. Di atas meja tampak barang-barang yang sebelumnya mereka gunakan saat berdiskusi. Ketika duduk kembali, Macron tampak mengambil gulungan tisu putih yang tergeletak di tengah meja, tampaknya untuk menjaga kerapihan tampilan meja dari sorotan media.

Namun, beberapa pengguna media sosial yang tidak bertanggung jawab menyebarkan narasi bohong bahwa benda putih tersebut adalah bungkus kokain, dan bahkan menyebut bahwa Kanselir Merz menyembunyikan sendok kecil yang digunakan untuk menghirup kokain.

Klarifikasi dan Pemeriksaan Fakta dari Media Internasional

Menanggapi hal ini, Istana Kepresidenan Prancis segera membantah tuduhan tersebut pada malam hari tanggal 11 Mei, menyebut bahwa ini adalah kampanye disinformasi dan manipulasi politik.

Dalam pernyataan resminya, Istana Elysée menulis: “Ketika persatuan Eropa membuat pihak-pihak tertentu resah, maka informasi palsu pun menyebar—bahkan tisu sederhana bisa disulap menjadi narkoba. Berita palsu ini disebarkan oleh musuh-musuh dari dalam dan luar negeri. Kita semua harus waspada terhadap manipulasi informasi.”

Pernyataan tersebut disertai foto close-up tisu yang diperdebatkan, dengan keterangan singkat: “Ini adalah tisu bekas untuk membuang ingus.”

Sejumlah media kredibel seperti Libération (Prancis), AFP, dan Associated Press (AP) juga melakukan pemeriksaan fakta, dan menyatakan bahwa benda putih dalam video itu memang tisu yang telah diremas, sementara benda di dekat Merz adalah tusuk gigi atau stik pengaduk minuman.

“Kedua pemimpin tampaknya hanya sedang membereskan meja agar benda-benda kecil itu tidak terekam dan diabadikan dalam dokumentasi pertemuan diplomatik,” tulis media Prancis tersebut.

Upaya Disinformasi untuk Menjatuhkan Kredibilitas Barat

Kejadian ini muncul setelah Macron, Merz, dan Starmer melakukan perjalanan diplomatik penting ke Kyiv pada 11 Mei. Kunjungan ini dilakukan atas dukungan Presiden AS, Donald Trump dan bertujuan untuk mendesak gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari antara Rusia dan Ukraina.

Namun, viralnya video ini dimanfaatkan oleh kelompok pro-Rusia dan pendukung teori konspirasi untuk merusak citra moral para pemimpin Barat. Akun-akun di media sosial mengklaim bahwa “tisu” tersebut adalah “bungkus plastik narkoba,” dan memperbesar detail video dengan rekayasa visual untuk menunjukkan sisa-sisa “serbuk putih”.

Munculnya Tagar “Tissue-Gate” dan Sindiran Warganet

Di media sosial Prancis, kini muncul tagar #MouchoirGate (Tissue-Gate), merujuk pada insiden ini. Warganet merespons dengan kreativitas dan satire, mengunggah foto berbagai jenis tisu dari jalanan hingga supermarket, untuk menyindir absurditas tuduhan tersebut.

Media Libération menambahkan bahwa gambar-gambar yang mendukung teori konspirasi ini telah dimanipulasi secara visual untuk mengelabui opini publik. Banyak dari akun-akun penyebar narasi ini juga merupakan akun yang sering menyebarkan propaganda pro-Putin, dengan tujuan menciptakan kesan bahwa para pemimpin Barat adalah korup, dekaden, dan tidak serius menangani perang.

Kesimpulan

Insiden “Tissue-Gate” ini menunjukkan betapa mudahnya disinformasi menyebar di era digital—hanya dengan secarik  tisu, reputasi kepala negara bisa jadi bahan fitnah massal. Pihak berwenang dan media telah membantah dan menjelaskan fakta, namun tantangan terbesar kini adalah membangun ketahanan publik terhadap manipulasi informasi yang semakin canggih dan terorganisir, khususnya di tengah konflik geopolitik besar seperti perang Rusia-Ukraina.(jhn/yn)

MH17 Ditembak Jatuh, 298 Tewas – ICAO Putuskan Rusia Harus Bertanggung Jawab

EtIndonesia. Pada 13 Mei, Pemerintah Belanda dan Australia mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa pada 12 Mei, Dewan Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) — badan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa — telah menjatuhkan putusan bahwa Rusia harus bertanggung jawab atas tragedi penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17.

Insiden yang terjadi pada 17 Juli 2014 itu menewaskan seluruh 298 orang di dalam pesawat, termasuk 196 warga negara Belanda dan 38 warga atau penduduk Australia.

Tragedi MH17 dan Proses Hukum Internasional

Menurut laporan Reuters, pesawat MH17 yang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur ditembak jatuh di wilayah udara Ukraina timur, yang saat itu sedang menjadi medan pertempuran antara pasukan Ukraina dan kelompok separatis pro-Rusia.

Pada November 2022, pengadilan Belanda menjatuhkan vonis bersalah secara in absentia kepada dua warga Rusia dan satu warga Ukraina atas dakwaan pembunuhan terkait insiden ini. Namun, Rusia menolak putusan tersebut, menyebutnya sebagai “konyol” dan menyatakan tidak akan mengekstradisi warga negaranya.

Putusan ICAO ini merupakan hasil dari pengaduan bersama Belanda dan Australia kepada organisasi tersebut sejak tahun 2022. Meskipun ICAO tidak memiliki kekuatan hukum layaknya pengadilan, lembaga ini berperan penting dalam menetapkan standar penerbangan global dan memiliki otoritas moral tinggi di antara 193 negara anggotanya.

Belanda dan Australia: Ini Kemenangan Moral dan Pesan Kuat bagi Dunia

Menteri Luar Negeri Belanda, Caspar Veldkamp, menyatakan: “Keputusan ICAO ini tidak hanya memberikan harapan bagi keluarga korban, tetapi juga mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada dunia: hukum internasional tidak boleh dilanggar tanpa konsekuensi.”

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong menyambut baik keputusan tersebut dan menyerukan agar ICAO segera mendorong mekanisme kompensasi. 

Dia juga mendesak Rusia untuk: “Mengakui tanggung jawab dan membayar harga atas tindakan kekerasan mengerikan ini, sesuai dengan hukum internasional.”

ICAO sendiri hingga kini belum memberikan tanggapan resmi atas keputusan tersebut. Namun, tahap selanjutnya kemungkinan akan membahas bagaimana bentuk kompensasi yang harus diberikan Rusia, dan apakah akan dilanjutkan ke tahap negosiasi resmi masih perlu dilihat lebih lanjut.

Penghilangan Bukti dan Tuduhan terhadap Rusia

Saat insiden terjadi, pasukan Pemerintah Ukraina sedang bertempur sengit dengan kelompok separatis pro-Rusia. Setelah pesawat jatuh, milisi pro-Rusia segera membersihkan lokasi kecelakaan, memindahkan jenazah dan puing-puing, serta menghalangi tim penyelidik internasional untuk masuk ke lokasi.

Aksi ini memicu kecaman keras dari negara-negara Barat, yang menuding kelompok separatis berusaha menghilangkan bukti. Namun, Rusia dan pihak separatis menolak semua tuduhan tersebut, bahkan menyalahkan Ukraina atas insiden itu.

Menurut hasil penyelidikan internasional, MH17 ditembak jatuh oleh rudal BUK buatan Rusia, yang diluncurkan dari wilayah Ukraina timur yang dikuasai separatis. Rudal itu diyakini berasal dari Brigade Pertahanan Udara ke-53 Rusia, yang bermarkas di Kursk, Rusia.

Pengakuan Mengejutkan dari Milisi Pro-Rusia: “Kami Salah Tembak”

Pada 23 Juli 2014, Newsweek melaporkan bahwa seorang milisi pro-Rusia berusia 31 tahun mengaku bahwa pasukannya menembak jatuh MH17, karena mereka salah mengira itu adalah pesawat tempur musuh.

Kepada media Italia Corriere della Sera, milisi tersebut mengatakan bahwa setelah pesawat jatuh, dia ditugaskan menjaga lokasi kecelakaan. Awalnya, dia mengira mereka telah menjatuhkan “pesawat fasis Kiev”, bahkan diperintahkan mencari pilot yang melompat dengan parasut.

Namun, katanya:“Di antara pepohonan, saya justru menemukan jasad seorang gadis kecil, usianya mungkin belum genap lima tahun. Wajahnya tertelungkup di tanah, saya terkejut dan takut. Saat itulah saya sadar, kami tidak menembak jet tempur. Kami menembak pesawat sipil.”

Pada 18 Juli 2024, pihak berwenang Ukraina merilis rekaman intersepsi berisi dua milisi yang secara eksplisit mengakui bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah pesawat penumpang.

Kesimpulan

Putusan terbaru dari ICAO menandai tonggak penting dalam perjuangan keadilan untuk para korban MH17. Meskipun tidak mengikat secara hukum, keputusan ini memperkuat tekanan internasional terhadap Rusia dan memberi dasar moral kuat untuk mekanisme kompensasi dan pertanggungjawaban lebih lanjut.

Namun, jalan menuju keadilan masih panjang. Dunia kini menanti: akankah Rusia akhirnya mengaku bertanggung jawab — atau terus menolak? (jhn/yn)

Kremlin dengan Tegas Menolak Ultimatum Gencatan Senjata

EtIndonesia. Pada hari Senin (12/5), Rusia menolak ultimatum dari Kyiv dan sekutu-sekutu Eropanya yang menyerukan gencatan senjata total selama 30 hari sebelum perundingan damai dimulai. Kremlin juga belum memberikan tanggapan atas kesediaan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy untuk bertemu langsung dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin pada hari Kamis di Istanbul.

Juru bicara Istana Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan: “Bahasa ultimatum adalah sesuatu yang tidak dapat diterima oleh Rusia. Tidak bisa berbicara dengan Rusia dengan cara seperti itu.”

Dia menambahkan bahwa Moskow justru berharap terjadinya perundingan yang serius dan bermakna demi mencapai perdamaian jangka panjang.

Sebelumnya, Ukraina dan negara-negara sekutunya di Eropa—termasuk Prancis, Jerman, Inggris, dan Polandia—menyerukan gencatan senjata total tanpa syarat selama 30 hari, dimulai pekan depan. Seruan ini dianggap sebagai prasyarat mutlak sebelum digelarnya pertemuan langsung antara Rusia dan Ukraina di Turki, yang sebelumnya diusulkan oleh Putin sendiri.

Reaksi Eropa dan Eskalasi Serangan Rusia

Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Urmas Karis, menuduh Moskow sedang “bermain-main” dalam konflik ini, dan mendesak bahwa gencatan senjata harus segera dilakukan.

Presiden Prancis,  Emmanuel Macron menyatakan bahwa para pemimpin Ukraina dan Eropa akan melakukan pembicaraan melalui telepon pada Senin sore untuk membahas tanggapan terhadap proposal gencatan senjata tersebut.

Sementara itu, serangan udara Rusia dengan drone kembali terjadi pada malam hari, menunjukkan bahwa kekerasan belum mereda. 

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, serangan drone hampir terjadi setiap malam, dan konflik ini telah merenggut nyawa puluhan ribu tentara dan warga sipil dari kedua belah pihak.

Trump Dorong Diplomasi, Tapi Proses Mandek

Di sisi diplomatik, inisiatif pertemuan langsung yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump saat ini tampak mengalami kebuntuan. Namun perkembangan terbaru menunjukkan dinamika yang terus bergulir cepat.

Pada hari Sabtu lalu, Ukraina dan sekutu Eropanya—bersama Amerika Serikat—mengeluarkan seruan bersama agar Rusia menerima gencatan senjata selama 30 hari. Mereka juga memperingatkan bahwa jika Moskow menolak, maka akan dikenai gelombang sanksi besar-besaran yang baru.

Sebaliknya, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menanggapi ultimatum tersebut, dan justru mengajukan proposal untuk menggelar perundingan langsung antara Moskow dan Kyiv tanpa prasyarat, yang direncanakan akan digelar hari Kamis ini di Istanbul, Turki.

Trump: Pertemuan Kamis di Turki Jadi Titik Penentu

Presiden Trump, dalam pernyataan pada hari Minggu, mengatakan bahwa pertemuan di Istanbul nanti: “Setidaknya akan membantu mengetahui apakah sebuah kesepakatan bisa tercapai. Jika tidak, para pemimpin Eropa dan Amerika Serikat akan memahami posisi masing-masing pihak dan dapat mengambil langkah yang sesuai,” katanya. (jhn/yn)

Ladang Rediculus: Kisah Seorang Dewa dan Burung yang Bisa Berbicara

EtIndonesia. Dalam jagat mitologi dan legenda besar Kekaisaran Romawi Kuno, terdapat seorang dewa misterius bernama Rediculus. Sosoknya tidak begitu terkenal, penampilannya kabur, dan keberadaannya seolah terletak di antara batas sejarah dan dongeng. Dia dikenal sebagai penjaga batas perang, pelindung kota dari ancaman luar. Namun yang mengejutkan, namanya justru terikat pada kisah pemakaman seekor gagak yang bisa berbicara—dua cerita yang tampak tak saling berkaitan, namun akhirnya bersatu dalam satu tempat dan satu nama: “Ladang Rediculus” (Campus Rediculus).

Dewa yang Menampakkan Diri dan Memaksa Hannibal Mundur

Tahun 211 SM, jenderal legendaris dari Kartago, Hannibal, mengepung Kota Roma. Saat itu, seluruh Republik Romawi berada di ambang kehancuran di bawah derap kaki pasukannya. Namun tepat saat dia hampir mencapai gerbang kota, menurut catatan Festus, sebuah sosok gaib muncul di langit, memancarkan aura yang membuat Hannibal ketakutan dan mundur secara tiba-tiba.

Peristiwa misterius ini kemudian dikaitkan dengan campur tangan Dewa Rediculus, yang mulai dipuja sebagai “Tuhan Perlindungan untuk Berbalik Arah” (Rediculus Tutanus). Dia melambangkan kekuatan yang memaksa musuh untuk berbalik, bukan melalui serangan, melainkan karena rasa takut atau ilham gaib.

Beberapa versi kisah bahkan menyebut bahwa turunnya hujan es yang mendadak itulah yang menyebabkan kepanikan di pihak pasukan Hannibal, memaksanya membatalkan pengepungan. Untuk memperingati mukjizat ini, rakyat Roma mendirikan sebuah kuil untuk Rediculus di luar Gerbang Capena, dan dia pun dihormati bukan sebagai dewa penyerang, tetapi sebagai penjaga yang membawa ketenangan lewat pemunduran musuh.

Burung Penebar Salam yang Menyentuh Ribuan Hati

Berabad-abad kemudian, nama Rediculus kembali menggema, kali ini bukan karena peperangan, melainkan karena seekor burung gagak.

Dalam catatan penulis Romawi Pliny the Elder, suatu hari seekor gagak terbang masuk ke toko seorang tukang sepatu di Roma. Tukang sepatu tersebut memeliharanya dengan kasih sayang, bahkan mengajarinya bicara. Burung itu ternyata sangat cerdas; dia mempelajari kata-kata sapaan dan setiap pagi terbang ke tengah kota menyapa para pejabat, termasuk kaisar, lalu kembali ke rumah tukang sepatu seperti seorang utusan yang setia.

Namun, ketenaran tak pernah datang tanpa harga. Seorang tukang sepatu lain yang iri melihat toko tetangganya jadi ramai karena si burung, membunuhnya dengan keji, lalu menyebarkan alasan palsu untuk menutupi perbuatannya.

Tindakan ini memicu kemarahan besar dari rakyat. Massa mengusir sang pembunuh dari lingkungan itu, dan bahkan menghukumnya dengan berat. Sementara itu, pemakaman gagak tersebut diadakan dengan sangat megah—ratusan bunga menghiasi tubuhnya, dan ribuan warga hadir untuk mengantar kepergiannya. Di tempat peristirahatan terakhir burung tersebut, didirikan sebuah makam dan diberi nama: “Ladang Rediculus”.

Nama ini tidak lagi hanya mengacu pada kuil atau medan perang, melainkan simbol penghormatan bagi kelembutan, kecerdasan, dan kesetiaan, serta peringatan terhadap kebencian dan kedengkian.

Kekuatan untuk Berbalik Arah: Gema dari Zaman ke Zaman

Rediculus—dewa yang membuat musuh berbalik arah—adalah juga lambang kemampuan manusia untuk menengok ke belakang, untuk mengoreksi langkah, untuk membatalkan kejahatan yang sedang tumbuh dalam diri. Dia bukan dewa petir, bukan penunggang kereta perang, dan bukan pencari kemegahan. Ia muncul melalui hujan es, bayangan, dan kematian seekor burung—sebagai pengingat bahwa perlindungan sejati berasal dari dalam hati manusia, dari keputusan untuk memilih kedamaian dan keadilan.

Mungkin kita pun perlu bertanya pada diri sendiri: Dalam upaya kita mengejar ambisi dan kekuasaan, apakah kita pernah terpikir untuk berhenti sejenak dan berbalik arah?

Mungkin, itulah mukjizat sejati dari Rediculus: Kemampuan untuk memilih kebaikan, bahkan di saat yang paling tak terduga.(jhn/yn)

Orang-orang Merasa Ngeri Setelah Melihat Apa yang Terjadi Ketika Seorang Pria Merekam Bagian Dalam Lubang Reaktor Chernobyl

EtIndonesia. Meskipun bencana Chernobyl terjadi beberapa dekade lalu, bencana itu tetap menjadi bagian yang menarik dari sejarah dunia, termasuk rekaman apa pun yang bisa kita dapatkan dari reaktor yang hancur itu.

Pada tanggal 26 April 1986, reaktor No. 4 dari pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di Ukraina meledak dan memicu kekhawatiran internasional karena sejumlah besar radiasi yang mematikan dilepaskan ke atmosfer.

Yang cukup mengejutkan, radiasi ini terdeteksi ratusan mil jauhnya dari ledakan. Namun hanya beberapa jam kemudian, radiasi tersebut terdeteksi di berbagai negara, dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

Sekitar 30 orang meninggal karena trauma ledakan langsung dari reaktor dan, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa hanya 50 kematian yang dapat dikaitkan langsung dengan bencana tersebut, ribuan orang terus meninggal karena paparan radiasi pada tahun-tahun berikutnya.

Namun, fakta bahwa sebagian besar area di sekitarnya telah begitu terpapar radiasi sehingga ilegal dan tidak disarankan untuk dikunjungi, justru menambah daya tarik di sekitarnya.

Sebuah video di Reddit baru-baru ini telah menghidupkan kembali daya tarik itu, sekaligus menimbulkan rasa takut setelah melihat kengerian sederhana yang ditampilkan.

Alexander Kupny bekerja sebagai teknisi fisika kesehatan di Reaktor No. 3 pada tahun 1989 dan merupakan salah satu dari sedikit orang yang dapat mengatakan bahwa dia telah berada sangat dekat dengan reaktor No. 4 dan selamat.

Dari tahun 2007 hingga 2009, perjalanan tanpa izin ke sarkofagus Chernobyl, makam beton besar yang dibangun di sekitar reaktor yang membara pada bulan-bulan setelah kecelakaan, menjadi lebih sering.

Dan akhirnya, ditemani oleh temannya Sergei Koshelev, Kupny melakukan perjalanan ke kedalaman reaktor 4 dan merekam apa yang dilihatnya.

Hebatnya, karena tingkat radiasi yang sangat tinggi yang masih dipancarkan di reaktor, statis yang terlihat dalam video tersebut sebenarnya adalah radiasi.

Di utas Reddit, banyak pengguna media sosial menyatakan ketakutan dan keterkejutan mereka terhadap rekaman tersebut.

Seorang pengguna berkomentar: “Setiap kali kamera melewati sesuatu yang gelap, kematian yang tak terlihat menjadi terlihat dengan semua bintik kecil yang terlihat di kamera. Itulah radiasi yang berinteraksi dengan sensor.”

Yang lain hanya menambahkan: “Gila bagaimana hal itu memengaruhi sensor kamera.”

Dan yang ketiga menambahkan: “Video yang mengagumkan, pada dasarnya Anda hanya melihat ruang bawah tanah pabrik yang kotor, sampai Anda menyadari bahwa Anda melihat salah satu tempat paling berbahaya di bumi dan kematiannya yang tak terlihat.”

Untungnya, Kupny dan Koshelev mengenakan semua peralatan pelindung yang tersedia bagi mereka untuk mengurangi paparan radiasi saat mereka merekam video tersebut.(yn)

Sumber: unilad

Tidur Membantu Otak Anda Mempersiapkan Masa Depan, dan Kini Kita Tahu Caranya

EtIndonesia. Otak Anda tidak hanya harus menyimpan arsip besar kenangan yang ada, tetapi juga harus melacak hal-hal baru setiap hari. Itu berarti Anda harus bersiap menghadapi kenangan baru sebelum terjadi, bahkan saat memproses kenangan lama.

Sudah diketahui umum bahwa tidur penting untuk memori dan pembelajaran, di antara hal-hal lainnya, tetapi kita masih mencari tahu banyak mekanisme pasti yang terlibat.

Secara tradisional, tidur dipandang sebagai proses yang menghadap ke belakang: Kita mengalami sesuatu, memori tentangnya kemudian diproses dan disimpan selama malam-malam tidur berikutnya, dan kita dapat mengingatnya kembali sesuka hati nanti.

Namun, menurut sebuah studi baru, tidur tampaknya membantu kita memproses tidak hanya kenangan masa lalu, tetapi juga kenangan masa depan. Selain mengonsolidasikan dan menyimpan kenangan saat kita tidur, studi tersebut menunjukkan bahwa otak kita juga secara aktif mempersiapkan kita untuk merekam kejadian yang akan datang.

Memori adalah fenomena yang luas dan beraneka segi yang membantu kita menjadi diri kita sendiri, dan dari sudut pandang subjektif kita, hal itu dapat tampak hampir ajaib, entah bagaimana melampaui komponen-komponen yang terpisah.

Namun, tidak demikian. Pada tingkat seluler, kelompok neuron khusus yang dikenal sebagai sel engram secara fisik mengodekan pengalaman hidup kita dalam format yang dapat kita ingat nanti.

Penelitian sebelumnya telah memperjelas bahwa tidur sangat penting agar proses ini berfungsi dengan baik, tetapi banyak detail fisiologis yang masih belum jelas. Selain sekadar menyimpan ingatan, otak kita juga melakukan hal-hal luar biasa dalam pemrosesan dan pengorganisasian, yang sebagian besar terjadi selama waktu istirahat mental.

Untuk penelitian baru ini, para peneliti di Jepang berusaha mempelajari lebih lanjut tentang peran tidur dalam pemrosesan memori, termasuk persiapan untuk pengalaman berkesan yang belum terjadi.

Penulis menggunakan sistem pencitraan untuk tikus yang bergerak bebas yang dapat mengungkap sel engram dan non-engram di seluruh tahap pemrosesan memori. Mereka dapat melacak aktivitas neuron sebelum, selama, dan setelah peristiwa berkesan yang dialami tikus.

Hal ini memberikan pandangan baru tentang perilaku populasi neuron tertentu dalam berbagai kondisi kognitif, termasuk saat tikus tidur sebelum dan setelah pengalaman belajar.

Hasil penelitian menyoroti dua proses paralel yang terjadi dalam tidur pascabelajar. Pertama, sel engram yang awalnya mengodekan memori menunjukkan pola reaktivasi yang dapat diprediksi, bagian dari prosedur otak yang terdokumentasi dengan baik untuk mengonsolidasikan memori selama tidur.

Penelitian ini juga mengungkap populasi neuron menarik lainnya, yang belum dikaitkan dengan memori tertentu. “Sel-sel calon engram” ini, sebagaimana para peneliti menyebutnya, semakin tersinkronisasi saat tikus tidur setelah belajar. Kemudian, kelompok neuron yang sama terus mengodekan memori baru yang berbeda.

“Sel-sel calon engram menunjukkan peningkatan koaktivitas dengan sel-sel engram yang ada selama tidur, yang menunjukkan bahwa interaksi ini membantu membentuk jaringan memori baru,” kata rekan penulis Kaoru Inokuchi, seorang profesor biokimia di Universitas Toyama di Jepang.

Para peneliti juga mengembangkan model jaringan saraf untuk mensimulasikan aktivitas di hipokampus, dengan harapan dapat lebih menjelaskan mekanisme yang mendasarinya.

Model tersebut menunjuk pada depresi dan penskalaan sinaptik, fenomena yang diketahui mengubah koneksi saraf selama tidur, sebagai hal yang mungkin penting untuk mengatur sel-sel engram ini – sebuah layanan yang berkurang dalam model ketika mekanisme tersebut dinonaktifkan.

Penelitian tersebut menemukan bahwa engram dan sel-sel engram menunjukkan ko-aktivasi yang menarik dalam tidur pasca-belajar, yang mengisyaratkan adanya koordinasi atau bahkan transfer data antara jaringan saraf untuk memori masa lalu dan yang akan datang.

Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tidur di antara peristiwa pembelajaran dapat memengaruhi tidak hanya retensi kita terhadap apa yang telah kita pelajari sejauh ini, tetapi juga seberapa baik kita akan menyimpan informasi baru dalam waktu dekat.

Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, hal ini dapat menjadi wawasan yang berharga untuk pendidikan dan pengobatan gangguan memori, dan dapat membantu mengungkap cara-cara baru untuk membantu orang memaksimalkan kinerja kognitif mereka.

“Kami percaya bahwa memanipulasi aktivitas otak selama tidur atau pola tidur dapat mengungkap metode untuk meningkatkan memori dengan membuka potensi laten otak,” kata Inokuchi.

Namun, yang terpenting, temuan ini menambah banyaknya bukti yang ada bahwa kita semua harus menganggap tidur sebagai hal yang serius.

“Kami ingin orang-orang memahami bahwa tidur bukan hanya tentang istirahat – tidur memainkan peran penting dalam cara otak memproses informasi,” kata Inokuchi. “Dengan mengingat hal itu, kami berharap semua orang akan mulai lebih menghargai tidur dan menggunakannya sebagai cara untuk meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.”

Studi ini dipublikasikan di Nature Communications.(yn)

Sumber: sciencealert

Kucing Besar Bernama Marcell Menjadi Viral, Diadopsi Bersama Sahabatnya

EtIndonesia. Internet telah jatuh cinta dengan kucing berhati besar bernama Marcell—dan mudah untuk mengetahui alasannya.

Dengan berat 10,4 kg, bulunya yang halus dan penuh kasih sayang, “kucing besar” ini memikat hati di seluruh negeri ketika SPCA Serving Allegany County, NY membagikan kisahnya di media sosial.

Dalam sebuah unggahan yang dengan cepat menjadi viral, penampungan tersebut memperkenalkan Marcell dengan biodata yang penuh dengan kepribadian:

“Saya Marcell, dan saya siap melangkah langsung ke dalam hati Anda dengan 10,4 kg cinta yang murni dan tanpa filter.

Dahulu kala, saya meninggalkan SPCA ini bersama sahabat saya, Aspen, di sisi saya. Bersama-sama, kami menemukan rumah yang indah dan manusia yang memuja kami. Namun ketika kesehatan orang yang kami cintai menurun dan akhirnya dia meninggal, kami mendapati diri kami kembali ke penampungan, menunggu kesempatan kedua.

Meskipun kami sangat merindukan pemilik kami sebelumnya, kami sangat percaya pada awal yang baru. Jadi, di sinilah saya, melangkah maju dengan percaya diri… dan sedikit goyah… menuju masa depan yang lebih cerah.

Sedikit tentang saya: Saat ini saya sedang dalam perjalanan kebugaran (turun 8 persen sejauh ini, terima kasih telah bertanya!). Namun, jangan biarkan ukuran tubuh saya membodohi Anda — saya masih bisa berlari kencang saat mendengar bunyi gemeretak kantong camilan. Saya juga suka diusap perut, digaruk kepala, dan dihujani kasih sayang.

Aspen dan saya dulu mengira kami adalah satu paket, dan meskipun kami ingin diadopsi bersama lagi, kami telah menerima gagasan untuk berpisah jika diperlukan. Kami akan selalu berteman, tetapi kami terbuka untuk cinta di tempat baru.

Jadi, apa pendapat Anda? Apakah Anda punya ruang di hati Anda (dan di sofa Anda) untuk pria bertubuh mewah seperti saya? Jika menurut Anda kita adalah pasangan yang sempurna, silakan lamar saya hari ini!

Marcell berusia sedikit di atas 7 tahun. Dia mencintai manusia, sangat menikmati kebersamaan dengan kucing, dan dapat diuji pada anjing sesuai permintaan.

Dan kemudian muncul kabar terbaru yang terbaik:

“KABAR TERBARU: Diadopsi & pulang bersama sahabatnya, Aspen!!!!”
Benar sekali—Marcell dan Aspen kini telah menetap di rumah baru mereka selamanya bersama-sama. Bukti bahwa sedikit kepribadian, banyak cinta, dan keajaiban internet dapat menciptakan akhir yang sempurna.(yn)

Sumber: sunnyskyz

PKK Umumkan Pembubaran, Akhiri Konflik Bersenjata Selama Lebih dari 40 Tahun dengan Turki

EtIndonesia. Menurut laporan dari kantor berita Firat (ANF) yang pro-Kurdi, organisasi Kurdi “Partai Pekerja Kurdistan” (PKK) hari Senin (12/5) mengumumkan pembubarannya, mengakhiri perjuangan bersenjata melawan pemerintah Turki yang telah berlangsung lebih dari 40 tahun. 

Pada bulan Februari lalu, PKK menyatakan akan segera melakukan gencatan senjata dengan Pemerintah Turki sebagai tanggapan atas seruan perlucutan senjata dari pemimpin mereka yang dipenjara, Abdullah Öcalan.

Menurut laporan AFP, PKK merilis pernyataan setelah mengadakan kongres pekan lalu, yang menyatakan: “Kongres ke-12 PKK memutuskan untuk membubarkan struktur organisasi PKK dan mengakhiri metode perjuangan bersenjata.”

Kantor berita Firat melaporkan pada tanggal 9 bahwa PKK telah berhasil menyelenggarakan Kongres ke-12 yang bertujuan untuk melakukan pelucutan senjata dan pembubaran organisasi.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam pidatonya pada tanggal 10 sempat menyiratkan bahwa PKK sewaktu-waktu bisa mengumumkan pembubaran.

Pengumuman pembubaran PKK ini merupakan tanggapan terhadap seruan pendirinya, Abdullah Öcalan. Öcalan telah dipenjara sejak tahun 1999 di sebuah pulau dekat Istanbul. Pada Februari tahun ini, dia mendesak para pejuang PKK untuk meletakkan senjata dan membubarkan organisasi tersebut.

Dalam sebuah surat, Öcalan menyerukan agar kongres digelar untuk secara resmi mengambil keputusan ini.

Beberapa hari kemudian, pimpinan PKK pun menerima seruan Öcalan dan mengumumkan gencatan senjata.

Sekitar 20% dari 85 juta penduduk Turki adalah warga Kurdi. PKK awalnya bertujuan untuk mendirikan negara bangsa Kurdi. Sejak melancarkan pemberontakan bersenjata pada tahun 1984, konflik ini telah menyebabkan lebih dari 40.000 kematian. Organisasi ini dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (UE). (hui/yn)

AS dan Tiongkok Sepakat Turunkan Tarif Hingga 115%, Harga Minyak Dunia Melonjak Lebih dari 3%

EtIndonesia. Setelah dua hari perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok di Swiss, kedua belah pihak pada Senin (12/5) mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan sepakat untuk sementara menurunkan tarif tinggi yang sebelumnya diberlakukan satu sama lain. AS akan menurunkan tarif terhadap barang-barang Tiongkok menjadi 30%, sementara Tiongkok akan menurunkan tarif balasan terhadap barang-barang AS menjadi 10%. Sebagai respons, harga minyak dunia, indeks saham Hong Kong, dan nilai tukar dolar AS langsung melonjak.

Dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan pejabat Tiongkok di Jenewa, Swiss, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent mengatakan bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif timbal balik sebesar 115% selama 90 hari guna meredakan ketegangan perdagangan.

Menurut pernyataan bersama yang dirilis Gedung Putih pada hari ini (12/5), AS akan menurunkan “tarif timbal balik” dari sebelumnya 125% menjadi sementara hanya 10%. Namun, tarif sebesar 20% yang diberlakukan sejak awal Februari terhadap Tiongkok terkait isu fentanyl akan tetap diberlakukan.

Dengan demikian, tarif yang sebelumnya dikenakan oleh AS terhadap barang-barang Tiongkok sejak awal tahun ini sebesar 145% diturunkan menjadi 30%.

Sementara itu, Beijing juga menurunkan tarif balasan terhadap produk AS dari 125% menjadi 10%.

Menurut laporan AFP, kabar bahwa AS dan Tiongkok sepakat menurunkan tarif secara signifikan membuat harga minyak dunia pada 12 Mei melonjak lebih dari 3%.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 3,6% menjadi 63,24 dolar per barel; sedangkan minyak mentah Brent melonjak 3,4% menjadi 66,11 dolar per barel.

Indeks Hang Seng di pasar saham Hong Kong juga melonjak tajam, naik 762,94 poin atau 3,34%, mencapai 23.630,68 poin.

Nilai tukar dolar AS terhadap yen Jepang menguat 1,5% menjadi 147,62 yen per dolar AS; sementara terhadap euro naik 1,2% menjadi 1,1113 dolar per 1 euro.(hui/yn)