Home Blog Page 38

Menteri Keuangan G7 Berkumpul di Kanada, Fokus Bahas Isu Non-Tarif

EtIndonesia. Dari tanggal 20 hingga 22 Mei 2025, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) mengadakan pertemuan tahunan di Banff, Provinsi Alberta, Kanada. Pertemuan ini diselenggarakan di tengah polemik global terkait kebijakan tarif baru Presiden AS, Donald Trump, dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian ke isu-isu non-tarif dan menunjukkan semangat kebersamaan. Fokus utama pertemuan ini adalah memperkuat dukungan terhadap Ukraina, menghadapi kebijakan ekonomi non-pasar, serta bekerja sama dalam memerangi kejahatan keuangan lintas negara dan penyelundupan narkoba. Pertemuan ini juga menjadi langkah persiapan menuju KTT Pemimpin G7 yang akan berlangsung di Kananaskis pada bulan Juni mendatang.

Kebijakan Tarif Trump Picu Kontroversi

Kebijakan tarif baru Presiden Trump menjadi isu utama yang mendominasi pertemuan. Jepang, Jerman, Italia, dan Prancis menghadapi kenaikan tarif “resiprokal” hingga lebih dari 20% mulai Juli. Inggris terkena dampak tarif sebesar 10%, sementara Kanada menghadapi tekanan dari tarif ekspor sebesar 25%. 

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa kebijakan tarif ini bertujuan untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan global, dengan fokus utama pada subsidi dan kelebihan kapasitas produksi Tiongkok. Dia memperingatkan bahwa jika dalam masa tenggang 90 hari tidak tercapai kesepakatan dagang, maka tarif akan kembali diberlakukan secara penuh.

Bessent dipandang sebagai sosok moderat dalam agenda perdagangan Trump. Mantan pejabat Departemen Keuangan AS, Mark Sobel, mengatakan bahwa para Menkeu G7 akan mendorong Bessent untuk mendorong kebijakan dagang yang lebih fleksibel. 

Dalam wawancara dengan CNN, Bessent menegaskan bahwa AS bersedia bernegosiasi untuk menurunkan tarif dengan negara-negara seperti Jepang, namun akan menerapkan tarif lebih tinggi terhadap negara-negara yang dinilai tidak bernegosiasi dengan itikad baik. 

Meski isu tarif menimbulkan perbedaan pandangan, Kanada sebagai tuan rumah bertekad mendorong lahirnya pernyataan bersama yang menekankan semangat kerja sama G7.

Alih Fokus ke Isu Non-Tarif

Untuk menghindari terulangnya ketegangan seperti dalam pertemuan G7 tahun 2018 yang diwarnai kontroversi tarif baja dan aluminium (dijuluki “G6+1”), fokus diskusi dialihkan ke isu-isu non-tarif. Draf pernyataan bersama diperkirakan akan mencakup tiga target utama:

1. Memperkuat dukungan keuangan dan institusional terhadap Ukraina,

2. Menghadapi kebijakan ekonomi non-pasar seperti yang diterapkan Tiongkok,

3. Meningkatkan kerja sama dalam memerangi kejahatan keuangan lintas negara dan penyelundupan narkoba.

Menteri Keuangan Italia, Giancarlo Giorgetti, melalui media sosial menyebut bahwa tercapainya kesepakatan bersama merupakan “langkah yang sangat penting.”

Sementara itu, Menteri Keuangan Prancis, Eric Lombard, mengatakan: “Pertemuan G7 ini memperkuat keselarasan kita dalam mendukung Ukraina, mengurangi ketidakseimbangan global, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Yang terpenting adalah adanya kemajuan nyata.”

Meski belum tercapai konsensus penuh soal kebijakan terhadap Rusia, para pejabat menyatakan tengah berupaya keras agar pernyataan bersama dapat dikeluarkan sebelum penutupan pertemuan.

Ukraina Jadi Fokus Utama

Meski Ukraina bukan anggota G7, isu dukungan terhadap negara tersebut tetap menjadi prioritas pembahasan. Menteri Keuangan Ukraina, Sergii Marchenko, turut diundang menghadiri pertemuan ini. Uni Eropa sedang menyiapkan paket sanksi baru untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia. Italia mengusulkan agar negara-negara yang terlibat dalam membantu agresi Rusia dilarang ikut dalam proyek rekonstruksi Ukraina. Usulan ini sejalan dengan pernyataan sebelumnya dari Bessent.

Pejabat AS mengungkapkan bahwa Rusia saat ini mengimpor sejumlah besar material berteknologi ganda dari Tiongkok yang bisa digunakan untuk keperluan militer. Oleh karena itu, proposal Italia bisa berdampak langsung pada perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Namun, redaksi pernyataan bersama masih memicu perdebatan. Menurut Reuters, AS menginginkan frasa “invasi ilegal Rusia ke Ukraina” dihapus dari naskah, yang membuat hasil akhir pernyataan bersama masih belum pasti. Para delegasi juga sedang membahas kemungkinan penurunan batas harga minyak mentah Rusia dari 60 dolar per barel sebagai langkah memperkuat sanksi. Ekonom Daleep Singh dari Prudential Investment Management mengatakan bahwa isu sanksi minyak akan menjadi ujian nyata bagi kekompakan G7.

Debut Resmi Scott Bessent di G7

Pertemuan ini juga menandai penampilan resmi pertama Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS dalam forum G7. Sebelumnya, dia sempat hadir secara singkat dalam pertemuan G7 di sela-sela rapat IMF dan Bank Dunia bulan lalu di Washington, di mana dia disebut oleh para pejabat Eropa sebagai sosok yang “terbuka dan tidak kaku.”

Di Banff, Bessent mengadakan sejumlah pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Prancis, Eric Lombard, Menteri Keuangan Kanada, François-Philippe Champagne, dan Menteri Keuangan Jerman yang baru, Lars Klingbeil. Pejabat Jerman mengungkapkan bahwa diskusi dengan Bessent berlangsung konstruktif dan bahkan melebihi waktu yang dijadwalkan. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan di Washington dalam waktu dekat.

Membuka Jalan Menuju KTT G7 di Kananaskis

Menurut pejabat G7, hasil dari pertemuan di Banff ini akan menjadi fondasi penting bagi pertemuan tingkat tinggi G7 yang akan digelar di Kananaskis pada bulan Juni. Pernyataan bersama diperkirakan akan menegaskan dukungan luas terhadap perlawanan Ukraina atas invasi Rusia, meskipun komitmen finansial kali ini mungkin tidak akan sejelas pengumuman pinjaman 50 miliar dolar dalam KTT G7 Oktober 2024 lalu.

Tantangan utama dalam penyusunan pernyataan adalah bagaimana menyampaikan ketidakpastian ekonomi dan perlambatan investasi akibat kebijakan tarif Trump, tanpa secara langsung menyalahkan kebijakan tersebut.

Menteri Keuangan Kanada, François-Philippe Champagne menyatakan:“Melalui pertemuan ini, kami ingin mengirim pesan kuat kepada dunia bahwa G7 tetap mampu bekerja sama menghadapi tantangan geopolitik dan ekonomi.” (jhn/yn)

“Membongkar Dunia Mobil Listrik”: Dokumenter Mengungkap Fakta di Balik Revolusi EV

EtIndonesia. Di tengah dorongan global untuk mempercepat transisi energi dan seruan dari berbagai negara untuk melarang penjualan mobil berbahan bakar fosil, sebuah film dokumenter investigatif berjudul “Membongkar Dunia Mobil Listrik” (The Real EV Story) yang akan tayang perdana pada 23 Mei di platform GJW+ milik Clean World TV. Film ini mengupas secara menyeluruh peluang dan risiko yang tersembunyi di balik industri kendaraan listrik (EV).

Pendekatan Jujur dan Berimbang

Menurut laporan dari The Epoch Times, dokumenter ini dipandu oleh Larry Elder, tokoh radio nasional Amerika, penulis buku laris New York Times, sutradara dokumenter pemenang penghargaan, dan kandidat Presiden AS 2024. Film ini diproduksi bersama Impactful Pictures, sebuah rumah produksi nirlaba yang telah meraih berbagai penghargaan internasional.

Melalui wawancara mendalam dengan 27 pakar dari berbagai bidang, film ini mengkaji kendaraan listrik dari sudut pandang lingkungan, etika, hingga keamanan nasional. Berbeda dari film yang menyuarakan satu sisi narasi saja, dokumenter ini justru mengedepankan dialog yang jujur, terbuka, dan seimbang.

Dalam film ini, Elder mengendarai mobil klasik Mercedes miliknya, berkeliling ke kawasan pegunungan Hollywood, Pameran Mobil Los Angeles, dan ajang Electrify Expo, sembari mengajukan pertanyaan-pertanyaan tajam untuk menguak sisi tersembunyi dari industri EV.

“Film ini bukan sekadar tentang mobil,” kata Elder, “tapi tentang bagaimana kita menentukan bentuk masa depan kita. Sebelum membeli kendaraan listrik, kita harus memahami dampak dan tanggung jawab yang menyertainya.”

Di Balik Produksi: Tim dan Kredibilitas

·        Larry Elder dikenal luas di Amerika Serikat melalui acara radio The Larry Elder Show, yang disiarkan di lebih dari 300 stasiun radio di seluruh negeri. Dia juga dikenal sebagai figur yang berpengaruh dalam isu kebijakan publik dan sosial.

·        Mathias Magnason, sang sutradara, adalah pembuat film dokumenter berpengalaman dengan lebih dari 30 tahun kiprah di dunia sinema. Karyanya yang terkenal, The Origin of the Wuhan Virus, telah ditonton lebih dari 100 juta kali.

·        Impactful Pictures, rumah produksi film ini, berbasis di California dan berfokus pada pembuatan film-film yang bersifat edukatif dan menginspirasi, ramah keluarga, serta mendorong perubahan sosial yang positif. Tim ini telah memenangkan berbagai penghargaan internasional, dan karya-karyanya telah ditayangkan di seluruh dunia.

Mimpi Energi Hijau dan Tantangan Realitas

Mobil listrik telah menjadi simbol utama dalam visi transportasi masa depan. Banyak pemimpin kebijakan, termasuk Gubernur California, Gavin Newsom, telah mencanangkan larangan penjualan mobil berbahan bakar fosil pada tahun 2035.

Namun, “Membongkar Dunia Mobil Listrik” memperingatkan bahwa di balik transisi menuju mobil listrik yang tampak ideal, terdapat sejumlah tantangan serius yang belum banyak disadari oleh publik:

1. Dampak Lingkungan

·        Proses ekstraksi bahan tambang seperti lithium, kobalt, dan nikel dalam jumlah besar menimbulkan kerusakan ekosistem yang signifikan.

·        Limbah baterai EV juga berkontribusi pada krisis limbah elektronik yang mengancam lingkungan global.

2. Isu Etika

·        Praktik eksploitasi tenaga kerja anak di negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, tempat tambang kobalt berada, menjadi sorotan utama.

·        Film ini mengajak penonton merenungkan harga manusiawi di balik teknologi hijau.

3. Risiko Keamanan Nasional

·        Mobil listrik modern sangat tergantung pada sistem digital, yang membuatnya rentan terhadap serangan siber.

·        Ketergantungan pada Tiongkok untuk pasokan bahan mentah dan komponen teknologi juga dinilai sebagai ancaman strategis bagi kedaulatan negara-negara produsen EV.

Penutup: Film yang Mengajak Kita Bertanya, Bukan Menyimpulkan

Alih-alih menjadi propaganda anti-EV atau kampanye industri otomotif tradisional, “Membongkar Dunia Mobil Listrik” justru mengajak masyarakat untuk berpikir lebih dalam dan kritis terhadap revolusi kendaraan listrik.

Dengan menghadirkan fakta dari berbagai perspektif, dokumenter ini mengajak kita meninjau kembali keyakinan yang selama ini kita pegang mengenai keberlanjutan, teknologi, dan pilihan hidup kita sebagai konsumen dan warga dunia.

Film ini akan tayang perdana secara eksklusif pada 23 Mei di GJW+ Clean World TV, dan diharapkan menjadi perbincangan hangat di tengah meningkatnya perhatian terhadap energi hijau dan kebijakan lingkungan global. (jhn/yn)

Pria Tiongkok Setinggi 1,68 Meter Berkencan dengan Wanita Setinggi 2,2 Meter Meskipun Keluarganya Tidak Menyetujuinya, Pasangan Itu Mengharapkan Anak Segera

EtIndonesia. Sepasang suami istri di Tiongkok barat daya telah memicu diskusi panas tentang perbedaan tinggi badan di media sosial karena pria itu tingginya 1,68 meter dan wanitanya tingginya 2,2 meter.

Pasangan dari Chongqing itu adalah seorang pria, yang menggunakan alias Zihao, dan pacarnya, yang dijuluki Xiaoyue, telah terlibat asmara selama lebih dari dua tahun, Haibao News melaporkan.

Kisah mereka menarik perhatian ketika Xiaoyue merilis sebuah video di media sosial pada awal Mei yang mengumumkan bahwa dia hamil tiga bulan.

Mereka saling mengenal tiga tahun lalu ketika Xiaoyue melakukan streaming langsung dan Zihao meninggalkan komentar saat mengobrol dengannya.

“Kami saling tertarik. Kami mulai berkencan tidak lama setelah itu,” kata Zihao.

Zihao mengatakan perbedaan tinggi badan mereka yang mencolok “bukan hambatan besar” dalam kehidupan sehari-hari mereka. Usia mereka tidak disebutkan dalam laporan tersebut.

Pria itu mengatakan mereka menghadapi skeptisisme sejak awal hubungan mereka, dengan banyak orang percaya mereka tidak cocok satu sama lain.

“Semua anggota keluarga yang lebih tua keberatan saya berkencan dengannya karena tinggi badannya. Namun, kami berdua berpegang teguh pada komitmen kami bahwa kami akan bersama seumur hidup,” kata Zihao.

“Sekarang dia hamil. Saya akan merawatnya dengan baik,” tambahnya.

Dia mengatakan mereka berencana untuk mendaftarkan pernikahan mereka pada bulan Juni, tetapi belum banyak memikirkan upacara pernikahan.

“Pacar saya mengatakan pernikahan itu tidak penting. Dia mengatakan tidak apa-apa jika kita tidak mengadakan acara pernikahan,” kata Zihao.

Dalam klip video lain yang dirilis pada awal Mei, Xiaoyue mengatakan dia gugup bertemu dengan orangtua pacarnya.

“Zihao mengatakan dia ingin mengajak saya bertemu dengan orangtuanya. Saya belum pernah bertemu mereka sebelumnya. Saya tahu mereka selalu tidak menyukai saya,” katanya dalam klip tersebut.

Xiaoyue, yang berasal dari keluarga pedesaan, mengatakan dia dibesarkan oleh kakek-neneknya.

“Saya tidak tahu apa itu cinta orangtua. Saya mengandung bayi saya sendiri, dan saya berharap dapat memberikan cinta terbaik untuknya,” kata Xiaoyue.

Selama pemeriksaan pranatal, dokter mengatakan janinnya berkembang secara normal. Dokter mengatakan kepada Xiaoyue bahwa janinnya mungkin akan tumbuh hingga dua meter di masa mendatang.

Berita tersebut telah menarik perhatian media sosial di Tiongkok daratan.

“Bagus sekali mereka saling mencintai. Saya berharap mereka hidup bahagia dan harmonis seumur hidup,” kata seorang netizen.(yn)

Sumber: scmp

Pria Cacat di Tiongkok Menginspirasi Banyak Orang dengan Memulai Sekolah Dasar di Usia 16 Tahun, Sekolah Kedokteran di Usia 25 Tahun

EtIndonesia. Seorang pria Tiongkok dengan cerebral palsy telah menginspirasi banyak orang dengan mengejar mimpinya dengan tekun, menjadi siswa sekolah dasar di usia 16 tahun, dan kemudian masuk sekolah kedokteran di usia 25 tahun.

Sekarang berusia 37 tahun, Li Chuangye, dari Provinsi Henan di Tiongkok tengah, telah membuka klinik kecil di Provinsi Yunnan di Tiongkok barat daya, memenuhi mimpinya untuk menjadi seorang dokter.

Li mengidap cerebral palsy di usia satu tahun. Sayangnya, karena kurangnya perawatan yang tepat waktu, dia harus berjalan dengan gaya jongkok sepanjang hidupnya.

Orangtua Li menghabiskan tabungan keluarga untuk perawatannya. Setelah operasi yang gagal di usia sembilan tahun, Li memutuskan bahwa dia tidak ingin membebani keluarganya lagi dan mencari seorang pria yang berjanji untuk memberinya pekerjaan.

Sayangnya, dia ditipu oleh pria ini, yang mengeksploitasi anak-anak cacat untuk mengemis, mengambil untung dari penderitaan mereka.

Sejak usia sembilan hingga 16 tahun, Li dipaksa mengemis di jalanan, dengan penghasilan hanya 100 yuan (sekitar Rp 210 ribu) per bulan.

Dia dibebaskan pada usia 16 tahun karena pria itu menganggapnya terlalu tua untuk menarik simpati.

Suatu hari, Li menyadari bahwa dia sama sekali buta huruf; dia bahkan tidak bisa membaca koran. Dia bertekad untuk mengubah hidupnya melalui pendidikan.

Li mendaftar di Kelas 2 di sekolah dasar dan dengan cepat masuk ke perguruan tinggi kedokteran pada usia 25 tahun pada tahun 2013. Dia belajar dengan tekun dan diterima di program klinis di sebuah universitas pada tahun 2016.

Berdedikasi pada bidang kedokteran, Li menjadikan dirinya sebagai studi kasus tentang cerebral palsy bagi teman-teman sekelasnya. Pada tahun 2014, pada hari ulang tahunnya, dia berjanji untuk menyumbangkan tubuhnya untuk penelitian medis setelah kematiannya.

Lulus pada usia 31 tahun pada tahun 2019, Li mulai bekerja sebagai editor untuk sebuah perusahaan medis, yang didukung oleh universitasnya.

Namun, dia mengundurkan diri beberapa bulan kemudian, menyadari bahwa cita-citanya yang sebenarnya adalah menjadi seorang dokter.

Meskipun menghadapi tantangan akibat disabilitasnya, Li berhasil mendapatkan magang di sebuah klinik komunitas di Henan sambil mempersiapkan diri untuk ujian lisensi medisnya.

Li menyebutkan bahwa dia tidak berharap untuk bekerja di rumah sakit besar tetapi merasa puas melayani tetangganya di sebuah klinik kecil.

Dia pindah ke Provinsi Yunnan, yang iklimnya menyenangkan sepanjang tahun, untuk menjalankan kliniknya sendiri.

Li juga sangat menyukai panjat gunung. Pada tahun 2016, dia mendaki Lima Gunung Suci (Wuyue) dan Gunung Huang di Tiongkok, menyelesaikan perjalanan itu sendirian.

Selama upaya ini, dia menghabiskan enam pasang sepatu, 12 pasang celana panjang, dan 16 pasang sarung tangan, sehingga dia membutuhkan total 17 hari untuk menaklukkan keenam puncak tersebut.

Dia membutuhkan waktu lima hari empat malam untuk mendaki Gunung Tai, gunung paling timur di Wuyue, yang tingginya mencapai 1.545 meter.

Li, yang tingginya tetap 80 cm saat dewasa, mengungkapkan bahwa dia mendaki gunung untuk menikmati pemandangan dari sudut pandang yang lebih tinggi.

Dia terus mendaki gunung dan menyiarkan langsung perjalanannya untuk menginspirasi penyandang disabilitas lainnya.

Selain itu, dia bertemu dengan pacarnya secara daring. Yu, yang satu tahun lebih tua darinya, tersentuh oleh semangatnya dan menjalin hubungan dengannya.

Oktober lalu, Yu mendaki ke puncak Gunung Tai sambil menggendong Li di punggungnya, menunjukkan komitmennya untuk selalu berada di sisinya terlepas dari kesehatannya.

“Musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri. Kegagalan dan kesulitan adalah anak tangga di jalan kita. Teruslah maju, dan Anda akan melihat impian Anda menjadi kenyataan,” kata Li.

“Sungguh karakter yang hebat!” komentar seorang pengamat daring.

“Musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri. Sahabat terbaik seseorang juga adalah dirinya sendiri,” komentar yang lain.(yn)

Sumber: scmp

Anugerah Penghargaan Misi Kemanusiaan Pascabencana Vanuatu dan Myanmar

0

EtIndonesia– Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para personel yang bertugas di panggung internasional, tepatnya pascabencana yang menerjang negara Vanuatu dan Myanmar beberapa waktu lalu. 

Anugerah piagam penghargaan disematkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5/2025). 

Secara simbolis, Pratikno memberikan piagam kepada Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia Brigjen Pol (Purn) Ary Laksmana, perwakilan INASAR dan Tim Cadangan Kesehatan Emergency Medical Team (TCK-EMT) yang menyelesaikan misi kemanusiaan pascagempa M7,7 Myanmar. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menyampaikan pidatonya, di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Di samping itu, penghargaan juga diterima perwakilan TCK-EMT yang bertugas pascabencana gempa di Vanuatu. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyampaikan, “Atas nama Pemeritah kami mengucapkan terima kasih kepada bapak-ibu semuanya yang bekerja keras untuk kemanusiaan.”

Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M.,menyampaikan pidatonya di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Pratikno menambahkan, hal tersebut tentu berkontribusi besar untuk Indonesia. Ia mencontohkan bantuan kemanusiaan in dapat meningkatkan hubungan dua negara, baik Vanuatu dan Myanmar. Di sisi lain, Pratikno meyakini para korban bencana di dua negara tersebut tentu berterima kasih atas pengabdian dan ketulisan dari tim INASAR dan TCK-EMT.  

“Bisa dibayangkan seorang korban yang tertimbun di reruntuhan gempa, misalnya, pasti dia mengharapkan adanya pertolongan. Bapak-ibu adalah tangan Tuhan yang datang untuk menolong mereka,” tambahnya dalam siaran pers BNPB. 

Menurutnya, misi kemanusiaan ini dapat meningkatkan reputasi Indonesia di mata internasional. Terlebih dengan dukungan tim INASAR dan TCK-EMT, reputasi itu semakin baik.  

Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto menyampaikan bantuan kemanusiaan ke Myanmar merupakan bantuan terbesar kedua yang pernah dikirimkan Pemerintah Indonesia. 

“Bantuan kemanusiaan Indonesia ke Myanmar ini merupakan bantuan yang terbesar kedua yang pernah Indonesia berikan ke luar negeri sejak Indonesia merdeka,” ungkap Kepala BNPB. 

Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M., mendampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menyerahkan piagam penghargaan kepada perwakilan personel Tim Delegasi Bantuan Kemanusiaan Vanuatu dan Myanmar, di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Suharyanto mengatakan, bantuan besar ini tidak hanya dari segi jumlah personel tetapi juga peralatan dan barang bantuan, yang diberikan dari unsur pemerintah dan swasta. Kepala BNPB juga  mengungkapkan, Presiden Prabowo Subianto turut mengapresiasi kinerja seluruh tim yang terlibat dalam misi kemanusiaan. 

“Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh personel yang bergabung dalam misi kemanusiaan ini (Vanuatu dan Myanmar),” tutupnya. 

INASAR merupakan tim yang memiliki kualifikasi sebagai urban search and rescue di bawah komando Basarnas. Pascabencana gempa M7,7 Myanmar yang terjadi pada 28 Maret 2025 lalu, Pemerintah Indonesia mengerahkan 61 personel dan dua satwa. 

Sedangkan TCK-EMT merupakan tim medis yang terdiri dari berbagai organisasi di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. Sebanyak 15 personel TCK-EMT dikerahkan untuk memberikan pelayanan kesehatan pasca bencana gempa M7,3 pada 17 Desember 2024 silam dan 35 personel medis untuk gempa Myanmar.  (asr)

Wanita Prancis Terjebak dalam Aksen Inggris Setelah Operasi Amandel

EtIndonesia. Seorang wanita berusia 47 tahun dari Prancis Barat telah berbicara dengan aksen Inggris yang khas sejak dia menjalani operasi pengangkatan amandel 14 tahun yang lalu.

Laetitia, seorang kasir dari Montval-sur-Loir, di Departemen Sarthe Prancis, tidak berbicara bahasa Inggris. Dia hanya tahu beberapa kata dasar yang dipelajarinya di sekolah beberapa dekade yang lalu, tetapi mendengarnya berbicara dalam bahasa ibunya akan membuat Anda percaya bahwa dia lahir di Inggris.

Selama 14 tahun, Laetitia telah berbicara dengan aksen Inggris yang membuat kebanyakan orang mengira dia adalah orang Anglo-Saxon. Namun kenyataannya jauh lebih aneh – wanita berusia 47 tahun itu telah terjebak dalam aksen Inggrisnya sejak dia bangun dari operasi pengangkatan amandel.

Anak-anaknya telah menjalani prosedur yang sama sebelumnya, dan mereka berbicara dengan suara sengau, tetapi hilang setelah beberapa hari, jadi dia tidak terlalu khawatir pada awalnya, tetapi seiring berlalunya minggu, aksennya yang aneh tetap terasa kuat.

“Ketika saya bangun, saya memiliki aksen ini,” Laetitia baru-baru ini memberi tahu Le Petit Courrier. “Saya menemui dokter bedah di sana setelah operasi. Dia tidak menyebutkan masalah tertentu, jadi saya tidak khawatir. Saya kemudian pergi ke janji temu pascaoperasi tiga minggu kemudian. Dia mengatakan kepada saya, ‘Semuanya baik-baik saja, semuanya baik-baik saja.’ Saya bertanya kepadanya kapan saya akan mendapatkan suara saya kembali. Ia menjawab, ‘Anda harus bersabar.'”

Tiga bulan kemudian, dia pergi menemui dokter lagi dan mengatakan kepadanya bahwa dia sudah cukup sabar, tetapi dia ingin suaranya yang lama kembali.

Awalnya, dokter tidak mengerti apa yang dikatakannya, dan ketika dia memberi tahu kepadanya tentang aksen Inggrisnya, dokter bertanya kepadanya, ‘Bukankah Anda orang Anglo-Saxon?’ Bahkan dokter itu tidak percaya bahwa dia tidak berbicara bahasa Inggris dengan baik, tetapi hanya memiliki aksen yang aneh ini.

“Saat diperiksa, semuanya normal. Saya tidak tahu harus berkata apa; Anda adalah misteri bagi sains,” kata dokter kepada Laetitia.

Selama bertahun-tahun, Laetitia menemui beberapa dokter, termasuk dokter spesialis THT, tetapi tidak seorang pun dapat memberi tahu dia mengapa dia memiliki aksen Inggris atau apakah ada cara untuk menghilangkannya.

Dia akhirnya didiagnosis dengan Sindrom Aksen Asing, suatu kondisi yang sangat langka yang dapat disebabkan oleh kecelakaan, stroke, atau operasi. Catatan medis Laetita menunjukkan bahwa selama operasi amandelnya, suatu area otak kurang mendapat irigasi, yang mungkin menyebabkan aksen Inggrisnya.

Meskipun dia masih menginginkan kembali suaranya yang lama, dan beberapa orang mengira dia mempermainkan mereka, terutama anggota keluarga yang sudah lama tidak berbicara dengannya, Laetitia sudah terbiasa dengan aksennya yang tidak biasa. Itu adalah bagian dari dirinya sekarang, jadi dia sudah mulai menerimanya. (yn)

Sumber: odditycentral

Studi : Kurang Tidur Tiga Malam Saja Dapat Membahayakan Jantung Anda

EtIndonesia. Meskipun Anda dalam kondisi prima, kurang tidur selama beberapa malam saja dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke, menurut penelitian baru dari Swedia.

Sebuah tim di Universitas Uppsala menemukan bahwa kurang tidur dalam jangka pendek pun dapat memicu perubahan dalam tubuh yang terkait dengan penyakit jantung. Tidak perlu banyak usaha — kurang tidur selama beberapa malam saja dapat memicu perubahan tersebut.

Dr. Jonathan Cedernaes, yang memimpin penelitian tersebut, menjelaskan: “Sayangnya, hampir setengah dari seluruh warga Swedia secara teratur mengalami gangguan tidur, dan ini khususnya umum terjadi di kalangan pekerja shift. Itulah sebabnya kami ingin mencoba mengidentifikasi mekanisme yang memengaruhi bagaimana kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan akhirnya adalah untuk mengidentifikasi peluang untuk mengatasi masalah ini.”

Masalah tidur menjadi perhatian yang berkembang di seluruh dunia. Penelitian besar telah menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur lebih mungkin menderita serangan jantung, stroke, dan detak jantung tidak teratur.

Untuk menggali lebih dalam, dr. Cedernaes dan timnya mempelajari bagaimana kurang tidur memengaruhi protein tertentu dalam darah yang terkait dengan penyakit jantung. Penelitian ini melibatkan 16 pria muda yang sehat dengan berat badan normal dan tidak memiliki masalah tidur.

Mereka tinggal di laboratorium tidur dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat — makanan, gerakan, dan bahkan tingkat aktivitas semuanya dipantau. Dalam satu bagian penelitian, para pria tidur selama 8,5 jam setiap malam selama tiga malam. Di bagian lain, mereka hanya tidur sekitar 4 jam per malam.

Tes darah mengungkapkan bahwa peserta yang kurang tidur menunjukkan tanda-tanda peningkatan peradangan dan perubahan pada hampir 90 protein — meskipun mereka, seperti yang dikatakan para peneliti, “sebelumnya sangat sehat.”

Para peneliti menulis: “Temuan kami berdasarkan kondisi laboratorium yang sangat terstandarisasi, menunjukkan bahwa bahkan pembatasan tidur jangka pendek dapat menghasilkan profil biomarker yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.”

Banyak protein yang mereka identifikasi telah dikaitkan dengan masalah jantung seperti gagal jantung dan penyakit arteri koroner.

Dr. Cedernaes menambahkan: “Banyak penelitian besar yang telah dilakukan mengenai hubungan antara kurang tidur dan risiko penyakit kardiovaskular umumnya berfokus pada individu yang sedikit lebih tua yang sudah memiliki peningkatan risiko penyakit tersebut. Itulah sebabnya menarik bahwa kadar protein ini meningkat dengan cara yang sama pada individu yang lebih muda dan sebelumnya sangat sehat setelah hanya beberapa malam kurang tidur. Ini berarti penting untuk menekankan pentingnya tidur bagi kesehatan kardiovaskular, bahkan di awal kehidupan.”

Para peneliti juga mengamati bagaimana kurang tidur dapat memengaruhi manfaat olahraga. Beberapa perubahan positif dari aktivitas fisik masih terjadi — bahkan dengan kurang tidur — tetapi yang lainnya tidak.

Mereka sebelumnya menemukan bahwa berolahraga dengan sedikit tidur dapat memberi tekanan ekstra pada sel-sel otot jantung.

Namun, dr. Cedernaes menegaskan: “Dengan penelitian ini, kami telah meningkatkan pemahaman kami tentang peran jumlah tidur yang kita dapatkan dalam kesehatan kardiovaskular. Penting untuk dicatat bahwa penelitian juga menunjukkan bahwa latihan fisik dapat mengimbangi setidaknya beberapa efek negatif yang dapat disebabkan oleh kurang tidur. Namun, penting juga untuk dicatat bahwa olahraga tidak dapat menggantikan fungsi penting tidur.”

Dia juga mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian: “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki bagaimana efek ini mungkin berbeda pada wanita, orang lanjut usia, pasien dengan penyakit jantung, atau mereka yang memiliki pola tidur yang berbeda. Penelitian kami yang sedang berlangsung diharapkan dapat membantu mengembangkan pedoman yang lebih baik tentang bagaimana tidur, olahraga, dan faktor gaya hidup lainnya dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit kardiovaskular dengan lebih baik.” (yn)

Sumber: thoughtnova

2 Staf Kedutaan Israel Tewas dalam Penembakan di Washington Dekat Museum Yahudi

 FBI Menyatakan Serangan Ini Sedang Diselidiki sebagai Dugaan Kejahatan Ujaran Kebencian 

EtIndonesia. Dua anggota staf Kedutaan Besar Israel di Washington ditembak dan tewas pada Rabu, 21 Mei 2025  di dekat sebuah museum Yahudi, demikian yang disampaikan oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem.

“Dua staf Kedutaan Besar Israel secara tidak masuk akal dibunuh malam ini di dekat Museum Yahudi di Washington DC. Kami sedang menyelidiki secara aktif dan berupaya mendapatkan lebih banyak informasi untuk dibagikan,” kata Noem dalam sebuah unggahan di X. “Mohon doanya untuk keluarga para korban.”

“Kami akan membawa pelaku biadab ini ke pengadilan,” tambah Noem.

Dalam konferensi pers yang diadakan oleh Kepolisian Metropolitan D.C., seorang agen FBI yang menangani kasus ini mengumumkan bahwa FBI sedang menyelidiki kemungkinan adanya kejahatan ujaran kebencian.

Ia mengatakan bahwa seorang tersangka telah ditahan, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Jaksa Agung Amerika Serikat Pam Bondi menyatakan dalam sebuah unggahan di X bahwa ia berada di lokasi kejadian bersama Jaksa AS Jeanine Pirro, jaksa tertinggi di Distrik Columbia.

Danny Danon, Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyebut penembakan ini sebagai “tindakan terorisme anti-Semit yang biadab.”

“Melukai komunitas Yahudi berarti telah melewati garis merah. Kami yakin bahwa otoritas AS akan mengambil tindakan tegas terhadap pihak yang bertanggung jawab atas tindakan kriminal ini,” ujar Danon dalam sebuah unggahan di X. “Israel akan terus bertindak tegas untuk melindungi warga dan perwakilannya—di mana pun di dunia.”

Presiden Donald Trump menyampaikan belasungkawanya kepada keluarga para korban.

“Pembunuhan mengerikan di D.C. ini, yang jelas-jelas bermotif antisemitisme, harus dihentikan, SEKARANG! Kebencian dan radikalisme tidak punya tempat di AS,” tulisnya dalam sebuah unggahan di Truth Social. (asr)

Perut Burung-burung di Pulau di Australia Begitu Penuh dengan Plastik Hingga Berderak Saat Ditekan

EtIndonesia. Ilmuwan Australia telah menemukan bahwa burung-burung berkantung di Pulau Lord Howe memiliki begitu banyak plastik di perut mereka sehingga mereka berderak dan berderak saat ditekan.

Lord Howe, sebuah pulau vulkanik kecil di pantai timur Australia, adalah rumah bagi sekitar 500 manusia dan lebih dari 44.000 burung puffin, alias burung berkantung, spesies burung laut bersayap panjang. Itu adalah salah satu tempat terakhir yang Anda duga akan terdampak oleh sampah plastik, tetapi para ilmuwan Australia telah membuat penemuan yang mengejutkan – burung-burung di Pulau Lord Howe begitu penuh dengan plastik sehingga perut kecil mereka mengeluarkan suara berderak saat ditekan.

Bulan lalu, sebuah tim mengarahkan seekor burung berkantung dan menemukan bahwa hampir seperlima dari seluruh berat tubuhnya adalah plastik. Hingga saat itu, jumlah plastik terbanyak yang pernah mereka temukan pada seekor burung adalah 403 buah pada tahun 2024, tetapi rekor itu terpecahkan pada kunjungan terakhir mereka ke pulau itu.

“Dengan berat hati saya sampaikan bahwa baru kemarin kita memecahkan [rekor] itu, dan pemegang rekor baru kita adalah 778 potongan plastik di dalam tubuh anak burung laut berusia 80 hari, di salah satu sudut paling asri di planet kita,” kata Dr. Jen Lavers, yang telah mempelajari burung-burung di Pulau Lord Howe selama 18 tahun.

“Menyaksikannya secara langsung, sungguh luar biasa,” imbuh Lavers. “Kini ada begitu banyak plastik di dalam tubuh burung sehingga Anda dapat merasakannya di bagian luar hewan tersebut saat masih hidup. Saat Anda menekan perutnya… Anda mendengar potongan-potongan plastik saling bergesekan.”

Para ilmuwan berusaha meningkatkan kesadaran tentang bahaya yang ditimbulkan plastik tidak hanya bagi burung-burung di Pulau Lord Howe, tetapi juga bagi semua burung di planet ini, tetapi mereka tidak melebih-lebihkan sedikit pun. Untuk membuktikan bahwa Anda benar-benar dapat mendengar plastik di dalam burung puffin, mereka merekam suara perut salah satu burung tersebut saat ditekan.

“Burung-burung ini punya cerita yang sangat penting untuk diceritakan, dan apa yang mereka ceritakan kepada kita adalah bahwa populasi mereka sedang menurun, dan jumlah plastik yang mereka konsumsi semakin meningkat,” Dr. Lavers memperingatkan.(yn)

Sumber: odditycentral

Simulasi Penyerbuan Istana Kepresidenan Taiwan, Lokasi Latihan Rahasia Militer PKT Terungkap

Ketegangan di Selat Taiwan terus meningkat, dan rencana PKT untuk menyerang Taiwan secara militer kembali terungkap. Media Jepang menemukan bahwa tentara PKT telah membangun sebuah kota di gurun Mongolia Dalam yang dibuat menyerupai kawasan Bo’ai di Taipei, lokasi Istana Kepresidenan Taiwan. Para ahli memperkirakan langkah ini bertujuan untuk melatih pasukan PKT mengenali medan, sehingga saat menyerang Taiwan mereka bisa dengan cepat menguasai istana presiden.

EtIndonesia.  Japan News Network baru-baru ini merilis sebuah video berdurasi sekitar 13 menit yang menyebutkan bahwa dalam citra satelit Google dari tahun lalu, tampak strategi militer PKT untuk menyerang Taiwan. Di gurun Mongolia Dalam terlihat sebuah kota kecil lengkap dengan jalan dan berbagai bangunan.

Secara resmi, lokasi ini dinamakan “Lapangan Tembak Zuo Qi, Alxa, Mongolia Dalam”, namun jurnalis Jepang yang membandingkannya menemukan bahwa kota kecil ini sebenarnya adalah tiruan dari kawasan di Taipei. Model tiruannya adalah kawasan Bo’ai di sekitar Istana Kepresidenan Taiwan. Bila dibandingkan dengan peta online Taipei, terlihat bahwa tata letak jalan di kedua tempat sangat mirip.

Wartawan Jepang yang baru-baru ini melakukan kunjungan ke kawasan Bo’ai di Taipei menemukan bahwa di sepanjang jalan terdapat banyak kantor lembaga penting Taiwan, termasuk Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kehakiman, dan di ujungnya adalah Istana Kepresidenan.

Selain kunjungan langsung, wartawan juga menggunakan alat pengukur jarak dan menemukan bahwa panjang total jalan di kawasan Bo’ai Taipei adalah 973 meter, sementara di versi tiruan di Mongolia Dalam hanya berbeda 2 meter, yakni 971 meter.

Mengenai tujuan pembuatan replika kawasan Bo’ai ini, Zhong Zhidong, peneliti di Institut Riset Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan kepada media Jepang bahwa PKT membangun kawasan tiruan ini untuk membiasakan tentaranya dengan lingkungan sekitar Istana Kepresidenan Taiwan, sehingga saat melancarkan serangan, mereka dapat dengan cepat mencapai lokasi dan melumpuhkan lembaga pemerintahan Taiwan.

Zhong juga menyebutkan bahwa di depan Monumen Chiang Kai-shek terdapat Lapangan Liberty seluas 250.000 meter persegi, sebuah area terbuka yang sangat luas. Jika pasukan terjun payung PKT mendarat di sana, area tersebut cukup untuk menampung satu kesatuan militer penuh. Setelah mendarat, pasukan PKT bisa segera bergerak menuju Istana Kepresidenan.

Ia menegaskan bahwa citra satelit ini sekali lagi membuktikan bahwa Istana Kepresidenan Taiwan adalah target utama dalam rencana serangan PKT ke Taiwan.

Selain itu, jurnalis Jepang juga menemukan bahwa di Pelabuhan Pulau Shangchuan, Kota Jiangmen, Provinsi Guangdong, terdapat sejumlah kapal nelayan besar yang dilengkapi dengan meriam air bertekanan tinggi. Seorang awak kapal mengungkapkan bahwa kapal-kapal ini selain digunakan untuk menangkap ikan, juga memiliki fungsi sebagai kapal milisi.

Pakar militer Jepang Kohara Bonsai menganalisis bahwa jika Taiwan diserang, kapal-kapal milisi ini kemungkinan besar akan menjadi yang pertama bergerak, menggunakan kedok sebagai aktivitas sipil untuk melakukan gangguan terhadap Taiwan, serta menghambat campur tangan militer Amerika Serikat. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Israel Terus Memperluas Serangannya di Gaza: Tidak Ada Campur Tangan Asing dalam Pertempuran untuk Bertahan Hidup

Pada 20 Mei, Israel melanjutkan perluasan serangannya ke Jalur Gaza. Sementara itu, semakin banyak bantuan internasional mulai masuk ke Gaza. Sebagai sekutu, Inggris menyatakan ketidakpuasan terhadap aksi militer terbaru Israel dan bahkan mengumumkan sanksi terhadap permukiman Israel di Tepi Barat. Menteri Luar Negeri Israel menanggapi dengan pernyataan keras.

EtIndonesia. Pada Selasa 20 Mei, Israel kembali meluncurkan serangan ke Jalur Gaza. Asap tebal terlihat membubung di langit wilayah tersebut.

Militer Israel menyatakan bahwa putaran serangan terbaru ini bertujuan untuk menyelamatkan para sandera yang masih ditahan oleh Hamas dan menghancurkan kekuatan bersenjata kelompok militan tersebut.

Video yang dirilis oleh militer Israel menunjukkan bahwa mereka tengah melancarkan operasi berskala besar di Gaza.

Dalam sebuah pernyataan, militer Israel menyebutkan bahwa dalam 24 jam terakhir, Angkatan Udara Israel telah menyerang lebih dari 100 target milik Hamas.

Menurut pejabat kesehatan Palestina, serangan udara Israel dari Senin malam hingga Selasa dini hari menewaskan sedikitnya 60 orang.

Sementara itu, setelah Israel mengizinkan sejumlah bantuan masuk secara terbatas, truk bantuan pertama telah tiba di Gaza.

Dalam sebuah video, terlihat beberapa truk bantuan melintasi titik perbatasan Kerem Shalom, memasuki wilayah Gaza.

Di hari yang sama, pemerintah Inggris mengkritik aksi militer Israel di Gaza. Inggris mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan negosiasi perjanjian perdagangan bebas dengan Israel dan akan memberlakukan sanksi baru terhadap permukiman Israel di Tepi Barat.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan: “Israel baru-baru ini mengumumkan akan mengizinkan jumlah dasar makanan masuk ke Gaza, tetapi ini sama sekali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.”

Sehari sebelumnya, Inggris, Prancis, dan Kanada mengeluarkan pernyataan bersama, mendesak Israel untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut.

Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, pada  Selasa menegaskan bahwa Israel tidak akan menerima campur tangan pihak luar dalam urusan keamanannya.

 “Ini adalah negara yang bangga, negara yang merdeka, sedang berjuang demi kelangsungan hidupnya. Kami tidak akan menerima adanya pihak asing yang mengatur soal keamanan nasional kami,” ujarnya. 

Di hari yang sama, Perdana Menteri Qatar, yang sedang menjadi mediator dalam perundingan gencatan senjata Gaza, menyatakan dalam forum ekonomi bahwa beberapa minggu terakhir belum ada kemajuan berarti dalam negosiasi antara Israel dan Hamas.


“Kedua pihak memiliki perbedaan mendasar: satu pihak ingin menggunakan perjanjian parsial untuk mencapai kesepakatan menyeluruh, sementara pihak lainnya hanya menginginkan kesepakatan satu kali untuk mengakhiri perang dan membebaskan seluruh sandera,” kata Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed Al-Thani.

Pemerintah Israel menyatakan bahwa tujuan militer mereka adalah menguasai seluruh wilayah Gaza untuk memaksa Hamas membebaskan semua sandera, serta memastikan bantuan kemanusiaan tidak jatuh ke tangan milisi Hamas. (Hui/asr)

Laporan disusun oleh jurnalis NTD, Zhao Fenghua.

Ketidakhadiran Amerika Serikat Menimbulkan Pertanyaan tentang Efektivitas “Perjanjian Epidemi” WHO

EtIndonesia. Sidang ke-78 Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) dibuka pada Senin (19 Mei) di Jenewa. Pada  Selasa, lebih dari 100 negara anggota menyetujui sebuah “Perjanjian Pandemi”, dengan harapan dapat mencegah terulangnya kekacauan global seperti saat pandemi virus COVID-19. Namun, absennya Amerika Serikat memicu keraguan terhadap efektivitas perjanjian tersebut.

Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS, Robert Kennedy Jr., menyampaikan dalam video tajam yang ditayangkan pada sidang WHO  Selasa (20 Mei):

“Kami mendukung kerja sama kesehatan internasional, tapi tidak boleh lagi terikat oleh campur tangan politik yang korup dari perusahaan farmasi negara musuh dan agen-agen LSM mereka.”

Ia secara langsung menuding WHO gagal dalam menangani pandemi virus Komunis Tiongkok dan menuduh WHO telah berkompromi dengan rezim PKT.

“Meski Amerika Serikat selama ini menjadi penyumbang dana terbesar bagi WHO, negara-negara seperti PKT justru menggunakan pengaruh mereka demi kepentingan sendiri, bukan demi kepentingan kesehatan publik global.”

Beberapa jam sebelum pernyataan Kennedy disiarkan, negara-negara anggota WHO telah menyetujui sebuah “Perjanjian Pandemi”, yang bertujuan menjamin bahwa pada wabah berikutnya, seluruh dunia dapat mengakses obat-obatan, terapi, dan vaksin secara adil.

Dalam pemungutan suara tersebut:

  • 124 negara memberikan suara setuju
  • Tidak ada negara yang menolak
  • 11 negara abstain, termasuk Polandia, Israel, Italia, Rusia, Slovakia, dan Iran

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut perjanjian ini sebagai “kemenangan bagi kesehatan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan aksi multilateral”, serta menyatakan bahwa perjanjian ini “akan melindungi dunia dari ancaman pandemi”.

Namun, ketidakhadiran Amerika Serikat menimbulkan keraguan dari berbagai pihak mengenai efektivitas dan legitimasi perjanjian tersebut.

Kennedy menegaskan: “Saya mendesak para menteri kesehatan dunia dan WHO untuk menganggap penarikan diri Amerika sebagai peringatan serius. Saya dan Presiden Trump bukannya menolak kerja sama internasional — sama sekali tidak. Kami hanya ingin kerja sama internasional yang adil, efisien, dan transparan bagi semua negara anggota.”

Sebagai mantan penyumbang terbesar WHO, Amerika Serikat di bawah Presiden Trump langsung mengumumkan keluar dari WHO pada hari pertama kembali menjabat. Keputusan ini menyebabkan WHO mengalami defisit anggaran besar. Reformasi keuangan dijadwalkan akan dibahas dalam pertemuan WHO minggu ini. (Hui/asr)

Laporan oleh Wang Ziyi, NTD News, Amerika Serikat

NATO Kewalahan, Rusia Bergerak: Paus Baru Muncul Sebagai ‘Penentu Nasib Ukraina’?

EtIndonesia. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, menyampaikan pandangan yang cukup berimbang terkait penanganan krisis Rusia-Ukraina. Dalam pernyataannya, Rubio mengingatkan bahwa pelabelan Presiden Rusia, Vladimir Putin sebagai penjahat perang berisiko memperkeruh suasana dan bisa menjadi penghalang serius bagi upaya perundingan damai antara kedua negara. Dia menegaskan bahwa AS tetap berkomitmen untuk mempertimbangkan sanksi tambahan kepada Rusia, namun prioritas utama tetap mendorong tercapainya perdamaian yang berkelanjutan di Ukraina.

Rubio menambahkan, tekanan internasional harus diimbangi dengan ruang dialog. 

“Jika kita ingin mendorong proses damai yang nyata, komunikasi harus tetap terbuka, bahkan dengan pihak-pihak yang dianggap lawan,” ujar Rubio. 

Pendekatan ini mendapat perhatian dunia internasional di tengah situasi medan tempur yang masih terus memanas, terutama di kawasan timur dan selatan Ukraina.

Ukraina Desak Uni Eropa untuk Sanksi Lebih Keras: Seruan Pembekuan Aset dan Sanksi Sekunder

Di sisi lain, Pemerintah Ukraina menunjukkan sikap tegas dengan menyiapkan dokumen setebal 40 halaman yang diajukan ke Uni Eropa. Dokumen tersebut berisi permintaan agar negara-negara anggota Uni Eropa mengambil langkah lebih drastis dalam mengisolasi Moskow secara ekonomi dan diplomatik.

Beberapa poin utama dalam dokumen Ukraina, di antaranya:

  • Pembekuan aset-aset Rusia di wilayah Uni Eropa, termasuk aset pribadi para pejabat tinggi Rusia dan perusahaan yang diduga terlibat mendukung invasi militer.
  • Penerapan sanksi sekunder terhadap negara atau perusahaan yang masih membeli minyak dari Rusia, sebuah langkah yang selama ini menjadi perdebatan hangat di antara negara-negara Eropa Barat yang masih sangat bergantung pada energi Rusia.

Sikap ini menegaskan bahwa Ukraina tidak hanya mengandalkan kekuatan militer di medan perang, tetapi juga memanfaatkan tekanan politik dan ekonomi global sebagai senjata utama untuk melemahkan posisi Rusia di panggung internasional.

Manuver Putin di Kursk: Simbolisasi “Pemulihan Wilayah” dan Pesan Geopolitik

Pada 20 Mei, Presiden Rusia, Vladimir Putin secara mendadak melakukan kunjungan ke wilayah perbatasan barat Rusia, Kursk. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke wilayah tersebut sejak tentara Rusia berhasil mengusir militer Ukraina dari Kursk pada akhir April lalu.

Menurut pengamat militer, kunjungan Putin tidak sekadar menunjukkan keberadaan fisiknya di daerah rawan konflik, melainkan juga sebagai simbolisasi keberhasilan dan “pemulihan wilayah” Rusia setelah serangkaian serangan balasan Ukraina.

Dalam lawatannya, Putin memantau secara langsung pembangunan reaktor nuklir kedua di wilayah Kursk, bertemu dengan para pejabat daerah, serta berdialog dengan relawan setempat. Namun demikian, pihak Ukraina menegaskan bahwa pertempuran di wilayah Kursk masih terus berlangsung, dan klaim keberhasilan Rusia dinilai sebagai upaya propaganda.

Insiden Jet Tempur Rusia di Laut Baltik: Ketegangan NATO Meningkat

Stasiun berita CTS Taiwan melaporkan, pada 13 Mei lalu, Rusia untuk pertama kalinya mengerahkan jet tempur canggih Su-35 guna mengawal armada kapal yang tengah dikenai sanksi oleh Inggris. Dalam peristiwa itu, pesawat tempur Rusia bahkan sempat melanggar wilayah udara Estonia, yang secara langsung memicu respons cepat dari NATO.

Ketika otoritas militer Estonia berupaya melakukan pemeriksaan terhadap kapal tanpa bendera yang melintas di perairan mereka, jet tempur Rusia secara agresif melakukan manuver penghalangan. Insiden ini segera meningkatkan status siaga militer di seluruh kawasan Baltik, dan dinilai sebagai bentuk pembalasan Rusia terhadap tekanan sanksi yang diberlakukan oleh Barat.

Sementara itu, ketegangan juga terjadi di kawasan utara Eropa. Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, melaporkan adanya pergerakan kapal Rusia yang mencurigakan di sekitar jalur kabel bawah laut penghubung antara Polandia dan Swedia. Polandia langsung merespons dengan mengerahkan jet tempur dan kapal perang hingga akhirnya kapal Rusia tersebut memilih kembali ke pelabuhan di negaranya. Insiden ini memperkuat kekhawatiran akan potensi sabotase atau spionase bawah laut yang dapat mengancam infrastruktur kritis Eropa.

Vatikan Ambil Peran: Paus Baru Leo XIV Siap Mediasi Perundingan Damai Rusia-Ukraina

Di tengah berbagai dinamika militer dan diplomasi, sebuah inisiatif perdamaian baru muncul dari Vatikan. Pada 20 Mei, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, secara resmi mengumumkan bahwa Paus baru, Leo XIV, siap mengambil peran aktif dalam memediasi perundingan damai antara Rusia dan Ukraina. Vatikan telah menawarkan diri sebagai tuan rumah negosiasi, menunjukkan keterlibatan langsung dalam meredakan konflik yang telah menewaskan ribuan jiwa dan memaksa jutaan orang mengungsi.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengonfirmasi bahwa pemerintah Kyiv tengah mempertimbangkan Vatikan sebagai lokasi strategis untuk memulai perundingan damai. Menurut sumber diplomatik, Vatikan dinilai netral dan memiliki kapasitas moral serta spiritual yang sangat kuat untuk memfasilitasi dialog lintas negara dan agama.

Namun, terdapat catatan menarik dari pihak Vatikan. Situs resmi Vatikan menyoroti rekam jejak Paus Leo XIV selama bertugas di kawasan Asia—khususnya di Philipina, India, Jepang, dan Indonesia. Tidak ada satu pun pernyataan resmi yang menyinggung hubungan Vatikan dengan Tiongkok atau Partai Komunis Tiongkok (PKT). Hal ini menimbulkan tanda tanya di kalangan pengamat, mengingat Paus sebelumnya, Fransiskus, kerap mengambil sikap terbuka terhadap Tiongkok. Sikap baru Vatikan ini dinilai sebagai pesan tersirat terkait posisi mereka terhadap isu-isu geopolitik Asia, serta kemungkinan adanya perubahan arah kebijakan diplomasi Takhta Suci ke depan.

Kesimpulan: Konflik Berkepanjangan, Harapan Baru pada Upaya Damai Internasional

Situasi konflik antara Rusia dan Ukraina hingga kini masih jauh dari kata selesai. Manuver militer Rusia di perbatasan, respons keras Barat dengan ancaman sanksi baru, serta diplomasi ekonomi Ukraina menjadi gambaran nyata bahwa tensi masih sangat tinggi. Namun, langkah baru yang ditunjukkan Vatikan melalui Paus Leo XIV memberikan secercah harapan bagi terwujudnya perundingan damai yang sesungguhnya.

Dunia internasional kini menanti, apakah upaya mediasi spiritual dan diplomasi lintas agama ini mampu menjadi jembatan rekonsiliasi di tengah retaknya tatanan global akibat perang yang telah berjalan lebih dari dua tahun ini.

Objek Terbang Tak Dikenal Sering Tabrak Pesawat Militer AS, Diduga Terkait Aksi Mata-Mata atau Penyelundupan Narkoba

Baru-baru ini, sebuah jet tempur F-16 “Viper” milik militer Amerika Serikat mengalami tabrakan dengan drone saat latihan, menyebabkan kerusakan pada kanopi kokpit. Menurut data dari Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS, sepanjang tahun lalu tercatat 757 laporan benda terbang tak dikenal (UFO), sebagian besar terjadi di wilayah perbatasan. 

Beberapa dugaan menyebut drone tersebut dikendalikan oleh kartel narkoba untuk menyelundupkan obat terlarang, sementara sebagian insiden lain tidak bisa dijelaskan dan memunculkan spekulasi terkait UFO.

EtIndonesia.  Berdasarkan dokumen FAA, pada Januari 2023, sebuah jet tempur F-16 “Viper” milik AS yang sedang melakukan latihan di wilayah udara Arizona ditabrak oleh sebuah drone berwarna oranye-putih. Benda terbang tersebut menghantam bagian atas kanopi transparan kokpit, menyebabkan kerusakan dan memaksa jet tersebut berhenti terbang sementara. Pada keesokan harinya, tiga insiden serupa juga dilaporkan.

Mantan penyelidik Pentagon, Luis Elizondo, baru-baru ini mengatakan bahwa wilayah Arizona, terutama dekat perbatasan dengan Meksiko, kerap mengalami lalu lintas udara yang padat, dan banyak warga yang melaporkan penampakan benda terbang tak dikenal.

Setiap kali pilot melaporkan fenomena udara tak dikenal (UAP), FAA mencatat dan mendokumentasikannya. Laporan terbaru menunjukkan bahwa dari Mei 2023 hingga Juni 2024, pemerintah AS menerima 757 laporan semacam itu, namun hingga kini baru 49 kasus yang berhasil diselesaikan.

Dilaporkan bahwa benda-benda terbang kecil tak dikenal yang terlihat di Arizona sering kali muncul berkelompok di atas wilayah pelatihan udara militer, bahkan hingga delapan unit sekaligus, dan sering diklasifikasikan sebagai drone.

Pada Februari 2023, Senat AS mengadakan sidang terkait insiden balon mata-mata PKT . Departemen Pertahanan AS mengkonfirmasi bahwa balon tersebut memiliki kemampuan pengintaian dan telah beberapa kali memasuki wilayah udara AS dan negara lain. Insiden ini memicu ketegangan antara AS dan PKT serta mendorong peningkatan keamanan dan pengawasan wilayah udara Amerika.

Beberapa pejabat AS menduga bahwa benda-benda terbang misterius ini bisa saja merupakan drone milik kartel narkoba asing, digunakan untuk kegiatan pengintaian atau penyelundupan narkoba. Ron Vitiello, mantan penasihat senior Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, menyebut bahwa para pengedar narkoba memiliki sumber daya finansial besar dan telah lama menggunakan drone canggih yang sulit dilacak, mampu membawa hingga 10 kilogram narkoba dalam sekali terbang.

Namun, laporan tentang benda terbang tak dikenal tidak hanya mencakup aktivitas manusia, tetapi juga bisa melibatkan fenomena anomali yang tidak dapat dijelaskan.

Pada 13 November 2024, DPR AS mengadakan sidang dengar pendapat mengenai Fenomena Anomali Tak Dikenal (UAP). Banyak bukti menunjukkan bahwa sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, telah secara diam-diam melakukan penelitian terhadap fenomena UFO selama puluhan tahun, yang disebut sebagai perlombaan persenjataan rahasia. (Hui)

Laporan oleh Liu Jiajia, reporter NTD di Amerika Serikat.

Gelombang Baru COVID-19 Melanda Tiongkok, Kematian Meningkat, Pemerintah Diduga Menyembunyikan Fakta

  • Beberapa wilayah di Tiongkok belakangan ini kembali mengalami gelombang baru pandemi. Banyak pasien mengalami demam, sakit tenggorokan, dan mata merah bengkak, diduga terinfeksi varian virus baru. 
  • Virolog asal Amerika Serikat, Dr. Lin Xiaoxu, memperingatkan bahwa gelombang ini mungkin melibatkan infeksi gabungan beberapa jenis virus, bahkan tidak menutup kemungkinan adanya penularan flu burung antar manusia. Di kalangan masyarakat beredar kabar tentang banyak kasus kematian mendadak dan antrean panjang di rumah duka, menimbulkan kecurigaan bahwa pemerintah PKT kembali menyembunyikan situasi pandemi.
  • Seorang blogger Tiongkok mengatakan: “COVID-19 datang lagi, tren penyebaran terjadi di banyak wilayah.”

EtIndonesia. Sejak Maret 2025 lalu, berbagai daerah di Tiongkok mulai mengalami lonjakan kasus. Banyak warga melaporkan mata merah dan bengkak, terasa sakit, gatal, serta kering setelah terinfeksi, dicurigai akibat varian virus baru. Banyak pula yang mengalami demam dan sakit tenggorokan, serta kesulitan untuk pulih.

Seorang pasien di Tiongkok mengeluhkan: “Hari ini hari ke-8 saya kena COVID. Suara saya masih serak seperti bebek. Siapa sangka? Ini sudah tahun 2025, kenapa saya masih bisa kena COVID? Kenapa saya masih jadi ‘yang positif’?”

Sejak wabah pertama di Wuhan lima tahun lalu, virus corona tak pernah benar-benar hilang di Tiongkok, dan pemerintah terus menyamarkannya dengan berbagai istilah.

Pada 18 Mei, Zhou Xiaoni, kepala unit pernapasan di Rumah Sakit Paru-paru Wuhan, mengatakan kepada media pemerintah bahwa gelombang COVID kali ini didominasi oleh subvarian NB.1 dari varian XDV, yang memiliki kemampuan lolos dari sistem imun lebih kuat.

Sebelumnya, Pusat Pengendalian Penyakit Distrik Chaoyang, Beijing, secara tidak biasa mengeluarkan peringatan kesehatan yang menyebut bahwa varian dominan saat ini adalah subvarian NB.1, meski menyatakan tingkat virulensinya belum menunjukkan perubahan signifikan.

Dr. Lin Xiaoxu, pakar virologi asal AS, menyatakan:  “Menentukan varian mana yang akan mendominasi saat ini bukanlah hal yang paling utama. Yang lebih penting adalah apakah kelompok usia rentan terhadap infeksi berubah. Selain itu, jika saat ini banyak pasien kritis di rumah sakit, kita perlu tanya: apakah mereka hanya terinfeksi COVID atau ada infeksi gabungan lainnya? Di masa lalu, infeksi saluran pernapasan di Tiongkok, seperti yang terlihat dari data Rumah Sakit Xiehe Beijing tahun lalu, menunjukkan bahwa banyak pasien mengalami infeksi gabungan 3–4 virus sekaligus. Jadi kalau sekarang banyak kasus parah, bisa jadi bukan hanya karena COVID. Apalagi jika pemerintah juga menyembunyikan kemungkinan adanya infeksi flu burung pada manusia.”

Pada 19 Mei, akademisi Zhong Nanshan dari Akademi Teknik Tiongkok kembali muncul menyatakan bahwa gelombang COVID kali ini sedang dalam “fase menanjak” dan diperkirakan akan mencapai puncak lalu selesai sebelum akhir Juni. Namun, warga daratan Tiongkok memberi kesaksian bahwa banyak orang di sekitar mereka meninggal mendadak dan pemerintah terus menutup-nutupi kenyataan.

Seorang warga Tianjin, Mr Wang, mengatakan:  “Banyak yang meninggal mendadak. Tetangga kami, ayahnya sehat-sehat saja, tiba-tiba meninggal. Saat dibawa ke krematorium, mereka bilang antriannya panjang sekali.”

Departemen Kesehatan Hong Kong pada 15 Mei melaporkan bahwa tingkat positif COVID di Hong Kong meningkat dari 6,2% pada awal April menjadi 13,7%. Dalam empat minggu terakhir, tercatat 30 kasus kematian. Namun kondisi sebenarnya masih belum jelas.

Selain itu, media daratan juga melaporkan kematian sejumlah tokoh dan akademisi muda. Pada 16 Mei, Yin Wuming (45 tahun), profesor di Akademi Seni Nanjing, dan Liu Xi (44 tahun), kepala Departemen Komunikasi Fakultas Hukum dan Sastra di Universitas Sains dan Teknologi Zhejiang, meninggal mendadak di hari yang sama.

Dr. Lin Xiaoxu menyimpulkan:  “Saya rasa banyak fakta sebenarnya tidak diungkap ke publik. Pemerintah hanya menyebut permukaannya saja dan menggunakan COVID sebagai alasan. Situasi serius yang sesungguhnya tidak disampaikan ke masyarakat.” (Hui/asr)

Laporan oleh Tang Rui dan Xiong Bin, reporter NTD