Home Blog Page 358

Korsel Berencana Membalas Kerja Sama Militer Antara Korut dan Rusia, Eropa Mendanai Ukraina dengan 35 Miliar Euro

ETIndonesia. Pada  Selasa (22/10/2024), pemerintah Korea Selatan mengatakan bahwa mereka sedang menyusun strategi untuk menghadapi kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia. Baru-baru ini, terdapat laporan bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia, siap untuk bergabung dalam perang Rusia-Ukraina. Komunitas internasional merasa khawatir tentang hal ini dan berencana untuk meningkatkan dukungan mereka kepada Ukraina.

“Pemerintah mendesak Korea Utara untuk segera menarik pasukan. Pemerintah akan mengambil langkah-langkah bertahap sesuai dengan perkembangan kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara,” ujar Wakil penasihat keamanan nasional Korea Selatan, Kim Tae-hyo.

Pada  Selasa, Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional (NSC) dan mengatakan bahwa mereka siap untuk mengambil tindakan diplomatik, ekonomi, dan militer untuk menanggapi kerja sama militer yang semakin erat antara Korea Utara dan Rusia, dan menunjukkan bahwa Korea Selatan tidak menutup kemungkinan untuk menyediakan senjata mematikan kepada Ukraina.

Badan intelijen Korea Selatan mengungkapkan minggu lalu bahwa Korea Utara telah mengirimkan 1.500 pasukan khusus ke Rusia untuk pelatihan dalam perang melawan Ukraina. Juga ada informasi bahwa Korea Utara mungkin berencana untuk mengirimkan puluhan ribu pasukan.

Korea Utara pada hari itu membantah telah mengirim pasukan ke Rusia untuk membantu dalam pertempuran, dan Moskow juga merahasiakan hal ini.

Meskipun saat ini belum ada bukti jelas bahwa pasukan Korea Utara terlibat dalam pertempuran, perkembangan ini membuat komunitas internasional sangat khawatir.

Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, mengatakan, “Jika benar (Korea Utara mengirim pasukan), perkembangan ini sangat berbahaya dan sangat mengkhawatirkan, menunjukkan bahwa hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia semakin erat.”

Menteri Pertahanan Inggris, John Healey, menyatakan, “Ini sangat mengejutkan dan sangat buruk. Ini merupakan representasi dari aliansi agresi yang semakin bertambah yang harus dihadapi oleh NATO dan G7.”

Presiden Ukraina Zelenskyy meminta para mitra untuk mengambil tindakan tegas.

Presiden Ukraina Zelenskyy mengatakan, “Jelas bahwa Putin takut dengan perdamaian, jadi ia berusaha keras untuk meningkatkan agresi dan melibatkan Korea Utara dalam perang di garis depan.”

Sementara itu, komunitas internasional sedang mempercepat bantuan militer ke Ukraina. Parlemen Eropa pada hari Selasa mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan melalui pemungutan suara untuk menggunakan keuntungan dari aset Rusia yang dibekukan untuk menyediakan pinjaman sebesar 35 miliar euro kepada Ukraina.

Presiden Parlemen Eropa, Roberta Metsola, mengatakan, “Kami mengirim pesan yang sangat kuat: kami akan menggunakan keuntungan dari aset Rusia yang dibekukan untuk Ukraina, dan Rusia sebagai agresor pasti akan membayar harga atas agresinya terhadap Ukraina, dan kemuliaan bagi Ukraina.”

Menteri Pertahanan AS, Austin, juga mengumumkan pada hari sebelumnya saat mengunjungi Kiev bahwa Amerika Serikat telah memutuskan untuk menyediakan bantuan senjata baru senilai $400 juta kepada Ukraina.

Di medan perang, Rusia menyerang kota Sumy di utara Ukraina pada  Selasa dini hari, mengakibatkan tiga warga sipil tewas, termasuk satu anak-anak. Angkatan Udara Ukraina mengkonfirmasi bahwa Rusia telah mengerahkan 60 drone Shahed, di mana 52 di antaranya berhasil diintersepsi dan 4 lainnya terbang menjauh dari perbatasan Ukraina. (Jhon)

sumber :ntdtv.com

Seekor Penguin Tersesat dari Antartika Berenang ke Selandia Baru Menempuh Lebih dari 4.000 Kilometer

0

ETIndonesia. Belakangan ini, seekor penguin Adelie yang diduga tersesat, telah berenang lebih dari 4000 kilometer dari Antartika ke Selandia Baru dan ditemukan di pantai Wellington. 

Media Selandia Baru melaporkan pada  21 Oktober bahwa seekor penguin Adelie ditemukan pada tanggal 12 di pantai Wellington. 

Penguin Adelie, yang ahli berenang, terutama berada di perairan Antartika, berjarak lebih dari 4000 kilometer dari Wellington. Penguin yang telah melakukan perjalanan jauh ini kemudian dibawa ke kebun binatang Wellington, di mana kesehatannya diperiksa dan tidak ditemukan virus flu burung. 

Para zoologis Selandia Baru menganalisis bahwa penguin ini mungkin telah tersesat terlalu jauh ke laut dari habitatnya di Antartika, dan kemudian dibawa oleh arus laut ke Selandia Baru. Sebelumnya, telah terjadi beberapa kejadian di mana penguin berenang dari Antartika ke Selandia Baru.

Pada November 2021, seekor penguin yang berenang dari Antartika ke Selandia Baru, setelah singgah sebentar di pusat rehabilitasi di Christchurch, kembali ke alam liar. 

Menurut laporan media Selandia Baru, ini adalah penguin Adelie dewasa muda yang berenang lebih dari 3000 kilometer ke pantai Selandia Baru. Warga Selandia Baru, Harry Singh, menemukan penguin ini di dekat Birdlings Flat Beach dan segera menghubungi spesialis rehabilitasi penguin lokal, Thomas Stracke.

Stracke menyatakan bahwa penguin ini sedikit kekurangan berat badan dan mengalami dehidrasi. Dia memberi penguin makanan cair dan “smoothie ikan”, dan setelah 2 hari perawatan, penguin itu dilepaskan kembali ke alam liar. 

Menurut Encyclopedia of New Zealand Birds Online, seekor penguin Adelie hidup ditemukan pada tahun 1993 di Kaikoura, dan pada tahun 1962 ditemukan satu bangkai penguin di Marlborough. (jhon)

sumber : NTDTV.com

Pilot Tempur Korut Berangkat ke Rusia, AS Menanggapi: Sebuah Sinyal Bahaya

ETIndonesia. Beberapa media asing melaporkan bahwa pilot tempur Korea Utara telah tiba di Rusia. Menanggapi hal ini, Amerika Serikat memberikan respons terbaru bahwa ini merupakan sinyal yang berbahaya; sementara itu, Uni Eropa menyetujui pemberian pinjaman sebesar 35 miliar euro kepada Ukraina. 

Menurut laporan media, Korea Utara telah mengirimkan pilot tempur ke Rusia untuk bersiap menghadapi pertempuran melawan Ukraina. Sebelumnya, seorang pejabat Barat pada 15 Oktober mengatakan kepada Kyiv Independent bahwa 10.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia. 

Menanggapi hal ini, AS pada Selasa (22/10/2024) memberikan tanggapan terbarunya, mengatakan ini mengirimkan sebuah sinyal yang berbahaya, dan Amerika sedang berdiskusi dengan sekutunya untuk mengatasi situasi tersebut.

Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, mengatakan, “Jika benar, ini akan menjadi tindakan yang sembrono dan berbahaya, tidak hanya dari sisi Rusia, tentu saja bagi Korea Utara juga.”

Juru bicara keamanan nasional Amerika Serikat, John Kirby, mengatakan, “Ini sekali lagi menunjukkan bahwa Putin semakin putus asa dan terisolasi, dia harus mencari bantuan dari Korea Utara untuk mencari dukungan (potensial).”

Komite Keamanan Nasional Korea Selatan kemudian mengadakan rapat darurat pada hari Selasa, meminta Korea Utara untuk segera menarik pasukannya. Sebagai tanggapan, Korea Selatan juga mengusulkan kemungkinan mengirim senjata ke Ukraina. 

Wakil penasihat keamanan nasional Korea Selatan, Kim Tae-hyo, berkata, “Kami mendesak Korea Utara untuk segera menarik pasukan, jika kolusi militer antara Korea Utara dan Rusia terus berlanjut, kami tidak akan mentolerirnya, dan akan bertindak tegas bersama dengan masyarakat internasional.” 

Sementara itu, dukungan Barat untuk Ukraina terus berlanjut, pada hari Selasa, Parlemen Eropa memilih dan menyetujui sebuah rencana bantuan keuangan, memberikan pinjaman sebesar 35 miliar euro kepada Ukraina.

Presiden Parlemen Eropa, Roberta Metsola, mengatakan, “Dengan pemungutan suara ini, kami mengirimkan pesan yang sangat kuat: kami akan menggunakan keuntungan dari aset Rusia yang dibekukan untuk Ukraina. Dan sebagai agresor, Rusia harus dan akan membayar harga untuk tindakan merusaknya.”

Inggris juga mengumumkan sebelumnya bahwa mereka akan memberikan pinjaman sebesar 2,26 miliar poundsterling kepada Ukraina, ini adalah tambahan untuk dana bantuan yang diberikan kepada Ukraina setiap tahun sebesar 3 miliar poundsterling. Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, berkata, “Hari ini, saya mengumumkan bahwa kami akan memberikan dukungan sebesar 2,3 miliar poundsterling kepada Ukraina dalam bentuk pinjaman, pinjaman ini akan dibayar kembali dengan keuntungan tambahan yang diperoleh dari aset Rusia yang dibekukan.”

Di bawah sanksi keras dari negara-negara Barat, Rusia membuka KTT negara-negara BRICS pada Selasa, selama itu, Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping, serta Perdana Menteri India Narendra Modi, dan pemimpin negara lain. Pengamat luar negeri percaya bahwa Putin mencoba menunjukkan dukungan dari selatan melalui KTT ini, dan mencari jalan keluar untuk ekonominya. (jhon)

Sumber : NTDTV.com

Putusan KPPU Terkait Penetapan Harga Pada Penyediaan Jasa Depo Peti Kemas di Pelabuhan Panjang Lampung Berkekuatan Hukum Tetap

0

Jakarta – Para Terlapor dalam Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)  Nomor  20/KPPU-I/2023 tentang Dugaan  Pelanggaran  Pasal 5  Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 (UU No. 5/1999) terkait Kesepakatan Tarif Penyediaan Jasa Depo Peti Kemas di Pelabuhan Panjang Lampung tidak melakukan upaya keberatan atas Putusan KPPU tersebut, meski telah melewati 14 (empat belas) hari sejak Putusan diterima pemberitahuannya. Memperhatikan hal ini, Putusan KPPU tersebut dianggap telah berkekuatan hukum tetap dan wajib dilaksanakan oleh para Terlapor.

Sebelumnya pada tanggal 30 September 2024, KPPU menjatuhkan Putusan atas kesepakatan tarif penyediaan jasa depo peti kemas di Pelabuhan Panjang Lampung yang melibatkan 4 (empat) Terlapor, yakni PT Java Sarana Mitra Sejati (Terlapor I), PT Masaji Tatanan Kontainer Indonesia (Terlapor II), PT Citra Prima Container (Terlapor III), dan PT Triem Daya Terminal (Terlapor IV). Majelis Komisi yang terdiri dari Mohammad Reza selaku Ketua Majelis didampingi oleh Hilman Pujana dan Eugenia Mardanugraha selaku Anggota Majelis, memutuskan bahwa Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 UU No. 5/1999. Terlapor IV diputuskan tidak terbukti melanggar. Atas pelanggaran tersebut, Majelis Komisi menjatuhkan sanksi berupa Perintah kepada Terlapor I dan Terlapor II, pelaku usaha yang masih melakukan kegiatan di Pelabuhan Panjang, untuk tidak melakukan perjanjian penetapan harga penyediaan jasa depo peti kemas. Lebih lanjut, dengan tidak adanya perubahan harga atau tarif penyediaan jasa depo peti kemas sejak tahun 2013 hingga saat ini, fakta keluarnya Terlapor III dan Terlapor IV dari pasar dengan menutup cabangnya, dan memperhatikan kelangsungan kegiatan usaha Terlapor, Majelis Komisi menilai bahwa tidak terdapat alasan yang cukup untuk menjatuhkan sanksi berupa denda administratif kepada para Terlapor. Majelis Komisi memberikan rekomendasi kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Perhubungan RI untuk menerbitkan pedoman penghitungan tarif depo peti kemas guna mencegah pemanfaatan kekosongan aturan oleh pelaku usaha. Atas setiap Putusan KPPU, Terlapor dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Niaga selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan Putusan tersebut. Terlapor yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu tersebut, dianggap menerima Putusan. Dalam Perkara ini, para Terlapor tidak mengajukan  keberatan hingga  batas  waktu tersebut.  Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa Putusan KPPU sudah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht) dan wajib dilaksanakan

Pria Rusia Secara Ajaib Bertahan 67 Hari Terapung di Perahu Karet di Perairan Es

EtIndonesia. Seorang pria Rusia berusia 46 tahun baru-baru ini diselamatkan setelah menghabiskan 67 hari terapung di perairan es di Timur Jauh Rusia dengan rakit tiup.

Pada tanggal 9 Agustus, Mikhail Pichugin, kakak laki-lakinya yang berusia 49 tahun, Sergey, dan keponakannya yang berusia 15 tahun, Ilya, berangkat ke Pulau Sakhalin dari wilayah timur jauh Khabarovsk dengan rakit tiup. Beberapa hari kemudian, keluarga mereka mengumumkan hilangnya mereka, dan operasi pencarian dan penyelamatan dilakukan menggunakan pesawat dan helikopter.

Semua upaya untuk menemukan perahu karet tersebut gagal, dan seiring berjalannya waktu, harapan untuk menemukan salah satu dari ketiga pria tersebut dalam keadaan hidup semakin memudar.

Pada bulan September, peluang untuk menemukan perahu tersebut menurun drastis hingga mendekati angka nol, namun pada hari Senin, 14 Oktober, perahu karet tersebut terlihat di Laut Okhotsk, sekitar 1.000 km dari tempat dia berangkat 67 hari sebelumnya. Ajaibnya, satu dari tiga pria tersebut masih hidup.

Mikhail Pichugin berutang nyawanya secara kebetulan, karena perahu yang dia tumpangi selama 67 hari terlihat oleh sebuah perahu nelayan sekitar pukul 22:00. Pria berusia 46 tahun itu nyaris tidak punya cukup tenaga untuk berbicara dan kesulitan menangkap tali yang dilempar oleh awak kapal penangkap ikan. Tapi dia masih bernapas, yang merupakan suatu keajaiban mengingat situasinya.

Sayangnya, kakak laki-laki dan keponakan Pichugin tidak seberuntung itu… Setelah terapung di perairan dingin Timur Jauh Rusia, ketiga pria tersebut bertahan hidup hanya dengan mie kering, kacang polong, dan air.

Ilya yang berusia 15 tahun adalah orang pertama yang meninggal pada bulan September, setelah itu kedua bersaudara tersebut menghabiskan waktu sekitar tiga minggu bersama di kapal, selama waktu tersebut mereka menderita luka baring karena terlalu lama duduk di satu sisi. Suatu saat, Sergey mencoba mencuci lukanya dan terjatuh ke dalam air sedingin es. Mikhail menyelamatkannya, tetapi kakak laki-lakinya tidak bertahan lama setelah itu.

Sebagai satu-satunya yang selamat, Mikhail Pichugin mengikat tubuh saudara laki-lakinya dan keponakannya ke perahu agar mereka tidak terdorong ombak dan menggantungkan jaket mereka di sisi perahu untuk menarik perhatian kapal atau pesawat yang melintas di atasnya. .

Tidak ada yang tahu persis bagaimana pria Rusia berusia 46 tahun itu bisa bertahan begitu lama di tengah lautan yang membekukan, namun istrinya mengatakan kepada wartawan bahwa dia yakin berat badan pria itu mungkin ada hubungannya dengan hal tersebut.

Pichugin dilaporkan memiliki berat sekitar 100 kilogram sebelum dia memulai perjalanan yang tragis ini, namun beratnya hanya 50 kilogram ketika dia dibawa keluar dari kapal oleh tim penyelamat. Ketiga pria tersebut dilaporkan hanya membawa makanan dan air secukupnya selama dua minggu.

Media Rusia melaporkan bahwa Pichugin berada dalam kondisi “kurang lebih stabil”, karena dia masih mengalami syok dan kemungkinan besar menderita hipotermia. Dia kini berisiko didakwa melanggar peraturan keselamatan dan bisa dipenjara hingga tujuh tahun. (yn)

Sumber: odditycentral

Trump : Partai Buruh Inggris Mengganggu Pemilu Amerika Serikat

0

EtIndonesia. Menurut laporan  BBC dan Financial Times pada 22 Oktober, surat keluhan dari tim kampanye Trump menyebutkan bahwa Partai Buruh Inggris mengumpulkan anggotanya untuk secara sukarela membantu kampanye Harris sebagai individu, untuk mempengaruhi pemilihan pada 5 November, dan mereka percaya bahwa tim Harris secara ilegal menerima sumbangan asing. 

Surat itu mengutip laporan dari Washington Post tentang pertemuan pribadi antara pejabat tinggi Partai Buruh dan Partai Demokrat, serta artikel di LinkedIn oleh Sofia Patel, seorang pejabat operasional Partai Buruh, yang merekrut hampir 100 orang untuk pergi ke negara bagian penting di Amerika Serikat dan mengatur akomodasi, yang artikelnya telah dihapus.

Susie Wiles, manajer bersama tim kampanye Trump-Vance, mengutip sejarah kemerdekaan Amerika dari Inggris: “Setelah tahun 1776, rakyat Amerika akan sekali lagi menolak penindasan dari pemerintahan besar dalam dua minggu ke depan.” 

Dia mengatakan bahwa tim kampanye Harris-Waltz telah menggunakan “sumbangan asing yang ilegal” sebagai percobaan “campur tangan pemilu yang lemah dan tidak efektif terhadap Amerika”.

Dalam dokumen yang diajukan kepada FEC Amerika Serikat, tim kampanye Trump menuduh Partai Buruh Inggris mengirim ahli strategi untuk membantu kampanye Harris dan mengklaim bahwa Harris telah menerima bantuan tersebut.

Tim hukum Trump mengutip laporan media, mengklaim bahwa termasuk kepala staf Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Morgan McSweeney, kepala strategi kampanye Starmer, Deborah Mattinson, dan direktur komunikasi Downing Street, Matthew Doyle, telah datang ke Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir untuk memberikan saran pada kampanye Harris.

Tim hukum Trump meminta “penyelidikan segera” terhadap Partai Buruh Inggris dan tim Harris atas tindakan mereka yang “secara terang-terangan mengizinkan kekuatan asing mengganggu” pemilihan presiden Amerika Serikat.

Reporter Financial Times belum menghubungi Partai Buruh Inggris, sehingga belum jelas bagaimana mereka akan menanggapi masalah ini.

Dalam siaran pers yang mengumumkan pengaduan, tim kampanye Trump menuduh Partai Buruh Inggris sebagai partai “kiri ekstrem”. Susie Wiles, manajer bersama tim kampanye Trump-Vance dalam sebuah pernyataan mengatakan: “Tim kampanye Harris-Waltz yang goyah ini mencari pengaruh asing untuk mempromosikan retorika radikal mereka—karena mereka tahu mereka tidak dapat memenangkan dukungan rakyat Amerika.”

Dia menambahkan: “Presiden Trump akan membawa kekuatan kembali ke Gedung Putih, menempatkan Amerika dan rakyat kita di urutan pertama. Tim kampanye Harris yang menerima dan menggunakan bantuan asing yang ilegal ini hanyalah upaya lain yang lemah untuk mengganggu pemilihan.”

Sebelum mengajukan pengaduan kepada FEC, Republikan Amerika menyatakan bahwa tindakan Partai Buruh Inggris “mengejutkan” dan memperingatkan bahwa jika Trump memenangkan pemilihan presiden, ini akan merusak hubungan antara Inggris dan Amerika Serikat.

Menurut hukum pemilihan federal Amerika, warga negara asing dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan dan menyediakan bantuan substansial, yang terutama melibatkan transaksi keuangan. Namun, menurut peraturan FEC, orang asing dapat secara sukarela menjadi pekerja kampanye, dan kontak antara pejabat partai politik kedua negara adalah wajar.

Seiring pemilihan presiden Amerika memasuki dua minggu terakhir, Trump dan Harris meningkatkan upaya mereka di negara bagian kritis, berharap untuk menarik pemilih yang belum memutuskan untuk memilih mereka.(jhn/yn)

Serangan Teroris di Perusahaan Dirgantara Turki, 5 Tewas 22 Luka

0

EtIndonesia. Pada hari Rabu (23/10) terjadi serangan mematikan di markas besar Industri Dirgantara dan Penerbangan Turki (TUSAS) dekat Ankara, menewaskan setidaknya 5 orang dan melukai 22 lainnya. Menurut laporan media, ledakan besar terjadi di lokasi, dengan gambar menunjukkan asap tebal dan kobaran api.

Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya, mengatakan serangan teroris itu menewaskan setidaknya 5 orang, termasuk dua penyerang. Dia menambahkan bahwa 22 lainnya terluka dan telah dibawa ke rumah sakit terdekat. 

“Sayangnya, pada pukul 15:26 waktu setempat, kebanggaan industri pertahanan dan domestik kami, TUSAS, diserang,” katanya di lokasi kejadian. “Dua teroris, seorang wanita dan seorang pria, telah dilumpuhkan.”

Dia mengatakan bahwa pihak berwenang Turki sedang berupaya menentukan organisasi mana di balik serangan ini. Menurut laporan resmi dari Anadolu Agency Turki, jaksa di Ankara telah memulai penyelidikan atas insiden tersebut. 

Menurut laporan Reuters, tak lama setelah ledakan, terdengar suara tembakan, dan penyebab insiden ini masih belum jelas. Gambar dari media sosial X menunjukkan setidaknya dua penyerang dengan senapan serbu dan ransel memasuki fasilitas TUSAS dan melepaskan tembakan, salah satunya adalah wanita. Beberapa laporan media menyebutkan adanya serangan bunuh diri, dan terdapat sandera di dalam gedung.

Menurut laporan Anadolu, layanan darurat telah dikirim ke lokasi. Saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa para pekerja di dalam gedung telah dibawa ke tempat perlindungan oleh pihak berwenang, dan tidak diizinkan pergi. Mereka mengatakan ledakan mungkin terjadi di berbagai pintu keluar saat karyawan pulang kerja.

Tayangan televisi menunjukkan kerusakan di pintu masuk TUSAS, dan baku tembak terjadi di parkiran terdekat. Laporan juga menyebutkan bahwa lebih awal pada hari itu, sebuah serangan terjadi di fasilitas TUSAS di Ankara. Laporan awal menunjukkan dua penyerang meledakkan perangkat peledak dan melepaskan tembakan di pintu masuk gedung.

TUSAS adalah salah satu perusahaan pertahanan dan penerbangan terpenting di Turki, yang telah memproduksi jet tempur nasional pertama negara itu, KAAN, serta terlibat dalam proyek lainnya.

Walikota Ankara, Mansur Yavas, menyatakan bahwa dia “berduka” atas serangan yang menargetkan perusahaan pertahanan utama TUSAS. Menurut situs web perusahaan, TUSAS didirikan pada tahun 1973 sebagai bagian dari Kementerian Industri dan Teknologi Turki untuk mengurangi “ketergantungan luar negeri dalam industri pertahanan.”

Seorang juru bicara mengatakan kepada CNN bahwa Departemen Luar Negeri AS sedang “mengikuti” laporan tentang serangan tersebut. Menurut Anadolu, setelah serangan tersebut, Direktur Jenderal TUSAS, Mehmet Demiroglu, meninggalkan pameran pertahanan nasional dan kembali ke Ankara.

Ketika serangan terjadi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sedang berada di Kota Kazan, Rusia, untuk menghadiri pertemuan puncak tahunan BRICS. Dia secara keras mengutuk serangan tersebut.

“Saya mengutuk serangan teroris yang mengerikan ini dan berdoa agar Allah berbelas kasih pada mereka (yang tewas dalam serangan),” katanya dalam sebuah pidato di Rusia. 

Dalam sebuah posting di X, dia menyebut kejadian itu sebagai “serangan keji” terhadap keberlangsungan hidup dan upaya pertahanan nasional. 

“Saya mengirimkan doa terbaik saya kepada negara kami dan para karyawan setia TUSAS, yang merupakan kebanggaan industri pertahanan kami,” tulis Presiden Turki.

Turki adalah anggota NATO. Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menyatakan bahwa dia telah berbicara dengan Erdogan mengenai insiden “yang sangat mengkhawatirkan” ini. Dia mengatakan: “NATO mendukung Turki.”

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan belasungkawa kepada korban insiden tersebut. Dia mengatakan kepada Erdogan pada pembukaan konferensi BRICS: “Anda tahu perasaan kami. Kami mengutuk tindakan semacam itu, apa pun motifnya.”

Kedutaan Besar AS di Turki “dengan keras” mengutuk serangan tersebut, mengatakan : “kami mendukung sekutu kami, Turki.”(jhn/yn)

Korsel Serukan Korut untuk Tarik Pasukan, Tak Menutup Kemungkinan Kirim Senjata dan Tim Pengawas ke Ukraina

ETIndonesia. Atas pengiriman pasukan oleh Korea Utara untuk mendukung Rusia, pemerintah Korea Selatan pada Selasa (22 Oktober) secara terbuka mendesak pemerintah Pyongyang untuk segera menarik pasukannya. 

Korea Selatan juga menyatakan bahwa dukungan untuk Ukraina akan ditingkatkan secara bertahap, tergantung pada situasi kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia, dan tidak menutup kemungkinan untuk memberikan “senjata ofensif.” 

Selain itu, untuk memantau keterlibatan pasukan Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina, pemerintah Korea Selatan sedang mempertimbangkan untuk mengirim tim pengawas ke wilayah tersebut.

Dalam seruan untuk segera menarik pasukan, pemerintah Korea Selatan menggelar rapat darurat Dewan Keamanan Nasional (NSC), yang kemudian dilanjutkan dengan konferensi pers yang dipimpin oleh Kim Tae-hyo, Wakil Kepala Kantor Keamanan Nasional, untuk menjelaskan sikap resmi Korea Selatan.

Dilaporkan oleh Kantor Berita Pusat Korea Selatan, Kim Tae-hyo mengatakan bahwa kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia menimbulkan ancaman serius bagi keamanan Korea Selatan, dan pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah pencegahan untuk menghadapi berbagai kemungkinan situasi.

Kim Tae-hyo menyampaikan bahwa pemerintah Korea Selatan mendesak Korea Utara untuk segera menarik pasukannya, dan tidak akan tinggal diam menyaksikan Korea Utara dan Rusia terus memperkuat kerja sama militer mereka. 

Korea Selatan akan bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menanggapi secara tegas. Pemerintah Korea Selatan juga akan terus memantau kerja sama militer antara kedua negara dan akan mengambil tindakan bertahap yang mungkin termasuk dukungan senjata ofensif yang mematikan untuk Ukraina.

Kantor Berita Yonhap mengutip pernyataan seorang pejabat anonim yang mengutuk Korea Utara karena tidak hanya menyediakan senjata dalam jumlah besar kepada Rusia, tetapi juga mengirim tentara untuk berperang, yang dianggap sebagai ancaman besar bagi komunitas internasional dan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang segala bentuk kerja sama militer dengan Korea Utara.

Selama ini, Korea Utara telah mengabaikan masalah kesejahteraan dan hak asasi manusia di dalam negerinya, tetap bersikeras memperkuat kekuatan nuklir dan misilnya, dan kini bahkan memaksa pemuda Korea Utara untuk pergi ke medan perang yang dianggap tidak sah. Tindakan ini dikritik sebagai “tindakan kriminal.” 

Pemerintah Korea Selatan menyatakan akan terus mendorong “Doktrin Unifikasi 815” yang bertujuan melindungi kebebasan dan hak asasi rakyat Korea Utara, serta menciptakan Semenanjung Korea yang damai dan sejahtera.

Pejabat tersebut menambahkan bahwa pemerintah Korea Selatan juga akan melakukan segala upaya agar rakyat Korea Utara memahami bagaimana pemerintahan Kim Jong Un sebenarnya menyalahgunakan kekuasaan dan menindas rakyatnya.

Korea Selatan Pertimbangkan Kirim Tim Pengawas ke Ukraina untuk Memantau Pasukan Korea Utara

Sumber-sumber mengatakan kepada Yonhap bahwa untuk memantau keterlibatan pasukan Korea Utara dalam perang di Ukraina, pemerintah Korea Selatan sedang mempertimbangkan untuk mengirim tim pengawas ke wilayah tersebut.

Tim pengawas ini akan terdiri dari personel militer yang ahli dalam informasi taktis, dengan tujuan memantau kondisi pasukan khusus Korea Utara di medan perang Ukraina. Tim tersebut juga kemungkinan akan dilengkapi dengan personel untuk menginterogasi tentara Korea Utara yang tertangkap atau yang berniat melarikan diri.

Tim pengawas ini diperkirakan akan terdiri dari personel dari Komando Intelijen serta unit-unit terkait lainnya, seperti Komando Kontra Intelijen, yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi dan menganalisis taktik militer Korea Utara.

Saat ini, Korea Utara belum mengakui bahwa mereka telah memberikan bantuan militer kepada Rusia. Korea Utara mengklaim bahwa kerja sama militer mereka dengan Rusia adalah bagian dari hak kedaulatan dan hak bela diri yang sah. 

Namun, pejabat Korea Selatan mengkritik bahwa tindakan yang melanggar hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB tidak dapat dianggap sebagai tindakan berdaulat. 

“Korea Utara berusaha memanfaatkan dukungan militernya untuk mendapatkan keuntungan seperti memperkuat program nuklir, teknologi militer canggih, serta modernisasi senjata konvensional,” yang semuanya merupakan ancaman besar bagi keamanan Korea Selatan.

Pada 18 Oktober, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan merilis foto satelit yang menunjukkan kapal Rusia sedang mengangkut tentara Korea Utara yang diduga akan dikerahkan dalam perang Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada 14 Oktober menuduh Korea Utara mengirim tentara ke unit Rusia untuk membantu invasi Rusia ke Ukraina. 

Badan Intelijen Nasional Korea Selatan pada 18 Oktober menyatakan bahwa Korea Utara telah mengirim 1.500 tentara pasukan khusus ke wilayah timur jauh Rusia untuk dilatih, yang kemudian mungkin akan dikerahkan dalam perang Ukraina. Selain itu, Pyongyang juga berencana mengirim sekitar 12.000 tentara lagi ke Rusia.

Badan Intelijen Nasional Korea Selatan juga merilis foto satelit yang menunjukkan pergerakan kapal Rusia yang mengangkut tentara Korea Utara. (Jhon)

Sumber : NTDTV.com

“Palu Besar” vs “Pisau Bedah”: Kedua Calon Presiden Mendorong Eskalasi Perang Teknologi AS -Tiongkok

0

EtIndonesia. Pemilihan presiden Amerika Serikat akan berlangsung pada 5 November mendatang. Analisis dari Reuters menyatakan, baik calon dari Partai Republik Donald Trump maupun calon dari Partai Demokrat Kamala Harris yang menang, hampir dapat dipastikan bahwa perang teknologi antara AS dan Tiongkok akan meningkat, hanya saja strategi atau sarana yang digunakan berbeda. 

Seorang mantan pejabat perdagangan AS menyatakan bahwa Trump menggunakan kebijakan “palu besar” secara menyeluruh, sementara Harris menggunakan strategi “pisau bedah” yang lebih presisi.

Menurut para pejabat dari pemerintahan Biden dan Trump sebelumnya, para ahli industri, dan orang-orang yang erat kaitannya dengan kampanye, Pemerintah AS yang baru diperkirakan akan mengambil tindakan baru untuk mengekang impor barang Tiongkok yang kurang canggih seperti chip, mobil pintar, dan barang impor lainnya, serta mengenakan lebih banyak pembatasan pada alat pembuat chip dan chip kecerdasan buatan (AI) yang diekspor ke Tiongkok.

Selama kampanye presiden, kandidat dari Partai Demokrat Kamala Harris menyatakan bahwa dia akan memastikan bahwa “Amerika, bukan Tiongkok , yang memenangkan persaingan abad ke-21,” sementara kandidat dari Partai Republik Donald Trump melihat peningkatan tarif sebagai solusi, termasuk untuk mengekang kemajuan teknologi Tiongkok. Trump menekankan pemecahan masalah melalui peningkatan tarif.

Singkatnya, baik Harris maupun Trump yang memenangkan pemilihan presiden, upaya untuk mencegah dana dan teknologi Amerika digunakan untuk meningkatkan kemampuan militer dan AI Tiongkok pasti akan meningkat.

Peter Harrell, mantan pejabat keamanan nasional di pemerintahan Biden, mengatakan: “Kita melihat Perang Dingin teknologi AS-Tiongkok membuka front baru yang berfokus pada data, perangkat lunak, dan perangkat yang terkoneksi.”

Bulan lalu, AS mengusulkan aturan yang melarang penggunaan mobil terhubung yang dibuat dengan komponen Tiongkok di jalan, dan pada musim semi tahun ini mengeluarkan undang-undang yang meminta TikTok untuk melepaskan diri dari perusahaan induknya di Tiongkok, ByteDance, sebelum tahun depan atau akan dilarang beroperasi di AS.

“Jika sebuah perusahaan Tiongkok bisa mengakses dan menyediakan pembaruan perangkat (di AS), ini akan menimbulkan banyak kekhawatiran,” kata Harrell. “Mobil terhubung dan TikTok hanya setitik dari puncak gunung es.”

Harrell menyatakan, jika Harris memenangkan pemilihan, dia mungkin akan terus bekerja sama dengan sekutu seperti yang dilakukan pemerintahan Biden, untuk mencegah teknologi AS membantu militer Tiongkok.

Di sisi lain, pemerintahan Trump mungkin akan bergerak cepat, seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Jamieson Greer, mantan kepala staf perwakilan perdagangan AS Robert Lighthizer selama pemerintahan Trump, mengatakan: “Saya pikir kita telah belajar dari periode pertama kepresidenan Trump bahwa dia cenderung bertindak.” 

Nazak Nikakhtar, mantan pejabat Departemen Perdagangan di bawah Trump yang juga mengenal penasihat dari mantan presiden ini, memperkirakan pemerintahan Trump akan “mengadopsi kebijakan kontrol ekspor yang lebih keras terhadap Tiongkok.”

Dia memperkirakan bahwa “daftar entitas” Departemen Perdagangan akan diperluas secara signifikan yang mencakup afiliasi dan mitra bisnis perusahaan yang terdaftar. Ekspor perusahaan AS ke perusahaan yang masuk dalam daftar ini akan dibatasi dan memerlukan izin sebelumnya. Atas pertimbangan keamanan nasional, Trump memasukkan perusahaan yang didukung Pemerintah Tiongkok, Huawei, ke dalam “daftar entitas” karena melanggar sanksi.

Nikakhtar menambahkan, izin ekspor teknologi AS ke Tiongkok juga lebih mungkin ditolak.

Dia tidak akan terkejut jika pemerintahan Trump membatasi impor chip dari Tiongkok, bahkan mungkin memberlakukan pembatasan pada “beberapa produk yang mengandung chip tersebut.”

Bill Reinsch, mantan pejabat perdagangan di pemerintahan Clinton, berpendapat bahwa Trump mungkin akan menggunakan “palu besar” untuk mengendalikkan perdagangan dengan Tiongkok, sementara Harris akan menggunakan “pisau bedah” untuk menyelesaikan masalah.

“Metode Trump adalah komprehensif, yang paling jelas terlihat dalam proposal tarif saat ini,” kata Reinsch.

Trump telah menyatakan bahwa ia akan mengenakan tarif 10% atau 20% pada semua barang impor (tidak hanya dari Tiongkok) dan 60% atau lebih pada barang impor dari Tiongkok.

Pemerintahan Biden melihat perlu untuk mengenakan tarif yang ditargetkan, termasuk rencana untuk meningkatkan tarif semikonduktor dari 25% menjadi 50% pada tahun 2025.

Sementara itu, Tiongkok berulang kali menekankan akan mempertahankan haknya. Tahun lalu, setelah pemerintahan Biden memberlakukan serangkaian kontrol ekspor pada chip AS dan peralatan pembuatan chip, Tiongkok menargetkan produsen chip memori AS, Micron Technology. AS menuduh Beijing menghukum perusahaan AS lainnya saat ketegangan meningkat.

Wilbur Ross, Menteri Perdagangan selama masa jabatan Trump, menyatakan bahwa AS perlu bersikap keras terhadap Tiongkok, tetapi juga strategis. (jhn/yn)

Elon Musk Beri Dukungan Besar kepada Trump, Pemenang Hadiah $1 Juta Diumumkan

0

ETIndonesia. Pada  Minggu (20 Oktober), Elon Musk, pemilik SpaceX dan Tesla serta seorang miliarder, mengumumkan bahwa mulai hari itu hingga 5 November, setiap hari akan ada hadiah sebesar $1 juta diberikan kepada satu pemilih yang terdaftar di negara bagian swing (negara bagian penentu) yang menandatangani petisi dukungan terhadap Amandemen Pertama dan Kedua Konstitusi Amerika Serikat.

Saat ini, dua pemilih dari Pennsylvania, John Dreher dan Kristine Fishnell, telah terpilih sebagai pemenang untuk tanggal 20 dan 21 Oktober. Mereka menerima cek hadiah langsung dari tangan Elon Musk di sebuah acara kampanye di Pennsylvania. Dreher mengungkapkan kegembiraannya dan mengatakan bahwa dia sama sekali tidak tahu bahwa dirinya telah terpilih.

Data menunjukkan bahwa Komite Aksi Politik Musk telah mendonasikan $75 juta untuk tim kampanye Trump dalam tiga bulan terakhir, menjadikannya salah satu penyumbang terbesar untuk Partai Republik. 

Musk mengatakan bahwa program penghargaan ini bertujuan agar pemilih di negara bagian swing mendukung “kebebasan berbicara” dan “hak untuk memiliki senjata api.” Dia menambahkan, “Kami ingin memastikan setiap orang di negara bagian swing mengetahui hal ini, dan saya percaya ini akan berdampak.”

Musk mempublikasikan rincian program penghargaan tersebut di situs web Komite Aksi Politiknya. Ia mengatakan bahwa hingga hari pemilihan pada 5 November, “Setiap hari, satu penandatangan petisi dari Pennsylvania, Georgia, Nevada, Arizona, Michigan, Wisconsin, atau Carolina Utara akan mendapatkan $1 juta.” Untuk berpartisipasi, seseorang harus memenuhi dua syarat: pertama, harus terdaftar sebagai pemilih, dan kedua, harus menandatangani petisi.

Dalam situasi pemilu yang semakin memanas, langkah Musk ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan Demokrat, termasuk Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro. Shapiro memposting di platform X (dulu Twitter), meminta lembaga penegak hukum untuk menyelidiki program penghargaan yang diluncurkan Musk. Namun, Musk merespons dengan tenang dan menulis, “Mengkhawatirkan bahwa dia (Shapiro) bahkan mengatakan hal seperti itu.”

Menurut investigasi dari Fox News, hukum federal melarang pembayaran kepada seseorang untuk mendaftarkan diri sebagai pemilih. Namun, hadiah yang diberikan Musk tidak ditujukan untuk mendorong orang agar mendaftar sebagai pemilih, melainkan untuk mendorong pemilih yang sudah terdaftar untuk menandatangani petisi, sehingga tindakan ini dianggap legal.

Pada  Juli, Trump nyaris menjadi korban percobaan pembunuhan saat berkampanye di Butler, Pennsylvania. Setelah itu, Musk secara resmi mengumumkan dukungannya untuk Trump. Baru-baru ini, Musk mengadakan serangkaian acara kampanye di Pennsylvania, negara bagian swing yang sangat penting, untuk mendukung Trump. Dalam pidatonya di acara tersebut, Musk berkata, “Pemilu kali ini sangat penting,” dan menambahkan, “Bukan hanya nasib Amerika yang dipertaruhkan, tetapi juga nasib seluruh peradaban Barat.”

Kamala Harris Kumpulkan Lebih dari $600 Juta pada Kuartal Ketiga, Didukung oleh Selebriti untuk Menghadapi Pemilu

Dengan waktu kurang dari dua minggu menuju hari pemilihan di Amerika Serikat, dukungan dalam jajak pendapat untuk kedua kandidat dari partai besar terus berimbang. Namun, dokumen terbaru dari Komisi Pemilihan Federal yang dirilis pada 20 Oktober menunjukkan bahwa tim Kamala Harris jauh melampaui tim Trump dalam hal penggalangan dana. 

Pada kuartal ketiga, kubu kampanye Demokrat berhasil mengumpulkan dana sebesar $633 juta, lebih dari empat kali lipat dari kubu Trump. Menurut beberapa sumber yang akrab dengan penggalangan dana tersebut, Harris berhasil mengumpulkan $1 miliar dalam waktu kurang dari 80 hari sejak pencalonannya, memberi dirinya keuntungan keuangan yang jauh lebih besar dibanding Trump.

Menurut laporan dari The Washington Post, tim kampanye Harris mengumpulkan $221,5 juta hanya pada  September. Dari dua acara besar yang diadakan pada minggu terakhir September di Los Angeles dan San Francisco, basis utama Demokrat, tim Harris berhasil mengumpulkan dana sebesar $55 juta. Sebaliknya, tim Trump hanya mengumpulkan $62,7 juta sepanjang September. Pada akhir September, uang tunai kampanye yang dimiliki Trump adalah $119,7 juta, sementara Harris memiliki $187,5 juta.

Di fase akhir kampanye, Harris menghabiskan jauh lebih banyak daripada Trump di bidang-bidang seperti iklan radio, televisi, platform daring, iklan digital, interaksi dengan pemilih, serta staf kampanye. Tim Harris menyatakan pada Minggu malam (20 Oktober) bahwa dari donasi yang terkumpul pada kuartal ketiga, sekitar 6 juta donatur memberikan lebih dari 13,1 juta kontribusi, dan 4,3 juta orang merupakan pemilih yang baru pertama kali menyumbang dalam siklus pemilu ini.

Menggunakan Efek Selebriti, Salah Satu Strategi Tim Kamala Harris

Memanfaatkan dukungan dari selebriti adalah salah satu strategi tim Kamala Harris dalam kampanye kali ini. Baru-baru ini, sejumlah bintang Hollywood seperti Jennifer Garner, Julia Roberts, dan Jane Fonda turun tangan untuk mendukung Harris di negara bagian swing (penentu).

Jennifer Garner berbicara di depan kelompok “Ibu Pendukung Kamala Harris” di Tucson, Arizona, dan mengatakan, “Bersiaplah untuk lebih banyak bintang Hollywood yang akan datang ke negara bagian kalian untuk membicarakan pemilu November.” 

Garner memuji dukungan Harris terhadap kredit pajak anak dan kenaikan upah bagi pekerja perawatan anak. Dia juga dijadwalkan mengunjungi Pennsylvania dan Nevada untuk mendukung Harris.

Pemenang Oscar, Jane Fonda, mendatangi rumah-rumah di Michigan untuk mempromosikan kebijakan Harris mengenai “perubahan iklim.” Kepada seorang pemilih potensial, Fonda mengatakan, “Saya melakukan segala yang saya bisa, kita harus memastikan Kamala Harris terpilih.” Dia juga menambahkan bahwa ini adalah pertama kalinya dia mengetuk pintu demi seorang calon presiden. Julia Roberts, di sisi lain, membantu kampanye Harris di kampung halamannya di Georgia.

Profesor ilmu politik di University of Southern California, Christian Grose, dari Schwarzenegger Institute, menyatakan bahwa kehadiran selebriti memang dapat memperbesar pesan terkait pemilihan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa efek selebriti terhadap tingkat partisipasi pemilih, kecuali dari kalangan selebriti papan atas, sebenarnya sangat minim.

Mark Harvey, seorang profesor di University of St. Mary di Kansas dan penulis buku Celebrity Influence: Politics, Persuasion, and Issue Advocacy, berpendapat, “Banyak orang tidak ingin mencampuradukkan hiburan dan politik.” Dia menyebut strategi tim Harris ini mungkin tidak selalu membawa keberuntungan bagi mereka.

Penyelidikan Terbaru Kongres: Upaya Pembunuhan Trump pada Juli Seharusnya Bisa Dicegah

Pada 13 Juli lalu, mantan Presiden AS Donald Trump menjadi target upaya pembunuhan saat mengadakan kampanye di Butler, Pennsylvania. Pada Senin (21 Oktober), sebuah laporan investigasi terbaru yang dirilis oleh kelompok kerja khusus dari Dewan Perwakilan Rakyat, yang terdiri dari anggota dari kedua partai, menyatakan bahwa serangan tersebut “dapat dicegah dan seharusnya tidak terjadi.”

Setelah insiden itu, Kongres AS membentuk kelompok kerja khusus yang dipimpin oleh Mike Kelly dari Partai Republik dan Jason Crow dari Partai Demokrat untuk menyelidiki kejadian tersebut. Pada hari Senin, kelompok kerja ini merilis laporan setebal 53 halaman yang menunjukkan “kegagalan keamanan yang mencolok” sebagai penyebab utama terjadinya serangan tersebut.

Laporan tersebut dibuat setelah 23 wawancara dengan petugas penegak hukum setempat di Pennsylvania, pemeriksaan dokumen dari lembaga-lembaga lokal, dan telaah terhadap ribuan halaman dokumen. Laporan tersebut mengungkapkan, “Petugas penegak hukum federal, negara bagian, dan lokal seharusnya dapat mencegah Thomas Crooks, sang penembak, pada beberapa titik krusial… Namun, gedung tersebut hampir tidak memiliki langkah keamanan, sehingga memungkinkan penembak memanjat atap dan menembakkan peluru.” 

Laporan ini juga mencatat masalah komunikasi yang buruk antara Dinas Rahasia AS dan polisi lokal serta negara bagian, serta rantai komando yang tidak jelas. Namun, laporan tersebut tidak menyebutkan individu tertentu yang bertanggung jawab atas insiden ini.

Dalam insiden tersebut, peluru mengenai telinga kanan Trump, seorang peserta kampanye tewas, dan dua lainnya terluka. Setelah itu, seorang penembak jitu dari Dinas Rahasia berhasil menembak mati pelaku.

Setelah kejadian itu, Direktur Dinas Rahasia saat itu, Kimberly Cheatle, mengundurkan diri di tengah kritik dari kedua partai dan menyatakan bahwa dia bertanggung jawab penuh atas kesalahan tersebut. Dilaporkan bahwa setidaknya lima agen Dinas Rahasia dipindahkan dari posisinya akibat insiden tersebut.

Penjabat Direktur Dinas Rahasia, Ronald Rowe Jr., mengatakan bahwa badan tersebut telah memperkuat langkah-langkah keamanan bagi kandidat presiden dari partai utama, termasuk memasang kaca anti peluru di sekitar kandidat saat berkampanye di luar ruangan dan memperluas area perlindungan.

Kelompok kerja khusus Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan mereka berencana untuk merilis laporan akhir pada pertengahan Desember, beserta rekomendasi untuk mencegah upaya pembunuhan terhadap calon politik di masa depan.

Sulit Diprediksi, Para Ahli Jajak Pendapat: Hasil Pemilu Bisa Terus Berubah Jelang Hari Pemungutan Suara

Nate Silver, seorang ahli jajak pendapat terkenal yang telah melacak Pemilu AS, memperkirakan dalam modelnya bahwa dalam dua minggu terakhir, Trump mengalami kemajuan di tujuh negara bagian medan pertempuran dan mulai unggul tipis atas Kamala Harris. The Hill merilis prediksi pada 20 Oktober yang juga menunjukkan bahwa pada hari itu, dukungan untuk Trump telah melampaui Harris, dan untuk pertama kalinya Trump menjadi “kandidat yang lebih unggul.”

Sementara itu, The Hill pada 20 Oktober memperkirakan bahwa peluang Trump untuk memenangkan kursi kepresidenan adalah 52%, lebih tinggi dari Harris yang sebesar 48%.

Menurut RealClearPolitics, rata-rata dari semua jajak pendapat utama nasional yang dilakukan dari 4 Oktober hingga 19 Oktober menunjukkan bahwa Harris unggul 0,9 poin secara nasional. Namun, Trump menunjukkan momentum keunggulan di semua tujuh negara bagian medan pertempuran, dengan total keunggulan melebihi Harris sebesar 1 poin.

The Hill melaporkan bahwa sejak akhir Agustus, peluang kemenangan Harris berkisar antara 54% hingga 56%. Namun, sejak awal Oktober, situasinya mulai berubah, dengan prediksi yang menunjukkan kedua kandidat memiliki peluang menang yang semakin mendekati 50%.

Dalam situs webnya, Silver Bulletin, Nate Silver menulis, “Terlepas dari apa yang dikatakan, ini adalah pertama kalinya sejak 19 September Trump unggul dalam model kami.” Dia menjelaskan bahwa beberapa jajak pendapat yang menguntungkan Trump baru saja masuk ke basis data mereka, termasuk survei dari Fox News yang menunjukkan Trump unggul 2 poin secara nasional, serta keunggulannya yang signifikan di Georgia.

Silver juga mencatat bahwa, dari segi suara elektoral, kedua kandidat saat ini berada pada situasi imbang 269-269 suara, dengan kemungkinan hasil imbang sebesar 0,3%. Dalam sebuah posting baru-baru ini, Silver menulis, “Saya belum pernah melihat hasil prediksi pemilu yang bertahan di sekitar 50-50 begitu lama, dan mungkin tidak akan pernah melihat hal seperti ini lagi.”

Dia memperingatkan bahwa hingga hari pemilihan pada 5 November, situasi dapat terus berubah dan pemilu kali ini kemungkinan akan menjadi pertarungan yang sangat ketat.

Pada malam pembukaan pemilu AS 5 November, New Tang Dynasty Television akan menyiarkan secara langsung dengan data real-time yang akurat, menghubungkan para reporter di tujuh negara bagian swing yang krusial, serta ulasan dari para ahli terkemuka, memberi Anda informasi terbaru tentang siapa yang akan memenangkan kursi di Gedung Putih. Jangan lewatkan siaran kami pada malam 5 November mendatang. (jhon)

Sumber : NTDTV.com

NATO dan Amerika Serikat Konfirmasi Korea Utara Telah Mengirim Pasukan ke Rusia

0

EtIndonesia. Baru-baru ini, kehadiran pasukan Korea Utara untuk membantu Rusia dalam konflik di Ukraina telah menarik perhatian internasional. Menurut intelijen Korea Selatan, Kim Jong-un telah mengirimkan pasukan ke Rusia. 

Pada hari Rabu (23 Oktober), Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dan seorang juru bicara NATO keduanya menyatakan bahwa ada bukti yang menunjukkan Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia. 

“Kami melihat bukti bahwa pasukan Korea Utara sudah berada di Rusia,” kata Austin di Roma kepada para wartawan yang menemaninya, “Apa yang mereka lakukan masih harus diamati.”

Seorang pejabat tinggi pemerintah mengatakan kepada CNN bahwa ribuan tentara Korea Utara baru-baru ini tiba di timur Rusia dan saat ini sedang menjalani pelatihan. Namun, Amerika Serikat belum dapat menentukan misi spesifik mereka.

Menurut laporan dari Politico, Farah Dakhlallah, juru bicara NATO, dalam sebuah pernyataan email pada Rabu sore mengatakan: “Sekutu telah mengkonfirmasi bukti penempatan pasukan Korea Utara di Rusia. Jika pasukan ini beroperasi di Ukraina, ini akan menandai eskalasi besar dalam dukungan Korea Utara terhadap perang ilegal Rusia, dan juga merupakan tanda lain kerugian besar yang diderita Rusia di garis depan. Kami sedang aktif berdiskusi tentang hal ini di dalam aliansi, dan Dewan Atlantik Utara akan menerima briefing dari Korea Selatan dan segera mendiskusikan hal ini lebih lanjut.”

Amerika Serikat tidak percaya pasukan Korea Utara telah tiba di Ukraina, tetapi pergerakan pasukan Korea Utara sudah menarik perhatian luas. Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya memperingatkan bahwa pengiriman pasukan Korea Utara ke garis depan di Ukraina akan berarti eskalasi konflik besar antara Rusia dan negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS.

Austin mengatakan AS masih berusaha menentukan peran apa yang akan dimainkan oleh tentara Korea Utara dalam konflik tersebut dan apakah mereka berencana untuk pergi ke Ukraina. 

“Jika mereka adalah sekutu tempur, dan niat mereka adalah mewakili Rusia dalam konflik ini, itu adalah masalah yang sangat, sangat serius yang tidak hanya akan berdampak pada Eropa tetapi juga pada kawasan Indo-Pasifik,” kata Austin.

Ketika ditanya tentang apa yang akan didapatkan Korea Utara dari Rusia sebagai imbalan atas pengiriman pasukan Korea Utara, Austin mengatakan bahwa Amerika Serikat juga masih berusaha menentukan hal ini.

Kementerian Luar Negeri Jerman pada hari Rabu menyatakan: “Jika laporan tentang pengiriman tentara Korea Utara ke Ukraina itu benar dan Korea Utara sekarang mengerahkan pasukan untuk mendukung perang agresi Rusia di Ukraina, maka ini akan menjadi pelanggaran serius dan melanggar hukum internasional.”

Sejak Rusia menginvasi Ukraina, Putin telah memperkuat hubungannya dengan Korea Utara dan mendapat senjata dari negara tersebut, yang memicu kecaman internasional.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah berulang kali memperingatkan bahwa pasukan Korea Utara berpartisipasi dalam konflik mewakili Rusia. Seorang sumber di intelijen Ukraina sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa sejumlah kecil orang Korea telah bekerja sama dengan militer Rusia, terutama membantu dalam masalah teknis dan berbagi informasi tentang penggunaan amunisi Korea Utara.

Kepala intelijen utama Korea Selatan pada hari Rabu mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Korea Utara telah mengirim 3.000 tentara ke Rusia untuk pelatihan. Pejabat Korea Selatan mengatakan mereka percaya Korea Utara berencana mengirim total 12.000 tentara ke Rusia.

Gedung Putih juga mengonfirmasi pada hari Rabu bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia.

“Menurut penilaian kami, setidaknya 3.000 tentara telah dikirim ke wilayah timur Rusia dari awal hingga pertengahan Oktober,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby. 

“Menurut penilaian kami, tentara-tentara ini melakukan perjalanan dengan kapal dari area Wonsan di Korea Utara menuju Vladivostok di Rusia…. Kami belum yakin apakah tentara-tentara ini akan bertempur bersama militer Rusia, tetapi itu pasti sebuah kemungkinan yang sangat mengkhawatirkan. Setelah menyelesaikan pelatihan, tentara ini mungkin akan pergi ke barat Rusia untuk berperang dengan tentara Ukraina,” tambahnya.

Pada bulan Februari 2022, Rusia mulai menginvasi Ukraina, dan konflik ini telah berkembang menjadi perang yang menguras sumber daya, dengan kedua belah pihak mengalami banyak korban. Austin menyatakan bahwa jika tentara Korea Utara dikerahkan untuk bertempur, ini mungkin lebih lanjut membuktikan adanya masalah tenaga manusia di angkatan bersenjata Rusia. 

Di Roma Austin mengatakan : “Ini mungkin menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi (Putin) mungkin lebih besar daripada yang dipikirkan kebanyakan orang.” 

Badan Intelijen Nasional Korea Selatan minggu lalu menyatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan badan intelijen Ukraina, menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk mengidentifikasi perwira Korea Utara yang mendukung angkatan bersenjata Rusia dalam meluncurkan rudal Korea Utara di wilayah Donetsk, Ukraina timur. 

Sementara itu , Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan pada hari Senin di platform media sosial X bahwa jika Korea Utara mengirim pasukan ke Ukraina untuk bertempur atas nama Rusia, konflik tersebut akan meningkat secara signifikan.(jhn/yn)

Menanggapi Permintaan Keluarga Korban Fentanil, Anggota Parlemen AS Mendesak Penyelidikan Terhadap Tiongkok

0

EtIndonesia. Pada Rabu (23/10), Senator Demokrat dari Wisconsin, Tammy Baldwin, mendesak Perwakilan Perdagangan AS, Katherine Tai, untuk menyelidiki peran Tiongkok dalam krisis fentanil.

Sebelumnya, beberapa keluarga korban yang meninggal akibat overdosis obat opiat sintetis telah mengajukan petisi yang meminta tarif dikenakan pada barang-barang Tiongkok. 

Menurut laporan Reuters, petisi ini diajukan pada Selasa (17/10) berdasarkan Pasal 301 UU Perdagangan tahun 1974, yang memungkinkan AS memberikan sanksi terhadap negara asing yang melanggar perjanjian perdagangan atau merugikan bisnis AS. 

Keluarga-keluarga ini berharap untuk mengambil tindakan perdagangan balasan, termasuk memberlakukan tarif setidaknya sebesar 50 miliar dolar AS pada barang-barang Tiongkok. Berdasarkan data pemerintah, hampir 500.000 orang Amerika telah meninggal akibat overdosis obat opiat sintetis dalam dekade terakhir. 

Dalam petisi tersebut, keluarga korban menuduh Tiongkok gagal mengontrol ekspor bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi fentanil ilegal, yang telah menyebabkan AS kehilangan triliunan dolar dalam produktivitas, meningkatkan pengeluaran medis, dan mengalami kerugian lainnya.

Meksiko tahun lalu menyatakan bahwa fentanil yang dikirimkan ke AS oleh kartel narkoba Meksiko bukan diproduksi di Meksiko tetapi diimpor dari Tiongkok, kemudian diolah menjadi pil untuk memudahkan penyelundupan. 

Laporan penyelidikan yang diterbitkan oleh Komite Khusus DPR AS tentang Tiongkok pada bulan April lalu menyebutkan bahwa 97% fentanil ilegal yang masuk ke AS berasal dari Tiongkok. 

Overdosis fentanil telah menjadi penyebab utama kematian bagi orang Amerika berusia 18 hingga 45 tahun, dengan lebih dari 107.000 orang Amerika meninggal tahun lalu, termasuk putri mantan Wakil Presiden AS Dick Cheney, yang juga mantan penasihat keamanan nasional, yang menyatakan akan menggunakan sisa hidupnya untuk melawan Tiongkok.

Dalam suratnya pada hari Rabu, Baldwin mendesak Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) untuk memulai penyelidikan menyeluruh dan mempertimbangkan tindakan pemulihan untuk “mengatasi” kebijakan dan tindakan Tiongkok yang merugikan ekonomi dan rakyat Amerika. Dia mengatakan bahwa Tiongkok, dengan mengekspor fentanil ke AS, menciptakan perpecahan dan menghancurkan komunitas di setiap negara bagian. 

“Fentanil hari ini akan menjadi sesuatu yang lain besok,” katanya, menambahkan bahwa fentanil harus diperlakukan sebagai senjata pemusnah massal. Mengekspor fentanil adalah salah satu cara paling efektif bagi Tiongkok untuk mengungguli AS.

Awal tahun ini, Baldwin telah mendesak USTR untuk menerima petisi Pasal 301 yang diajukan oleh serikat pekerja, yang menuduh Tiongkok memberikan dukungan tidak adil kepada industri galangan kapalnya. 

USTR telah memulai penyelidikan atas hal ini. Saat ini, Baldwin menghadapi persaingan sengit di negara bagian swing Wisconsin dari calon Senat AS dari Partai Republik, Eric Hovde. Petisi ini diajukan menjelang pemilihan presiden AS yang akan diadakan pada 5 November, di mana fentanil telah menjadi isu kunci. 

Mantan Presiden dari Partai Republik, Trump, kerap mengkritik krisis fentanil dan bersumpah untuk mengambil tindakan keras, termasuk aksi militer terhadap kartel narkoba Meksiko. Sementara calon dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, berjanji akan menargetkan rantai pasokan fentanil global untuk mencegah fentanil jadi masuk ke AS dari Meksiko. (jhn/yn)

AS Berikan Bantuan Militer Baru Senilai Rp 6,2 Triliun kepada Ukraina, Korsel Kecam Korut karena Kirim Pasukan untuk Bantu Rusia

Pada Senin (21 Oktober), Amerika Serikat mengumumkan bantuan baru sebesar $400 juta atau setara Rp 6.2 Triliun kepada Ukraina. Di saat yang sama, Korea Selatan mengutuk Korea Utara karena mengirimkan pasukan untuk membantu Rusia dalam invasinya ke Ukraina dan memanggil Duta Besar Rusia di Korea Selatan untuk menyampaikan protes resmi.

ETIndonesia. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengunjungi Kyiv pada Senin dan mengumumkan paket bantuan militer baru untuk Ukraina.

“Hari ini, dengan senang hati saya mengumumkan bahwa presiden telah berkomitmen pada paket bantuan senilai $400 juta untuk mendukung pasukan Anda dengan lebih banyak amunisi, kendaraan lapis baja, dan senjata anti-tank,” ujarnya.

Beberapa jam sebelum kedatangan Austin, pasukan Rusia melancarkan serangan drone baru ke Kyiv.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, “Berdasarkan percakapan terakhir kami, saya merasa itu adalah percakapan yang sangat positif. Saya dan Presiden Biden telah mendiskusikan banyak masalah melalui telepon.”

Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa dari Minggu malam (20 Oktober) hingga Senin dini hari, Rusia meluncurkan tiga rudal dan lebih dari 100 drone ke Ukraina.

Pada  Sabtu (19 Oktober), Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sibiga dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot mengadakan pertemuan di Kyiv. Dalam konferensi pers, mereka memperingatkan bahwa keterlibatan pasukan Korea Utara dalam pertempuran di garis depan Rusia di Ukraina dapat meningkatkan intensitas perang.

Barrot menyatakan bahwa jika Korea Utara terlibat dalam perang, hal itu tidak hanya akan meningkatkan skala konflik Rusia-Ukraina tetapi juga dapat menarik Asia ke dalam perang.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, mengatakan: “Kami telah berdiskusi dengan mitra Ukraina mengenai topik ini, dan jika hal ini terbukti benar, itu tidak akan mengejutkan, karena dukungan Korea Utara terhadap upaya perang Rusia sudah diketahui secara luas.”

Pada  Senin, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengutuk pengiriman pasukan Korea Utara untuk membantu Rusia dalam invasi ke Ukraina dan menyerukan segera dihentikannya tindakan ilegal tersebut.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Jeon Ha-kyu, mengatakan: “Keterlibatan Korea Utara dalam perang agresi Rusia melanggar resolusi PBB dan harus dikutuk oleh komunitas internasional. Selain itu, tindakan ini menimbulkan ancaman serius bagi keamanan negara dan rakyat kami.”

Selain itu, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan memanggil Duta Besar Rusia di Korea Selatan untuk menyampaikan protes atas keterlibatan Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina.

Pada hari yang sama, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, membantah tuduhan bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia, tetapi mengakui bahwa Rusia sedang mengembangkan hubungan kemitraan dengan Korea Utara. (Jhon)